x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perkembangan Kualitatif Ledakan Bom Kembar di Gereja Mesir

Pemerintah Mesir akan membentuk lembaga baru: “Dewan Tinggi Pemberantasan Radikalimse”, yang akan diberikan seluruh wewenang yang diperlukan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah berlalu sekitar 24 jam, diketahui beberapa perkembangan kualitatif terkait ledakan bom kembar di gereja di Mesir padaAhad 09 April 2017: (1) bom di Gereja St. George, di kota Tanta, Provinsi Al-Gharbiyah, Mesir, yang terletak sekitar 85 km ke arah utara dari Kairo; dan (2) bom di gerbang gereja Katedral St. Mark, di Kota Alexandria (sekitar 220 km ke arah utara Kota Kairo).

Pertama, seperti diprediksi semula, jumlah korban tewas bertambah menjadi total 49 orang: 27 di St. George, Tanta. Dan 22 di Gereja Katedral St. Mark, Alexandria (7 di antaranya aparat keamanan) yang kebetulan berjaga di gerbang utama gereja. Keterangan final tentang jumlah korban masih menunggu penjelasan resmi, dan masih ada kemungkinan jumlah korban tewas bertambah, sebab sebagian korban cedera kondisinya kritis.

Kedua, karena sasaran aksi adalah dua gereja, maka sebagian besar korban tewas adalah komunitas Kristen Mesir, kecuali mungkin tujuh korban tewas dari unsur aparat keamanan, salah satunya perwira wanita, yang boleh jadi sebagian di antaranya adalah Muslim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, melalui pidato yang disiarkan televise pada Ahad malam 09 April 2017, dengan raut muka yang mengindikasikan kemarahan, Presiden Mesir Abdul Fattah Al-Sisi mengumumkan pemberlakuan State of Emergency (Keadaan Darurat) selama tiga bulan ke depan dan akan membentuk lembaga baru “Dewan Tinggi Pemberantasan Radikalimse”, yang akan diberikan seluruh wewenang yang diperlukan. Pengumuman ini menunjukkan bahwa beberapa hari ke depan Pemerintah Mesir akan mengambil langkah-langkah yang lebih menukik dalam upaya mencegah berbagai kemungkinan aksi teror.

Keempat, berdasarkan hasil investigasi awal, ledakan bom kembar di Tanta dan Alexandria Mesir itu diledakkan melalui remote control, yang dipegang oleh orang lain dari luar gereja.

Kelima, seolah ingin mengejek aparat forensik, IS Sinai Utara mengumumkan bahwa pelaku bom di Gereja Katedral St. Mark, Alexandria bernama Abu Al-Barra’ Al-Misri, sementara pelaku bom bunuh diri di Gereja St. George, Tanta bernama Abu Ishaq Al-Misri. Dari kedua nama tersebut, IS seolah ingin mengirim pesan bahwa keduanya adalah warga asli Mesir, bukan dari luar Mesir.

Keenam, selama dua pekan terakhir, di berbagai belahan bumi, terjadi beberapa serangan teror, yang secara langsung ataupun tidak langsung, tudingan mengarah kepada anasir atau simpatisan Islamic State (IS): Serangan mobil di Parlemen Inggris (24 Maret 2017); Ledakan bom Bunuh diri di Peshawar Pakistan (01 April 2017); Bom Subway di Petersburg Rusia (03 April 2017), Serangan Truk di Mal, Stockholm Swedia (07 April 2017). Boleh dibilang ini adalah ritme serangan yang cukup intens. Dan karena itu, Apkam Indonesia seyogyanya meningkatkan kewaspadaan.

Syarifuddin Abdullah  | Senin, 10 April 2017 / 13 Rajab 1438H.

Sumber foto: www.shorouknews.com. Kondisi paska ledakan di gerbang Gereja Katedral St. Mark, Alexandria pada Ahad, 09 April 2017.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB