x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menulislah, Lepaskan Bebanmu

Mulailah menulis, ekspresikan pikiran dan perasaanmu tanpa perlu berpikir tulisanmu enak dibaca atau tidak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Jika kamu ingin menulis, menulislah. Bila tak ingin orang lain membaca tulisanmu, tulislah untuk dirimu sendiri. Diary, catatan harian, dapat menjadi teman berbagi yang sanggup menjaga rahasia dirimu. Ia tak akan bercerita kepada siapapun, kecuali atas kemauanmu.

Jika kamu menyimpan kepedihan, kekecewaan, kemarahan, atau nyaris putus asa, menulislah. Keluarkan apa yang kamu rasakan di atas kertas atau di layar komputer—hati-hati, jangan sampai terunggah ke jalur internet. Ekspresikan apa yang mengganggu pikiran dan perasaanmu sebelum beban itu terasa semakin berat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi sebagian atau malah kebanyakan orang, menulis barangkali dilihat tidak lebih dari kebutuhan fungsional sehari-hari—menyusun laporan, membuat resume rapat, atau membuat catatan kuliah. Namun sejarah dan kajian psikologi menunjukkan bahwa ada potensi besar di balik aktivitas menulis: penyembuhan (healing).

Selama berabad-abad, tulisan telah menjadi medium ekspresi emosional terlebih ketika cara lain tidak memungkinkan. Akademikus melacak gagasan menulis sebagai terapi hingga ke masa Firaun Ramses II, sekitar 1.200 Sebelum Masehi. Di pintu masuk perpustakaan istananya tertulis: “Rumah penyembuhan bagi jiwa.” Samuel Crothers menggunakan istilah bibliotherapy yang ia perkenalkan pada 1916.

Menulis adalah ‘ekspresi diam’—tanpa suara yang didengar telinga, tapi suara yang didengar hati. Menulis, bagi banyak individu, adalah sarana yang sangat efektif untuk mengartikulasikan perasaan yang tidak terungkapkan secara verbal. Novelis Graham Greene melukiskan menulis sebagai bentuk terapi—ia penyandang bipolar disorder.

Greene menemukan kegiatan menulis begitu positif sebagai sarana penyaluran suasana hatinya yang berubah-ubah cepat. Dalam bukunya Ways of Escape, yang terbit pada 1980, Greene mengungkapkan keheranannya kepada orang-orang yang tidak bisa menggubah komposisi musik atau melukis, tapi juga tidak menulis. “Saya takjub, bagaimana mereka yang tidak menulis, menggubah, atau melukis mampu lepas dari kegilaan, melankoli, panik, atau ketakutan yang melekat dalam situasi manusia.”

Sebagai bentuk terapi, menulis ekspresif tak perlu mengikuti aturan tata bahasa yang berlaku. Bebas. Apapun bentuk tulisan yang dihasilkan dalam konteks terapi, jelas tujuannya bukan untuk menciptakan karya sastra. Jauh lebih penting dari itu adalah ekspresi emosional yang ada di balik kata-kata.

“Begitu banyak orang membawa serta cerita rahasia mereka selama bertahun-tahun, dan bertahun-tahun pula cerita itu menetap dalam tubuh mereka, bukan hanya dalam pikiran mereka,” kata Nancy Aronie, penulis buku Writing from the Heart. “Mereka merasa lebih ringan—secara emosional, beban mereka berkurang—ketka mereka dapat mengeluarkan emosi itu di atas kertas atau layar komputer.”

Aronie merasakan manfaat itu ketika ia menerapi dirinya sendiri dengan menulis selama mengalami tekanan karena puteranya sakit dan kemudian meninggal akibat multiple schlerosis pada usia 38 tahun. “Saya mulai menulis dua tahun sebelum ia meninggal. Ini membantu saya memahami bagaimana penyakitnya telah menawan diri saya begitu lama. Ini membantu mengubah hubungan kami.”

Kamu, siapapun, dapat mencoba merasakan pengalaman positif yang dirasakan Aronie. Mulailah menulis, ekspresikan pikiran dan perasaanmu tanpa perlu berpikir tulisanmu enak dibaca atau tidak. (sumber foto: study.cardiffmet.ac.uk) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB