x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pemimpin Emosional Dipaksa Bunuh Diri

Mencari kebenaran untuk mengembalikan citra pemimpin yang benar tapi emosional

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: 47 Ronin

Penulis: John Allyn

Tahun Terbit: 2015

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama                                                                         

Tebal: 280

ISBN: 978-602-03-2162-2

 

Pada tahun 1701 terjadi peristiwa yang menggemparkan di Istana Pinus di Edo. Asano Naganori tiba-tiba menyerang Kira Yoshihisa, seorang Pembawa Acara di Istana Shogun. Peristiwa penyerangan ini memang tidak sampai membunuh Kira. Namun akibatnya Asano dihukum untuk melakukan seppuku (bunuh diri dengan pedang pendek) dan semua asetnya disita. Tidak terima dengan hal yang dianggap tidak adil tersebut, para samurai yang bernaung di bawah Asano melakukan balas dendam dengan membunuh Kira dua tahun kemudian.

Baiklah saya kisahkan secara singkat peristiwa yang terjadi di Edo tahun 1701 ini. Dalam sebuah pertemuan di Istana Pinus di sebuah kastil di Edo, Asano tidak bisa menahan emosinya karena diejek oleh Kira, sehingga akhirnya Asano mencabut pedang dan menyerang Kira. Akibat dari penyerangan ini Asano dipaksa untuk melakukan seppuku bunuh diri dengan menggunakan pedang pendek. Selain dihukum mati, seluruh aset Asano di Ako disita oleh Shogun. Oishi, si Kepala Samurai Asano mencoba menenangkan semua samurai dan melayangkan petisi supaya nama baik Asano dan asetnya dikembalikan. Namun tidak pernah ada jawaban dari Shogun, sehingga akhirnya Oishi bersama pasukan samurainya yang masih setia melakukan balas dendam dengan membunuh Kira. Keempatpuluhtujuh ronin yang melakukan balas dendam tersebut akhirnya dihukum secara bermartabat, yaitu dengan melakukan seppuku.

Peristiwa penyerangan Kira oleh Asano yang diikuti dengan proses balas dendam dari pasukan samurai Ako bisa dijelaskan dengan berbagai versi. Menurut Stephen Turnbull dari Leeds University, saat peristiwa ini terjadi, masyarakat pada umumnya bingung. Sesaat kemudian masyarakat mendapat versi bahwa Asano adalah bangsawan desa yang lebih peduli pada perempuan-perempuan daripada belajar tentang etiket istana. Versi yang menonjolkan Asano sebagai bangsawan desa yang urakan, berangasan dan tidak tahu aturan. Namun generasi berikutnya, setelah tumbangnya Shogun versi yang menonjolkan kepahlawanan 47 ronin yang membalaskan dendam tuannya. Versi yang sangat membela istana ini muncul di era Shogun masih berkuasa. Namun generasi yang kemudian, yaitu generasi yang hidup setelah Shogun tidak lagi berkuasa, lebih memuja kepahlawanan 47 ronin yang melakukan balas dendam atas kematian tuannya.

Versi lain untuk menjelaskan peristiwa ini adalah akibat dari kebijakan negara yang tidak membawa kesejahteraan rakyat karena terlalu disetir oleh agama. Shogun Tsunayoshi yang lemah dan membuat peraturan yang aneh, yaitu Hukum Pelestarian Makhluk Hidup sebagai penebusan atas kesalahan dalam hidupnya sebelumnya. Huku Pelestarian Makhluk Hidup ini melarang semua orang untuk menyakiti dan membunuh semua makhluk hidup, termasuk hama yang menyerang padi. Akibatnya pertanian merosot hebat dan kemiskinan di pedesaan merebak. Petani dan keluarganya menyerbu kota menjadi pekerja kasar, pengemis dan para anak-anak perempuannya menjadi pelacur. Kondisi yang demikian ini menyebabkan praktik korupsi juga marak. Praktik korupsi dilakukan oleh para pejabat di lingkungan istana Shogun, termasuk Kira. Asano adalah bangsawan muda yang frustasi dengan kondisi ini dan menemukan momentum saat dia dipaksa memberi upeti kepada Kira. Hinaan bahwa Asano terlalu sayang kepada uangnya sehingga tidak mau membayar Kira membuatnya marah, namun dia masih bisa menahan diri. Namun saat Kira membisikkan bahwa kalau dia sayang uangnya, Asano bisa meminjamkan istrinya sebagai bayaran kepada Kira membuat emosi Asano tak lagi bisa dibendung.

Sedangkan versi dalam novel ini lebih rumit. Sebab yang dilakukan oleh 47 ronin adalah dalam rangka membalas penghinaan Kira terhadap tuannya dan bukan dalam rangka membalas dendam atas kematian tuannya. Ada perbedaan besar antara membalas kematian tuannya dengan membalas penghinaan tuannya. Dalam hukum yang berlaku saat itu, membalas dendam kecuali untuk kerabat atau saudara adalah sebuah kejahatan. Siapapun yang melakukan hal itu maka akan dihukum mati. Sedangkan membela kehormatan seorang samurai adalah sebuah kewajiban. Keempatpuluhtujuh ronin ini melakukan pembunuhan Kira dalam rangka menegakkan harga diri samurai. Itulah sebabnya, meski mereka dihukum mati, namun dilakukan dengan cara yang sangat bermartabat.

Dari novel ini saya belajar tentang manajemen Jepang untuk mencapai sebuah tujuan. Hal-hal yang saya pelajari adalah tentang kesetiaan, akal sehat, pengorbanan, kesabaran, perencanaan yang rinci dan pelaksanaan sesuai dengan rencana.

Kesetiaan ditunjukkan oleh samurai yang berada di bawah naungan Asano. Para samurai ini begitu terkejut atas meninggalnya tuannya. Mereka segera berkumpul untuk merumuskan tindakan. Kesetiaan para samurai ini begitu menggebu saat peristiwa tersebut baru terjadi. Namun hanya 47 ronin yang tersisa dari 300 lebih saat eksekusi balas dendam dilakukan. Mereka yang setia sampai akhirlah yang bisa mencapai tujuan.

Akal sehat menjadi syarat untuk mencapai tujuan. Bisa saja saat hukuman Asano baru saja dilakukan, 300 samurai secara langsung menantang Kira dan pasukannya untuk berduel. Namun kalau pilihan itu yang dilakukan, maka mereka sudah pasti kalah dan mati konyol, meski terhormat dalam hukum samurai. Mereka memilih mengajukan petisi dan menunggu perkembangan. Balas dendam dilakukan saat Kira sudah benar-benar lengah.

Pengorbanan adalah syarat penting untuk mencapai tujuan. Oishi dan para samurai harus mengorbankan jati dirinya sebagai samurai untuk menghindari para mata-mata yang terus dikirim oleh Kira. Oishi pura-pura menjadi pemabok dan hidup hura-hura dengan para geisha kelas rendah. Bahkan Oishi memutuskan untuk menjadi petani. Sementara Hara dan Horibe menjadi pelatih bela diri rakyat biasa. Pengorbanan yang luar biasa ini sampai-sampai membuat kesalah-pahaman diantara mereka sendiri. Hidup Oishi yang hura-hura dianggap oleh Hara dan Horibe sebagai pengingkaran terhadap komitmen balas dendam. Sehingga Hara dan Horibe mengambil alih kepemimpinan para ronin yang berkomitmen untuk melakukan balas dendam.

Kesabaran para ronin benar-benar diuji. Perlindungan Kira oleh klan Uesugi dan mata-mata yang terus-menerus dikirim untuk mengamati sepak-terjang pada samurai menyebabkan mereka tidak bebas untuk melakukan balas dendam. Namun kesabaran tersebut membuat mereka menjadi sangat waspada dan bisa merumuskan rencana yang sangat teliti.

Perencanaan yang rinci adalah kunci untuk mencapai sebuah hasil yang gilang gemilang. Rencana dibuat untuk masing-masing personil, waktu, senjata dan kode-kode yang digunakan dalam penyerangan ke rumah Kira. Setiap personil harus paham akan tugasnya. Penugasan juga disesuaikan dengan kapasitas dari mereka yang diberi tugas. Misalnya samurai tua ditugaskan untuk menjaga pintu daripada ditugaskan untuk menjadi pasukan penyerbu. Pelaksanaan yang sesuai dengan rencana membuat semuanya berjalan sempurna. Sehingga akhirnya memberi hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler