x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ahok vs Anies: Siapa yang Lebih Dulu dan Siapa yang Meniru?

Debat kandidat Gubernur DKI Jakarta di sebuah stasiun televisi swasta menjadi bukti nyata program paslon mana yang sudah berjalan, dan mana yang meniru

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyimak riuhrendah rebutan kursi Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta 2017, bisa jadi selain banyaknya bermunculan spanduk berbau SARA, juga program perumahan murah tanpa uang muka yang menjadi unggulan paslon nomor urut tiga, hingga saat ini masih menjadi tanda tanya yang tidak pernah jelas jawabannya.

Meskipun disampaikan dengan semangat menggebu-gebu, dalam Debat Mata Najwa Babak Final Pilkada Jakarta yang ditayangkan Metro TV, Senin (27/3/2017) malam lalu, akan tetapi Anies R. Baswedan sepertinya tidak mampu memberi penjelasan yang terang benderang, agar penonton di  studio, dan pemirsa di rumah menjadi faham dengan programnya itu.

Malahan bila menyimak komentar Ahok yang konon akan ‘diberhentikan’ (bukan digantikan) dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, bahwa program perumahan tanpa uang muka itu hanya untuk membohongi rakyat saja, tampaknya Anies pun saat itu sudah bisa disebut skakmat. Emosinya seakan tak terkendali lagi. Hal itu terlihat jelas dari gestur dan kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu banyak menyerang Ahok yang menjadi lawannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlebih lagi bila program unggulan kandidat yang didukung partai Gerindra dan PKS tersebut malah justru menimbulkan kebingungan, karena penjelasan yang disampaikan Anies tidak sama dengan yang diutarakan Sandiaga, alias berseberangan jalan.

Betapa tidak. Anies mengkritik program perumahan Pemprov DKI Jakarta saat ini yang terus bergantung pada penyediaan rusun.

"Jembatan itu belum disediakan Pemprov DKI Jakarta karena selalu bergantung kepada rusun. Kalau program ini (DP 0 Rupiah) tidak, karena suplai yang ada di masyarakat, masyarakat menjual rumah, ukuran apapun juga dan syaratnya ini rumah pertama dan untuk ditinggali," ujar Anies.

Sementara Sandiaga justru mengklaim bakal serupa dengan program Housing and Development Board (HDB) di Singapura.

Ada pun konsep HDB yang hendak dijiplaknya itu adalah hunian murah dalam bentuk vertikal. Namun, modelnya akan seperti rumah susun yang sudah ada di Jakarta.

Tampak sekali program unggulan itu memang belum dibuat skema yang detil dan jelas, baru berupa wacana yang sepertinya masih mengambang, dan hanya sekedar untuk menarik dukungan warga Jakarta yang belum memiliki rumah belaka, serta mereka yang masih mau dibodohi – tentu saja.

Terlebih lagi bila mencermati program lainnya. Begitu jelas pasangan Anies-Sandi hanyalah meniru yang sudah dilaksanakan rivalnya. Paling banter dimodifikasi, atawa ditambahi di sana-sini belaka.

Misalnya saja Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang sudah dinikmati warga selama ini, oleh Anies dimodifikasi menjadi KJP Plus; Kartu Jakarta Lansia dirubah menjadi Tunjangan Orang Tua; Program OK Oce (One Kecamatan One Centre of Entrepreneurship)  yang baru digembar-gemborkan Sandiaga, diam-diam malah sudah dilaksanakan Ahok dengan nama IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang menyasar masyarakat menengah ke bawah dan pedagang kecil, dan tercatat sudah 21.000 pelaku usaha yang dibina di bawah Dinas Perindustrian dan Energi hingga sekarang.

Bisa jadi karena hal itulah yang menjadi faktor ketidakhadiran pasangan Anies-Sandi dalam acara Debat Rosi yang ditayangkan Kompas TV. Karena selain disaksikan warga Jakarta sendiri, jutaan pasang mata masyarakat Indonesia pun ikut menyimaknya juga.

Di dalam hati paslon dukungan Prabowo Subianto ini, bisa jadi sudah mengakui kalau programnya hanyalah akan menjadi bahan tertawaan, atawa membuat bosan pemirsanya saja. Sebagaimana yang sudah Anies alami di Debat Mata Najwa.  Sehingga paling tidak kejadian serupa jangan sampai terulang untuk kedua kalinya.

Terlebih lagi bila ada pertanyaan terkait munculnya spanduk Jakarta Bersyariah, sebagaimana juga dengan bertebarannya spanduk penolakan menshalatkan jenazah pendukung Ahok beberapa waktu lalu, pastinya kubu mereka akan berkilah, bahwa semua itu serangan berupa fitnah.

Lalu siapa yang telah memfitnah?

Entahlah. ***

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler