x

Sebuah kubah Masjid terlihat saat ditutupi kabut di Desa Dieng Kulon dan kompleks Candi Arjuna di Dieng Banjarnegara, Jawa Tengah, 2 Agustus 2015. Dataran Tinggi Dieng sering disebut sebagai negeri di atas awan. Aris Andrianto/Tempo

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jangan Politik

Hanya sebuah kerinduan memuncak terhadap sterilnya tempat ibadah dari isu politik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mencoba memahami dan menerapkan konsep "here and now", yaitu menikmati saat sekarang dan di tempat kita berada, itu ternyata membuat hidup lebih berwarna sebab pikiran kita malah lebih terbuka saat Tuhan melalui semesta memberi kejutan-kejutan yang tak terkira. 

.

Seperti hari ini, saat bangun tiba-tiba ingin ke tempat X yang berhawa lebih sejuk itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

.

Saya tak mematok tujuan yang pasti. Asal melangkah di tempat yang jarang sekali dijamahi. Berjalan kaki saja menikmati tuntunan intuisi. 

.

Dan melihat sebuah masjid yang lumayan megah, saya pun putuskan menyinggahinya. Ternyata cuaca kota ini juga teriknya sama dengan Ibu Kota. Tak ada beda. Cuma harga makanan yang lebih murah.

.

Setelah masuk lalu menyempatkan salat tahiyyatul masjid dan dhuha (semoga menulis ini sebagai bagian cerita bukan riya'), saya duduk dan mendengar uraian seorang pembicara muda. Temanya "business model canvass" (sic). Saya tak hendak mengkritisi benar tidaknya ejaan atau penulisan. Saya sedang 'pensiun' menjadi pegiat bahasa dan penyunting saat itu. 

.

Aneh juga menyaksikan diskusi kewirausahaan seperti ini di suatu tempat ibadah. Tapi begitulah semestinya sebuah masjid. Lebih baik daripada dipakai sebagai aula berkampanye politik. Soal itu saya juga sudah lelah, selelah-lelahnya. Bukan karena saya tak berpendirian, tetapi perdebatan cuma memuaskan ego dan melebarkan jurang perbedaan. Apakah perdebatan bisa membuat orang berubah pikiran? Tidak juga. Karena biasanya malah orang makin bersikukuh dengan pendiriannya.

.

Lalu jelang salat zuhur, saya berwudhu dan melihat poster "boros temannya syetan". Saya terkekeh karena takmir masjid itu memasang pipa-pipa air kecil yang telah dilubangi sedemikian rupa di seluruh sudut toilet dan tempat wudhu. Air menggenang ke mana-mana seolah membilas lantai agar selalu bersih. Saya lalu paham ini strategi mereka membuat tempat ini tetap resik, tak pesing. Tetapi poster itu membuat strategi tersebut sebagai sebuah ironi. Daripada menggaji seorang tenaga kebersihan ternyata lebih 'hemat' menggunakan air secara liberal seperti itu atas nama semboyan "kebersihan sebagian dari iman".

.

Lalu saya masuk ke masjid dan melirik tanpa sengaja ke arah serambi. Seorang pria berpeci putih dan berbaju gamis putih juga sedang meletakkan sandalnya. Ia dikelilingi beberapa orang. Tampaknya ia orang termasyhur. Saya kenali wajahnya. Ustadz itu pemuka agama terkenal. Di televisi, saya dulu menontonnya di hari Ahad memimpin pengajian dan doa bersama yang disertai tangisan dan raungan. 

.

Ia masuk ke dalam. Saya teruskan ritual saya. Saya bukan tipe orang yang suka menyeruak menembus kerumunan demi berfoto dengan seorang sosok tersohor. Jadi, saya anggap kehadirannya biasa saja.

.

Adanya ustadz ibukota itu membuat saya menduga ia akan mengimami salat zuhur ini. Dugaan saya benar. Ia maju ke depan. Sebelum salat, ia mengingatkan jamaah untuk merapatkan kaki lagi. 

.

Begitu rampung ritual zuhur kami, ia pun berwejangan. Gumam saya,"Jangan politik. Jangan politik. Jangan politik..."

.

Alhamdulillah, gumaman saya terkabulkan. Ia bernasihat demikian: bacalah ayat kursi setiap habis salat fardhu. "Karena dengan membacanya, kita akan lebih didekatkan ke surga," tegasnya. "Tidak bisa rutin karena lupa? Coba untuk mengingat-ingatnya. Sebab barangsiapa menjaga hubungannya dengan Allah, Allah akan menjaga hubungan dengannya juga."

.

Nasihat yang terasa sejuk di hati dan tidak mungkin untuk tidak saya hargai. (*)

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler