x

Iklan

Ina Tanaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sanitasi dan Air yang Menyelamatkan Desa Beriri Jarak

Air adalah salah satu sumber kehidupan manusia yang primer. Tanpa air manusia akan hidup tak sempurna. Mengelola air untuk kebutuhan hidup jadi kuncinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tantangan terberat di Nusa Tenggara Barat adalah penyediaan air dan sanitasi.  NTB adalah salah satu tantangan pembangunan saat ini. Terbatasnya akses terhadap sarana air minum dan sanitasi dasar yang layak berdampak terhadap tingkat kesehatan dan produktivitas masyarakat," ujar Gubernur NTB Zainul Majdi saat diskusi media dalam rangka Program Peningkatan Akses Air Minum dan Penyehatan Lingkungan oleh AQUA di NTB, Kamis , 13 Oktober 2016.

 Sejak tahun 1984 dua desa Beriri Jarak dan Kembang Kerang Daya di Lombok TImur merasakan sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari.  Mereka hanya mengandalkan air penampuangan sementara yang dibuat untuk keperluan seluruh desa.

Dari bak penampungan itu mereka beramai-ramai memasang slang . Setiap rumah memasang satu slang untuk mendapatkan air.  Begitu banyaknya slang yang tidak beraturan.  Bahkan mereka harus beradu mulut dan tenaga untuk mendapatkan giliran agar slangnya bisa dipasang .   Seolah-olah kehidupan dalam rumah tangga itu hanya tergantung dari slang itu . 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Siang itu, matahari terik tidak menyurutkan Fathullah untuk memasang slang air itu untuk mendapatkan air.   Dia berpikir setelah dipasang, ditinggal untuk kegiatan yang lainnya.   Hanya dalam beberapa jam saja dia mengecek kembali kenapa air di rumahnya yang ditampung di satu bak kecil belum juga penuh.  Dengan berjalan kaki sejauh hampir 1 km, dia menuju ke tempat bak penampung dimana dia menancapkan ujung slang itu. Ternyata slangnya yang diberi warna merah itu sudah dilepas oleh warga lain.  

Berebut memasangkan slang untuk memperoleh air merupakan hal yang lazim dan jika mereka ingin mendapatkan air yang  cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Jika mereka tidak mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka mereka harus merasakan kegetiran untuk tidak mandi, atau menunda cuci piring dan lain-lainnya.   Hal ini terlalu berdamapk besar pada sanitasi dimana kesehatan mereka akan terganggu dengan kotornya badan dan lingkungan karena cucian piring maupun baju tidak tercuci akibat tidak adanya cukup air.

Air dan sanitasi yang menjadi kebutuhan dasar masih merupakan barang mewah bagi kedua desa itu.

Beberapa kali ada penawaran bantuan dari pihak swasta dan pemerintah untuk pemasangan air yang permanen. Sayangnya, penawaran ini tidak pernah dipenuhi  dengan kongkrit.  Sekedar proposal yang tidak pernah berkelanjutan.

 

Adalah seorang perempuan bernama  Ellena Khusnul Rahmawati dari Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) di Nusa Tenggara Barat  yang menghubungi semua stakeholder dan pemangku kekuasaanbaik itu swasta maupun pemerintah untuk duduk bersama –sama membuat projek pembangunan air dan sanitasi dengan menyalurkan ke rumah-rumah dengan pipa-pipa.

Pekerjaan yang sangat sulit ini harus dimulai dengan sosialisasi kepada seluruh warga desa Beriri Jarak dan Kembang  Kerang Daya.   Mereka diberikan penyuluhan dan gagasan bahwa pembangunan pipa ini bukan untuk merusak lingkungan atau sumber daya alam yang mereka miliki.

Warga ke dua desa ini masih mempunyai kepercayaan bahawa  air Numpas dianggap sesuatu yang sacral dan tidka boleh digunakan oleh siapa pun secara sembarangan.  Air Numpas sangat bagus untuk mengobati orang sakit.

Namun, dengan kegigihannya  Ellena, perempuan kelahiran semarang berusia 47 tahun silam ini berhasil meyakinkan kepada kedua warga desa bahwa pembangunan air dan sanitasi Air Numpas sama sekali tidak merusak lingkungan. Justru dipergunakan untuk kepentingan bersama dan memanfaat sumber air yang sangat bagus itu dan memeliharanya dengan baik.

Perusahan swasta dijembatani agar membantu pendanaan pembangunan jaringan pipa dari sumber air  sampai ke seluruh rumah warga desa.    Program peningkatan kebersihan air dan sanitasi jadi prioritas utama dengan cara pendekatan humanistis.   Kepercayaan masyarakat ke dua desa pun meningkat .

Lalu, proyek pun dibangun secara bertahap pada awal tahun 2016.  Semua pipa-pipa yang terbengkalai pun diperbaiki agar supaya dapat dipergunakan.   Secara bertahap pipa-pipa diintegrasikan dari sumber mata air, Aik Numpas ke bank pengumpul yang lokasinya berada dekat dengan sumber mata air itu sendiri.    Lokasinya di suatu jurang yang curam kedalamnnya 1 km dari permukiman penduduk.

Dari bak pengumpul, dibangunlah pipa-pipa lainnya yang diintegrasikan menuju ke bak reservoir (penyimpanan air).  Letaknya  di Beriri Jarak dan Kembang Kerang daya dan memiliki kapasitas penampungan 25 dan 75 meter kubik.

Bak-bak pengumpul itu dibangun secara gotong royong  bersama-sama dengan semua warga.  Bagi yang lelaki memasang bak dengan ukuran dan standar yang telah ditentukan dan dipandu seorang professional yang membantu dalam pengerjaan.   

Dari bak itu , air bersih disalurkan ke beberapa bak pelepas tekan . Bak pelepas tekan dibangun lebih dekat dengan rumah warga.   Nantinya dari bak peleas tekan itu, air akan disalurkan ke masing-masing rumah warga .   Diintegrasikan dengan memasang water maker dank ran air di rumah warga masing-masing. PEmasangakan pun dilakukan selama 3 bulan.

Pemasangan meteran itu berfungsi sebagai pengontrol air, sama seperti halnya  Perusahaan Daerah Air Minum.

Akhirnya, diadakan suatu gerakan masyarakat untuk merumuskan manajemen jaringan air berkelanjutan.  Apabila air sudah mengalir ke rumah warga, masyarakatpun diharapkan agar air dikelola oleh suatu badan usaha mandiri yang tujuannya untuk mengedepankan profesionalisme dalam pengelolaan air dan sanitasi.

Pembayaran dari meteran air itu dipakai untuk biaya pengelolaan dan pemeliharaan sanitasi dan pipa-pipa jika ada yang rusak.

 

Sekarang, warga desa Beriri Jarak dan Kembang kerang Daya dapat bernafas lega , tidak lagi berpukul-pukulan dan beradu mulut untuk memperbutkan air karena air sudah mengalir sesuai dengan kebutuhan rumah tangga masing-masing.

Air, sumber mineral kehidupan memang sangat penting bagi kehidupan. Air sumber mineral perlu dijaga dengan bijak agar apa yang dipakai itu dipelihara untuk kehidupan yang berkelanjutan.  Semua warga sadar bahwa air yang dipelihara akan memenuhi kehidupan kita selanjutnya, sebaliknya air yang tak dipelihara dan dirusak, maka kita pun akan menerima kepahitan dan kesulitan untuk keberlangsungkan hidup kita.

 

Tulisan ini dibuat dalam rangka  mengikuti lomba  #InfrastrukturKitaSemua.

 

Sumber referensi:

Jawa Post , 27 Oktober 2016

Kompas.com, 14 Oktober 2016

Ikuti tulisan menarik Ina Tanaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB