x

Ilustrasi bersepeda. Shutterstock

Iklan

Wawan Agus Aji Pamungkas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bersepeda adalah Melawan!

Selain sehat, bersepeda juga memberi ancaman kepada produsen minyak atau kendaraan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Medio 2015, tepat beberapa hari sebelum hari kemerdekaan Indonesia, netizen dikejutkan oleh salah seorang pengguna sepeda asal Jogjakarta yang menghadang konvoi moge. Dengan gagah, Elanto Wijoyono, pengguna sepeda tersebut menghadangkan sepedanya, memberi tahu kepada pengguna moge jika lampu sedang merah dan mereka tak boleh melanggar. Anehnya, rombongan moge tersebut dikawal oleh polisi.

Siapa sih sebenarnya yang bisa mendapat pengawalan dari polisi di jalan raya? Pada dasarnya, menggunakan sarana dan prasarana jalan untuk kepentingan berlalu lintas adalah hak asasi setiap orang.

Hak utama pengguna jalan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) no. 43 tahun 1993. Dalam pasal 65 ayat 1 yang menyebutkan siapa-siapa saja yang berhak mendapat pengawalan polisi di jalan raya. Hak utama sendiri merupakan hak lebih dari pengguna jalan lainnya,

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekedar untuk diketahui, dalam pasal tersebut, pemakai jalan yang wajib didahulukan saat di jalan adalah, pemadam kebakaran saat bertugas, ambulans yang mengangkut orang sakit, kendaraan yang membawa orang kecelakaan lalu lintas, kendaraan yang membawa jenazah, kendaraan kepala negara (Presiden & Wakil Presiden) atau pemerintah asing yang menjadi tamu negara, konvoi kendaraan orang cacat, kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau barang-barang khusus.

Dari kutipan pasal di atas dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya, sebanyak apa pun uangmu, kalau kamu bukan dari bagian dari pengguna jalan di atas, kamu tidak layak dikawal oleh polisi, terlebih sampai mengganggu perjalanan orang lain, padahal, hak setiap orang di jalan itu sama. Jika hal itu tetap dilakukan, bisa dibilang polisi dan yang dikawalnya adalah pelanggar aturan pemerintah. Sepakat?

Lalu, apa hubungannya dengan ‘Bersepeda adalah Melawan’? Saya mengutip kalimat tersebut dari Jerinx, pentolan Superman is Dead dan Devildice. Bersepeda memiliki banyak makna, dimulai dari menjaga kesehatan diri, menghemat bahan bakar, melawan polusi, melawan perusahaan bahan bakar dan produsen kendaraan yang semakin brutal distribusinya.

Semenjak STM saat di Semarang, tak jarang saya menggunakan sepeda lowrider acak-acakan hasil merancang sendiri. Saat bekerja di Cilegon, sering pula saya mengenakan sepeda gunung yang dibeli hasil dai mengumpulkan uang gaji. Masalahnya, apakah pengendara sepeda di Cilegon memiliki akses yang nyaman?

Referensi saya tentang pengguna sepeda di kota-kota lain di seluruh Indonesia sangatlah kurang, hanya saja beberapa kota yang pernah saya singgahi di Jateng seperti Klaten, Kebumen, Banyumas, Mranggen, merupakan tempat yang agaknya ramah terhadap pengguna sepeda. Pemandangan yang sangat lazim terlihat di pagi atau sore hari, rentetan sepeda pekerja atau anak-anak sekolah sambil cekikik-cekikik bercanda.

Di Cilegon sendiri, kota ini sangat tidak ramah terhadap pengguna sepeda, dimulai dari klakson yang tidak bisa santai, hingga bentakan pengguna mobil juga pernah saya alami. Susah memang jika inging hidup konvensional di kota yang sudah sangat modern. Sampai-sampai, pedestrian yang sudah dibuat mulus, ternyata bukan untuk pejalan kaki melainkan untuk para pedagang kaki lima. Iya, lah, diutamakan pedagang, pejalan kaki kan tidak setor, sedangkan pedagang kan setor. Hehehe.

Bersepeda melawan banyak hal, begitu pun berjalan kaki. Kedua hal konvensional ini dapat mengubah banyak hal jika dilakukan oleh banyak orang. Bayangkan saja jika sebagian besar dari kita menggunakan sepeda atau berjalan kaki, tak ada yang menggunakan BBM, tak akan ada polusi udara, tak akan ada penyakit dalam diri kita, tak akan ada tilang-menilang tanpa pelanggaran yang jelas oleh polisi. Eh, yang terakhir lupakan saja.

Namun, sikap represif orang-orang terhadap pengguna sepeda masih tinggi, seolah pengguna sepeda hanyalah pengganggu jalan saja. Kembali ke niat awal, dengan tujuan apakah kita bersepeda, melawan atau hanya trendy agar terlihat anomali saja?

Ikuti tulisan menarik Wawan Agus Aji Pamungkas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu