x

Front Page Cantik. Sakit Gigi. Shutterstock

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hari Kesehatan Gigi dan Mulut se-Dunia ~ FX Wikan Indrarto

Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia memotivasi semua komunitas dokter gigi untuk mengambil tindakan dan membantu mengurangi beban global.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FX. Wikan Indrarto

 

Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia (World Oral Health Day) dirayakan pada Senin, 20 Maret 2017 untuk mengingatkan kita semua, akan pentingnya gigi dan mulut yang sehat. Dengan demikian, diharapkan agar pemerintah, asosiasi profesi kesehatan dan masyarakat umum, sesuai tema peringatan, yaitu bekerja sama untuk menciptakan mulut yang semakin sehat dan hidup yang lebih bahagia (healthier mouths and happier lives). Apa yang harus dilakukan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peringatan ini adalah hari bagi semua orang untuk bersenang-senang, karena hari ini penuh dengan kegiatan yang membuat semua orang tertawa, bernyanyi dan tersenyum! (laugh, sing and smile!). Peringatan ini adalah sebuah inisiatif agar semua pihak dapat berkontribusi meningkatkan jumlah orang yang tidak pernah memiliki masalah kesehatan mulut, mencapai lebih dari 10% dari populasi dunia. Hal ini disebabkan karena 90% populasi dunia akan menderita penyakit mulut sepanjang hidup mereka, pada hal banyak dari masalah tersebut sebenarnya dapat dihindari. Yang diperlukan adalah peningkatan dukungan dan pendanaan oleh asosiasi petugas kesehatan, termasuk PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), pemerintah dan masyarakat, untuk berbagai program pencegahan, deteksi dini dan pengobatan masalah gigi dan mulut.

Selain itu, Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia memotivasi semua komunitas dokter gigi dan petugas kesehatan gigi dan mulut, untuk mengambil tindakan dan membantu mengurangi beban global penyakit gigi dan mulut. Upaya difokuskan pada tindakan melindungi gigi dan mulut pada masyarakat sepanjang hidupnya, dari masa anak hingga dewasa. Inisiatif awal peringatan ini berasal dari ‘World Dental Federation’ (worldoralhealthday.com) yang didukung penuh oleh Unilever, Johnson & Johnson, Henry Schein dan Wrigley.

Kebiasaan menjaga kebersihan mulut yang baik, melakukan pemeriksaan gigi secara teratur sejak awal kehidupan, dan menghindari faktor risiko akan dapat membantu menjaga kesehatan mulut yang optimal sampai usia tua. Menurut DR. Drg. M. Fahlevi Rizal, SpKGA(K), secara umum anak akan melewati 3 fase gigi. Fase pertama adalah fase gigi sulung, fase kedua adalah fase campuran gigi sulung-gigi tetap dan terakhir fase ketiga adalah fase gigi tetap. Fase pertama dimulai saat pertama kali tumbuh gigi (sekitar umur 8-14 bulan) dan berakhir saat mulai ada gigi tetap yang tumbuh di rongga mulut (sekitar umur 5-6 tahun). Pada fase ini rongga mulut anak yang normal hanya terdiri dari 20 gigi sulung (10 di rahang atas dan 10 di rahang bawah). Saat gigi tetap sudah mulai tumbuh di rongga mulut fase kedua dimulai dan berakhir saat semua gigi sulung telah tanggal di sekitar usia 12 tahun.

Beberapa pendampingan yang dapat membantu anak agar terbiasa untuk membersihkan rongga mulut adalah pembersihan gusi sebelum ada tanda-tanda gigi tumbuh, pembersihan ‘bulging’ (gusi yang menonjol) sebagai tanda akan munculnya gigi, dan pembersihan setelah gigi tumbuh di rongga mulut. Tahapan ini penting agar anak terbiasa untuk dibersihkan rongga mulutnya dan mengurangi sensitivitas anak, seperti mudah muntah, atas masuknya sikat gigi ke dalam mulut.

Pada saat mulai terjadi ‘bulging’ sebagai tanda awal tumbuhnya gigi sulung, pembersihan di area ‘bulging’ dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut. Proses pembersihan ini harus terus dilakukan dan saat gigi telah muncul di rongga mulut, maka penggunaan sikat gigi yang sesungguhnya untuk membersihkan gigi, menjadi kewajiban rutin yang harus dilakukan setiap anak. Beberapa produsen telah menjual  sikat gigi dengan variasi ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan perkembangan rongga mulut anak serta kemudahan dipegang oleh anak atau pengasuhnya.

Mulai usia masuk sekolah juga merupakan hal penting bagi tahap perkembangan kesehatan gigi anak. Banyak masalah kesehatan gigi yang terjadi pada anak usia sekolah pada umumnya terkait dengan pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti belum terbiasa menggosok gigi dengan baik dan benar, belum mampu mencuci tangan menggunakan sabun, dan terjadinya gigi berlobang atau karies gigi. Pelayanan kesehatan gigi pada anak, seharusnya termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah oleh petugas puskesmas setempat.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat mengatur bahwa tenaga kesehatan minimal di Puskesmas termasuk dokter gigi. Di Indonesia pada tahun 2015, terdapat 12,56% Puskesmas melebihi jumlah standar dokter gigi, 40,46% Puskesmas dengan jumlah dokter gigi cukup, dan 46,97% Puskesmas tidak memiliki dokter gigi. Provinsi dengan persentase tertinggi Puskesmas yang cukup dan berlebih jumlah dokter giginya yaitu DI Yogyakarta (98,35%), Kepulauan Riau (87,69%), dan Bali (81,42%). Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, terget rasio dokter gigi adalah 13 per 100.000 penduduk. Pada hal saat ini rasio dokter gigi di Indonesia baru 4,57 dan ini masih jauh dari target rasio.

   

Momentum Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia (World Oral Health Day) 2017, mengingatkan kita semua agar menciptakan mulut yang semakin sehat dan hidup yang lebih bahagia, dengan tindakan dini sejak usia bayi dan anak. Sudahkah kita peduli?

Sekian

Yogyakarta, 20 Maret 2017

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak di RS Panti Rapih

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler