x

Iklan

Denny Galus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merawat Air, Merawat Kehidupan

Umat lintas agama di Maumere, NTT mengadakan penghijauan di Mata air. Air menjadi tanda yang mempersatukan semua umat beragama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Satu kebenaran yang seorangpun tak kuasa membantahnya yaitu bahwa air adalah sumber hidup. Air memberikan kesegaran dan kehidupan bagi setiap makhluk yang menikmatinya. Air tidak saja mendatangkan kehidupan tetapi ia sendirilah sumber kehidupan itu. Karenanya amatlah mungkin bila dikatakan bahwa dengan air ada kehidupan dan tanpa air yang ada hanyalah kematian. Air menjadi unsur yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia yang harus dijaga dan dipelihara sebab dengan merawat  tesedianya air, manusia menjamin kehidupannya sendiri.

Hampir 70 % persen dari bumi kita ini mengandung air. sementara itu, dalam tubuh manusia sendiri, persentase air hampir mencapai 2/3 dari berat tubuh manusia. Melihat bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini mengandung air, maka tidaklah berlebihan jika Thales-Filsuf Yunani klasik pada abad 6 SM mengungkapkan idenya bahwa air adalah sumber dan dasar dari kehidupan. Sumber-sumber air menjadi aset yang paling berharga bagi manusia demi melestarikan keturunannya. Data menunjukkan bahwa dari 70 % kadar air di bumi, hanya 1 % saja yang bisa dikonsumsi langsung sebagai air minum.  

Akan tetapi, realitas menunjukkan bahwa seiring dengan kemajuan tekonologi, sumber air yang cuma 1 % itu, setiap tahunnya semakin berkurang. Air menjadi komoditas yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang dan yang lebih parahnya lagi, air menjadi barang pasar yang diperdagangkan. Kenyataan ini, menggugah kesadaran umat manusia untuk mempertahankan sumber air yang masih tertinggal. Janganlah kiranya, sumber air hilang sama sekali dari bumi ini karena jelas, bahwa tidak ada air berarti kematian.  Tanggung jawab menjaga tesedianya air bersih ada di pundak semua orang yang mencitai kehidupan dan bukannya hanya dibebankan pada masyarakat dari latar belakang agama atau suku tertentu.

Panggilan nurani ini disikapi secara positif oleh umat lintas agama di Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT. Aksi yang terbungkus dalam slogan bela bumi (inq?dil ard) mengadakan penghijauan di Mata air Wairkoja di Kampung Kolibulu, Desa Horder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT (10/3/2017), dengan melibatkan sejumlah umat lintas agama yaitu mahasiswa dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Para suster, Pendeta GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), Imam Masjid al-Mujahidin Geliting, Imam Masjid al-Razig Geliting dan para Mahasiswa Muhamadiyah Maumere. Dengan ini hendak dikatakan bahwa Semua agama sesungguhnya mengajarkan hal yang satu dan sama yaitu bahwa tanggung jawab untuk mewawat dan menjaga keutuhan alam ciptaan sesungguhnya ada di tangan semua orang. Tentang menjaga dan merawat alam yang memberikan kehidupan, Surat Suci Surah Al A’raf Ayat 56-58 menulis tentang sikap peduli terhadap lingkungan. Selain itu, agar keutuhan alam ciptaan tetap terpelihara, Surat Ar Rum ayat 41-42  dengan tegas melarang umat manusia membuat kerusakan di atas muka bumi. Nah, bagaimana dengan ajaran Kristen. Air dalam ajaran kristen  ditempatkan dalam konteks lambang berkat dari yang mahatinggi. Sebagaimana air menyelematkan orang Israel dari pengejaran Pasukan Firaun dan Tentara mesir, demikianpun pada masa ini, air mendatangkan berkat bagi setiap orang. Airpun memberikan kehidupan bukan saja kepada manusia melainkan juga kepada semua mahkluk. Air menjadi lambang keteduhan dan kedamaian sebagaimana yang dikatakan Pemazmur, Ia membimbing aku ke air yang tenang dan menyegarkan daku. Air dalam tradisi agama kristen memiliki makna yang istimewah terlebih lagi ketika Yesus dalam Kitab Suci bahkan menyebut dirinya sebagai air yang memberikan kehidupan yang kekal.  Al-Quran dan Kitab Suci Kristen sama-sama menggarisbawahi makna air sebagai lambang berkat dan kehidupan dan karena itu, adalah pantas dan mulia bila sumber air yang mendatangkan kehidupan itu dijaga dan dipelihara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diakui bahwa, Islam dan juga agama lainnya hadir sebagai Rahmatan Lil A’lamin (pembawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam ciptaan). Ibu bumi yang satu (wahid) dan sama (nafsih) perlu dijaga dan dipelihara secara bersama-sama, sebab seperti Tuhan yang Maha Esa menganugerahkan air hujan kepada semua orang, demikianpun semua umat manusia hendaknya menjaga dan melestarikan sumber air yang ada. Kegiatan bela bumi melalui penghijauan di mata air pada hakikatnya berikhtiar untuk membangkitkan kesadaran bahwa semua manusia terlahir dan hidup dari dan di dalam rahim bumi yang satu dan sama dan bahwa rahim yang satu dan sama itu berbusana cantik multi warna secantik gaun agama yang dikenakan oleh setiap insan beragama. Tak ada kehidupan tanpa air, demikianpun tak ada kebersamaan tanpa adanya keberagaman. Karena itu,  benar jika dikatakan bahwa merawat sumber air adalah merawat kehidupan dan kehidupan yang dirawat itu tidak lain adalah keberagaman.

Di tengah maraknya konflik yang mengatasnamakan agama dan mengahancurkan kehidupan, aksi inq?dil ard lintas agama di mata air Wairkoja justru menjadi  contoh bagaimana seharusnya umat beragama merawat ibu bumi. Merawat mata air akhirnya mendatangkan kesegaran dan keberkahan karena bukan saja sumber air yang terawat tetapi keberagaman yang menjadi bagian integral dari kehidupan berbangsa tetap terlestari dan terpelihara. #InfrastrukturKitaSemua

 Penulis bersama seorang kawan sedang memegang benih yang hendak ditanamSaatnya untuk mulai menanamIndahnya keberagaman

Ikuti tulisan menarik Denny Galus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler