x

Iklan

Ranang Aji SP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sajak-sajak Bulan Maret

Puisi-Puisi bulan Maret yang ga jelas. Buat catatan semata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

19 Maret: Di Ujung Jalan yang simpang

 

Fang, 19 Maret 1992

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

22 tahun kemudian, kau adalah kini di sudut jalan

Di ujung jalan yang simpang

Guyur hujan menyebar. Aspal hitam dan langit kelam

Aku menemuimu dalam sebuah sajak,

Kisah-kisah –dan sisa hujan yang dikenang semalaman

mungkin, seperti Borges, yang sesat dalam labirin cinta

atau Pablo Neruda, mati dalam dekapan Matilda

di ujung jalan yang simpang itu, desau angin

tapak-tapak ditinggalkan dan

Percakapan seakan enggan, tapi kita tahu apa yang sebentar

Dari waktu yang hendak kita simpan.Takdir yang samar.

22 tahun hari ini. 3 tahun lalu

Apa yang menarik dari kita, adalah kebimbangan

Seperti arus berputar, bergegas tapi tak juga meninggalkan.

Maret 2014

 

Hitungan 21

SW

Kuingat hari ini 21 hitungan yang tiba-tiba menjadi keramat. 

Bagimu , waktu melipir seolah puisi yang samar, sembunyi pada detak jam. 

Dan ruang, dimana gelisah sering kau lipat serapi baju dan sprei, lalu kau urai kembali kusutnya kemudian.

 

Ada fungsi yang kian mengisi pada status mestinya, dalam perjalananmu. 

Dan , malam-malam seperti ini adalah tawamu yang kau sematkan sebagai harapan.

Aku tahu, kau suka sekali menghitung, menambahkan atau mengalikan. 

Berapapun hasilnya, kau tak mungkin tak tersentuh oleh waktu yang melesat dan tersesat-

 

Kau tahu, waktu seringkali anomali pada lubang-lubang yang misteri.

pikirku, saatnya memberi jejak pada punggung bumi- 

yang nanti suatu hari, seorang gadis kecil 

memungutnya dan menyimpanya untukmu dalam kotak bunga matahari.

Maret 2013

 

Buku Bunga Kuning

 

: SW

Tak tahu bagimana mengenangmu, selalu menjadi semula

Cerita tak pernah menjadi usang dalam buku keabadian

Pada setiap babak ada duka menyelip ,menjadi rindu menari-nari

Merampas setiap tindak, laku dibasahkan air mata.

Selalu dimaafkan

Aku melihat, di keningmu

Sungai-sungai berpagutan pada riak-riak kemericik

Arus hidup, berpusaran menjanggal pada kanal-kanal

Kasih sayang, seperti misteri memberi arti tak berhenti.

Aku tahu, setiap malam tiba

Buku kita adalah lembaran-lembaran tanpa batas angka

Ditandakan dalam katalog tanpa gambar abjad.

Tak tahu bagaimana aku mengenangmu, selalu menjadi semula

Mungkin tak ada.

Jalanan Janan dan batu-batu yang disusun purba, tanpa gigir tanpa pinggir.

Oleh waktu

Semua berjalan hingga pagi bermula.

Kisah-kisah diteruskan, dan lembaran bercahaya

Mungkin ada ilustrasi bunga, menyelip sempurna

Kuning menyala diantara perdu dan jiwa.

Maret 2012

 

53

Kembali dari perjalanan yang panjang,

53 tahun mendatang aku mengenangmu sebagai cinta yang runtuh

Di depan kuil yang dijaga keabadian waktu

Musim-musim yang gugup dan perasaan yang majenun

Wajahmu tetap utuh,

Tapi cinta itu, yang kukenal beda dengan lakumu

Mirip serum tetanus yang gagal memberi lega

53 tahun mendatang burung-burung mungkin sudah tak ada

Udara bertuba

Hanya ada jejak angin yang dingin

Atis dan sepi di ujung hati

53 tahun mendatang aku mengenang sebagai cinta yang runtuh

Maret 2013

Ikuti tulisan menarik Ranang Aji SP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB