Pernah jalan-jalan di Kota Hujan Bogor? Sebagian dari kita tantu sudah pernah berjalan-jalan di kota itu.
Bila berjalan-jalan ke Kota Hujan Bogor, cobalah mampir di Bogor Utara. Begitu anda menuju jalan Sholeh Iskandar, baik melalui jalan tol Sentul Selatan atau Cilendek dari arah Yasmin, mata anda akan diganggu dengan puluhan, bahkan mungkin ratusan, iklan perumahan yang tertancap di sela-sela pohon di sepanjang jalan.
Ya, para pengembang property perumahan sedang gencar-gencarnya membangun (atau justru merusak?) Kota Bogor, dengan perumahan dan apartemen. Pangsa pasarnya adalah mereka pekerja-pekerja di Jakarta yang tidak mampu membeli tanah di Jakarta yang terus membumbung tinggi.
Lihat saja data dari Pemkot Bogor,aAkibat maraknya alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan perumahan dan kawasan komersil lainnya sehingga lahan pertanian di Kota Bogor menyusut dari 750 hektar menjadi 400 hektar dan setiap tahunnya semakin berkurang.
Salah satu titik Pembangunan (atau penghancuran?) Kota Bogor ada di kawasan utara. Saat ini di kawasan Bogor Utara sedang dibangun jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR). Pembangunan jalan tol baru itu telah membabat ratusan pohon di sepanjang jalan Sholeh Iskandar.
Pihak pemrakarsa pembangunan tol berdalih akan mengganti ratusan pohon yang telah dibabat dengan berlipat ganda. Meskipun tidak jelas dimana lokasi penggantinya. Namun yang jelas, daerah resapan di kawasan itu akan berkurang seiring dengan dibabatnya pohon di sepanjang jalan Sholeh Iskandar. Sebaliknya, jika terjadi hujan, akan menyebabkan air larian (run off) meningkat.
Air larian inilah yang kemudian dialirkan ke sistem drainase. Celakanya, infrastruktur drainase di Kota Bogor Utara termasuk buruk. Buruknya sistem drainase di Bogor Utara dapat dilihat ketika kita jalan-jalan di sepanjang Jalan Sholeh Iskandar ketika hujan lebat turun. Jangan heran bila kemudian jalanan berubah seperti sungai.
Teruslah berjalan hingga ke perumahan Tamansari Persada, Kota Bogor. Di perumahan itu, hampir setiap terjadi hujan lebat selalu kebanjiran. Semua air larian yang ada di sepanjang jalan Sholeh Iskandar seperti tertumpah di perumahan itu. Jika belum pernah melihat banjir di perumahan Tamansari Persada Bogor secara langsung, silahkan lihat di link youtube ini.
Sistem drainase di Bogor Utara tidak lagi mampu menampung air larian di kawasan itu akibat pembangunan (atau perusakan?) yang intensif. Pembangunan jalan tol baru yang menghancurkan taman di sepanjang jalan Sholeh Iskandar jelas akan membuat sistem drainase yang sudah buruk tidak lagi mampu menampung air larian bila hujan turun.
Banjir bandang di SMAN 2 Kota Bogor yang menyebabkan jatuhnya korban beberapa waktu yang lalu harusnya menjadi bahan refleksi untuk mengerem laju pembangunan (atau perusakan) kawasan Bogor Utara. Namun, seperti biasa. Setelah bencana itu lewat, semua kembali seperti biasa. Pembangunan (atau perusakan) kawasan Bogor Utara tetap dilanjutkan. Sementara, daerah resapan dan infrastruktur drainase tidak diperbaiki untuk mengimbangi makin banyaknya air larian.
Bogor adalah Kota Hujan. Namun sayang, kota hujan itu kini diambang kehancuran karena maraknya pembangunan perumahan, penghancuran ruang terbuka hijau dan buruknya infrastruktur drainase. Kawasan Bogor Utara mungkin dapat dijadikan contoh dari proses penghancuran Kota Hujan itu.
Harapan warga Bogor Utara mungkin tidak muluk-muluk. Pertama, hentikan penghancuran kawasan Bogor Utara yang mengatasnamakan pembangunan. Kedua, perbaiki infrastruktur drainase sehingga warga tidak kebanjiran dan jalan raya di Bogor Utara tidak berubah jadi sungai setiap hujan lebat turun. Tidak sulit untuk mewujudkannya, jika pemerintah Kota Bogor memiliki kemauan politik.
sumber foto: https://www.youtube.com/watch?v=BSyIDbZxkrg
#InfrastrukturKitaSemua
Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.
