x

Iklan

Nurbaya Nuby

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membangun Jalan: Membangun Masyarakat Adat Kaluppini

Jalan yang rusak parah menjadi salah satu masalah utama di masyarakat adat Kaluppini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perjalananku dimulai hari itu, ketika saya akhirnya memutuskan akan meneliti tentang kehidupan masyarakat adat. Keputusan ini akhirnya saya ambil setelah diskusi panjang dengan teman-teman yang paham tentang kondisi masyarakat adat Indonesia saat ini. Ada begitu banyak pertimbangan salah satunya bahwa masyarakat adat sangat rentan terhadap situasi rawan pangan (food insecurity) yang dapat berdampak buruk bagi status gizi dan kesehatan secara umum.

Pilihan pun akhirnya jatuh pada masyarakat adat Kaluppini yang tinggal di daerah pegunungan yang menjadi tanah adat mereka yang disebut sebagai Tana Onko di kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Mereka masih memegang teguh adat tradisinya hingga hari ini. Ada banyak ritual adat yang dilaksanakan sepanjang tahun. Secara garis beras ritual tersebut dibagi menjadi dua kategori; Rombu Solo dan Rombu Tuka. Rombu Solo adalah ritual yang berhubungan dengan kematian. Sebaliknya, Rombu Tuka adalah segala ritual yang berhubungan dengan kehidupan misalnya kelahiran dan pernikahan.  

Jarak dari kota Enrekang ke Kaluppini sungguhlah dekat. Hanya sekitar 10 kilometer. Namun terasa sangat jauh dengan medan yang harus ditempuh. Menyusuri jalan sempit, harus mendaki tanjakan yang terjal lalu menuruni jalan licin yang tak kalah curamnya. Jangan harap jalannya hanya lurus saja. Belokan tajam serta jurang di sebelahnya menjadi pelengkap perjalanan. Kondisi ini pun diperparah dengan jalan yang rusak dan licin penuh lumpur karena hari itu baru saja hujan. Terjatuh dari motor dan harus berjalan kaki sudah menjadi risiko dalam perjalanan ini. Butuh waktu sekitar 45 hingga 60 menit untuk mencapai desa Kaluppini. Desa yang disebut sebagai Tanah Pamula dan menjadi pusat dilaksanakannya segala ritual, terutama ritual-ritual besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perjalanan menyusuri desa Tokkonan dan Rossoan yang masih merupakan bagian dari masyarakat adat Kaluppin harus melalui jalan setapak yang membelah hutan dan menyeberangi sungai

Selama sekitar dua bulan tinggal di sana. Kami menyusuri semua desa yang termasuk dalam wilayah Masyarakat Adat Kaluppini, yaitu desa Kaluppini, Lembang, Tokkonan dan Rossoan. Jalan penghubung antar desa sama parahnya. Hal ini membuat warga dari desa lain kesulitan ke Kaluppini untuk mengikuti acara adat. Bahkan, jalan antar desa Kaluppini ke desa Tokkonan hanyalah jalan setapak yang membelah hutan, harus melewati dua sungai dan hanya dapat dilalui dengan motor.

Truk adalah sarana transportasi yang digunakan oleh Masyarakat Adat Kaluppini untuk menjual hasil kebun atau membeli kebutuhan pangan di pasar Enrekang

Motor menjadi sarana transportasi utama. Dan hanya ada satu pilihan bagi mereka yang tidak punya motor pribadi yaitu mobil truk multifungsi. Di hari biasa, mobil truk ini digunakan untuk mengangkut pasir, kayu hingga ternak. Ketika hari pasar tiba, barulah digunakan untuk mengangkut warga yang ingin menjual hasil kebunnya atau membeli bahan makanan di pasar Enrekang. Tarifnya 15 ribu sekali pergi. Biayanya akan bertambah sepuluh hingga dua puluh ribu jika barang bawaan lebih banyak.

Ada juga ojek yang hanya mangkal di kota. Jarang ada tukang ojek yang mau mengantar penumpang ke Kaluppini, kecuali dengan harga yang mereka sepakati. Paling murah 50 hingga 70 ribu. Alasannya, perjalanan ke sana sangat sulit dan tidak ada muatan lagi jika kembali ke kota. Inilah alasan utama mahalnya biaya transportasi di sana.

Jalan rusak bukan hanya membuat biaya transportasi menjadi mahal, juga membuat para petani kesulitan menjual hasil kebun mereka. Biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal. Belum lagi risiko rusaknya hasil kebun siap jual akibat benturan selama pengangkutan ke pasar. Hal ini dapat menurunkan kualitas dan harga jual yang menyebabkan para petani merugi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk lokal tentang pendapat mereka; apa yang dapat dilakukan agar perekonomian dan ketahanan pangan masyarakat adat ini menjadi lebih baik. Semua informan menjawab hal yang sama, pembangunan jalan. Dengan membangun jalan akan memudahkan akses petani menjual hasil kebunnya ke pasar Enrekang dan juga memudahkan akses masyarakat terhadap kebutuhan pangan lainnya. Dengan perbaikan jalan, biaya akan semakin murah dan waktu tempuh pun semakin singkat.

Jalan yang lebarnya kurang dari 1 meter dibangun agar jaraknya lebih panjang dan menjadi penghubung antar dusun

Jalan yang rusak parah memang menjadi salah satu masalah di masyarakat ini. Karenanya ketika mereka mendapatkan bantuan dana desa dari pemerintah, prioritas utama mereka adalah membangun jalan. Dengan dana terbatas mereka membangun jalan desa sedikit demi sedikit dan memilih titik-titik tertentu yang sudah rusak parah sebagai prioritas pembangunan. Ada juga jalan yang dibangun yang lebarnya kurang dari 1 meter agar jaraknya lebih panjang dan dapat menghubungkan antar dusun. Meski sebagian besar dana desa telah digunakan untuk pembangunan jalan namun jalan yang rusak masih jauh lebih panjang.

Memperbaiki jalan bukan hanya agar masyarakat dapat mengakses pasar, bahan makanan yang lebih beragam dan lebih murah di pasar tapi juga akses terhadap fasilitas kesehatan yang lebih baik. Jalan juga berperan penting dalam menjaga tradisi dan silaturahmi masyarakat adat Kaluppini yang tersebar di empat desa.

Hingga di titik ini, membangun jalan masih menjadi salah satu solusi terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Adat Kaluppini yang juga akan berdampak menguatnya kembali hubungan silaturahmi yang mulai terkikis antar desa. Meski demikian, pembangunan jalan pun dapat menjadi tantangan tersendiri bagi mereka dalam mempertahankan adat tradisi mereka. Jalan yang bagus akan memudahkan akses orang luar masuk dan keluar tanah adat dengan membawa perubahan modern yang dapat mengikis nilai-nilai yang selama ini mereka jaga.

 

*Tulisan ini diikutkan dalam lomba #InfrastrukturKitaSemua

Ikuti tulisan menarik Nurbaya Nuby lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler