x

Iklan

chunk nd

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pacuan Kuda dalam Hati

perasaan adalah sebuah hal yang keputusan untuk mengungkapkan atau tidak terletak dalam diri sang pemilik hati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yang kubisa hanyalah merindu, hanya itu,,,

Sore itu adalah kali pertama kumelihat senyum indah, sangat indah yang selama ini belum pernah kulihat sebelumnya, aku tak mengenalnya, tapi kutau bahwa dia tidaklah jauh,, akupun dengan sangat yakin akan selalu melihat senyum dari bibirnya itu, dalam hati kugaransi untuk bahagiaku. Hingga malam menyapa dengan cahaya rembulannya yang sayup seolah akan tertidur dengan pulasnya, sementara sekelompok bintang yang kerlap kerlipnya terus meninabobokkan, aku masih saja terkagum-kagum dengan senyum terindah yang kulihat sore tadi, dalam ingtanku hanya senyum itu yang selalu terngiang hingga akupun ikut terlelap dalam gelapnya sang malam

Terbangun dari tidurpun masih senyum itu yang kuingat, perlahan kulangkahkan kakiku keluar dari zona nyaman tempat tidurku dipagi buta, kugas dengan kencang sepeda motor tua yang selama ini menjadi pendampingku selama empat tahun dikota perantauanku.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teman-temankupun bertanya-tanya dengan sikapku yang tiba-tiba saja berubah dengan drastis, hari itu bahkan jarum jam belum menempatkan ujungnya di angka 8, namun saya sudah terduduk dengan santai, dengan senyum tak jelas dibangku barisan terbelakang dalam ruangan kelas yang tanpa fasilitas apapun kecuali kursi, meja dosen dan jga papan tulis, dengan jendela kaca yang hampir seluruhnya berdebu dan sebagian retak. Wajar saja, saya mahasiswa malas, kuliah pagi adalah hal yang sangat aku benci, “jangan sampai kuliah mengganggu tidurmu”, setidaknya kalimat itu juga berlaku untukku, sebab tidurku masih lebih kupilih dibandingkan masuk kampus sangat pagi dan mengikuti kuliah yang juga hanya bikin ngantuk.

Namun hari itu berbeda, bangun pagiku hingga masuk kampusku yang berbeda dari biasanya, harapan yang sangat besar kubawa dari kosan kecilku, kekampus tak berniat kuliah, tapi ingin kulihat lagi dan lagi senyum indah yang begitu manis yang kulihat sore kemarin, sebab kutau aku dan dia hanyalah berbeda jurusan namun dalam fakultas yang sama.

Kuterduduk disudut gazebo kecil dipinggir jalur lalu lalangnya para mahasiswa berharap dia lewat bersama dengan senyum indahnya, namun senja menyapa ia tak muncul juga, dengan cepat kuambil motor tuaku yang sedari tadi juga duduk terdiam menemaniku menunggu dengan sabarnya, kupulang dengan kecewaku, usahaku untuk bangun dengan sangat pagi sia-sia, “kadang harapan memang tak sejalan dengan realitas yang terjadi”, kalimat ini mungkin pelengkap hariku.

Hari demi hari berlalu, hingga berminggu-minggu kutunggu ia tak muncul juga, perlahan semangatku redup, aku sangat bahagia hanya dengan melihat senyumnya, ingin kucari tau namun namanya saja aku tak tau, jurusan kuliahnya apa akupun tak tahu, dan akupun berusaha melupakan secara perlahan senyum indah dari bibirnya yang pernah kulihat sore kala itu.

Hari-hari kulewati kembali dengan rutinitas yang sama seperti disaat aku belum melihat senyumnya, bangun kesiangan, masuk kampus sore hari, pulang saat subuh,

Hari-hariku kusibukkan dengan organisasi kampus, setiap hari mencari segala kesalahan yang dibuat oleh birokrasi kampus, mendiskusikan kebijakan baru kampus, berdemonstrasi menentang kebijakan kampus. Hal itu kulakukan hingga terganti sebagai pimpinan organisasi.

Bulan selanjutnya adalah waktuku untuk mengabdi kepada masyarakat, kuliah kerja nyata atau KKN, meninggalakan kampus selama 3 bulan untuk berbaur membantu dan mengabdikan diri ditengah-tengah masyarakat.

Sebulan berlalu, membuat tempat sampah, membersihkan kantor desa pagi dan sore, bermain domino dengan warga yang piket siskamling dipos jaga, membersihkan posko adalah rutinitas yang tak terputus, hingga akhirnya ada panggilan dari ketua lembaga dikampus, tapi lebih tepatnya sebenarnya adalah panggilan dari senior.

Sudah kuduga, panggilan tiba-tiba dengan kata harus, saya pun tak bisa mengelak. Saya dijadikan sebagai salah satu dari tiga delegasi yang dikirim ke lembaga kemahasiswaan tingkatan fakultas, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MAPERWA). Untuk itu mau tidak mau, suka atau tidak suka saya harus meninggalkan sementara posko pengabdian, hanya tiga hari,,, sebab aku harus mengikuti musyawarah besar yang akan segera berlangsung untuk merumuskan aturan organisasi serta memilih presiden baru untuk lembaga eksekutif fakultasku. Aku pun merasa lega ketika tempat yang dijadikan lokasi mubes tidak begitu jauh dari posko pengabdianku. Dengan cepat aku akan segera kembali ketempat pangabdianku, desa yang sangat tenang dan sunyi, jauh dari hiruk pikuk kota yang begitu bising apalagi urusan dengan kuliah yang tak pernah juga aku masuk untuk belajar.

Sudah kubayangkan betapa membosankannya hadir dalam kegiatan Musyawarah itu, disana hanya aka nada perdebatan tentang kata yang tidak jelas substansinya, sesuatu yang sudah jelas akan diperdebatkan panjang lebar hingga akhirnya menjadi tidak jelas kemudian akan buntu dan ujungnya kembali kesemula, membayangkannya saja sudah sangat bosan apalagi jika kujalani selama tiga hari dua malam, selain tenaga yang terkuras habis, tidurpun tak akan tenang sebab perdebantan selalu berakhir disaat adzan subuh telah berkumandang.

Jumat sore itu rombongan mahasiswa dari tiap jurusan mulai berangkat berkelompok, dengan menggunakan bus kampus, dan juga rombongan dengan motor yang membawa ting beserta bendera lembaganya masing-masing yang kemudian membunyikan sirine dari megaphone yang dipegang barisan terdepan, rombongan ini membelah padatnya lalulintas kota, melewati trafficlamp walaupun lampu berwarna merah. Aku sengaja berangkat belakangan, sebab kutau penyakit kegiatan seperti ini adalah molor waktu yang bisa sampai berjam-jam, dan benar saja, saya berangkat pukul 19.00, dua jam kemudian saya tiba dan benar saja acara belum dimulai juga.

Pukul 10 lewat beberapa menit acarapun dimulai, aku duduk dibarisan depan, pembahasan awal manual acara yang kemudian dilanjutkan dengan membahas tata tertib kegiatan, sangat membosankan, waktu sudah pukul 01.00 dini hari dan pembahasan tata tertib baru usai, mataku sudah redup bagaikan lilin yang sudah hampir habis, agenda tetap dilanjutkan dengan penetapan ketua umum MAPERWA, langsung ditetapkan sebab calon hanya satu orang dan ditetapkan secara aklamasi.

“sebelum istirahat sekalian kita bagi komisi saja terlebih dahulu, supaya besok langsung rapat pembagian komisi,, bagaimana kawan-kawan” ucap seorang stering commite yang memandu kegiatan.

“ok, sepakatt lanjuttt” teriak beberapa peserta dengan nada rendah seolah sudah lobet juga sepertiku.

Satu persatu nama peserta pun disebutkan sekaligus pembagian kelompoknya, mataku terbelalak, tiba-tiba jantungku tidak karuan, ngantukku menghilang seketika, aku dimasukkan dalam komisi yang membahas rekomendasi, namun bukan itu yang membuat semua keanehan dalam diriku secara tiba-tiba subuh itu.

Berbulan-bulan setelah semuanya kulupakan ia muncul tepat dihadapanku, senyum itu, senyum yang sangat menawan itu akhirnya muncul kembali, seketika energi terkumpul kembali, ngantukku hilang seolah dua gelas kopi hitanm dengan sedikit gula telah kuseruput. Dalam forum yang berbentuk  lingkaran setengah itu dan dengan jumlah shaf yang tidak beraturan ia terselip diantara kumpulan mahasiswa yang duduk dihadapanku yang tak kusadari sejak tadi. Namanya telah kulewatkan, akupun tak sabar menunggu mentari untk muncul lebih cepat agar kubisa kembali melihatnya, melihat senyumnya, senyum indahnya.

Aku sangat gengsi dan pemalu, aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan, kami pun ternyata berbeda komisi dalam pembagian kemarin, tiap waktu selalu kucuri kesempatan untuk meliriknya secara diam-diam, semakin lama aku menatap semakin kencang pula jantng ini berdegup,,, seolah pacuan kuda sedang dipertandingkan.

Siang hingga malam kemudian pagi kembali, berbagai cara kulakukan agar aku tetap bias melihat senyumnya, berkali-kali aku mencari alas an bahkan ke kamar kecil walaupun tak ingin buang air hanya untuk lewat disebelahnya dan menatapnya sekilas, entah kata apa yang harus ku keluarkan akankebahagiaanku ini, akupun tak mengerti diriku, kenapa aku begitu bahagia hanya dengan senym saja.

Minggu pagi itu acarapun selelsai, presiden mahasiswa pun terpilih sama dengan yang sebelumnya, calonnya tunggal dan ditetapkan aklamasi,.

Kakiku serasa berat kulangkahkan ketempat pengabdianku, ada yang mengganjal dalam hati dan fikiranku, bisikan untuk kembali kekampus saja terus membayangi,

Perasaanku semakin menggebu tak karuan, berkali-kali kupastikan dengan mata kepalaku sendiri, pemilik senyum itu ternyata juga masuk dalam lembaga yang juga kumasuki, aku akan bersama dengannya hingga setahun lagi, tak pernah kusangka yang selama ini selalu aku cari akhirnya akan selalu aku lihat nantinya, aku sudah tak sabar untuk kembali kekampus, untuk bekerjasama dengannya, untuk berkenalan langsung dengannya, untuk memintak kontak teleponnya, sosial medianya dan apapun tentangnya.

Pengabdianku masih tersisa dua bulan lagi, aku tak akan melihatnya selama dua bulan, hari itupun aku terus mencarinya, kuingin melihatnya sekali saja sebelum aku kembali ketempat pengabdianku, namun rupanya ia telah lebih dahulu berangkat kembali kekampus dengan bus yang telah disediakan, akupn semakin menggebu-gebu untuk cepat menyelesaikan pengabdianku, secepatnya kuingin kekampus untuk bertemu dengannya, berkenalan dengan dan melihat senyum indahanya.

 

CHUNK ND

Ikuti tulisan menarik chunk nd lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler