x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Saya Tak Kenal Novel Baswedan

Ngapain gue harus peduli ama Novel Baswedan, kenal juga kagak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Ngapain gue peduli ama Novel Baswedan, kenal juga kagak," tulis seorang anggota group WA (Watsapp) pagi ini. Pagi ini penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu mendapat musibah dengan disiram air keras.

Saya juga seperti teman saya di group WA itu, tidak kenal langsung dengan Novel Baswedan. Namun, saya termasuk orang yang mengikuti hampir setiap pemberitaan tentang Novel Baswedan.

Dalam pemberitaan yang saya ikuti, baik di media cetak atau elektronik, saya mengetahui bahwa Novel Baswedan adalah sosok pemberani dalam melakukan tugas memberantas korupsi. Urat takutnya mungkin sudah putus. Siapapun diterjangnya agar Indonesia bebas korupsi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keberanian Novel Baswedan dalam memperjuangkan anti-korupsi, mungkin bisa disejajarkan dengan almarhum Cak Munir dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM).

Bila dengan almarhum Cak Munir, saya pernah bersalaman dan ngobrol, meskipun tidak sering, tapi dengan sosok Novel Baswedan ini saya belum pernah ketemu langsung. Meskipun belum pernah bertemu langsung dan hanya mengenal lewat media massa, sosoknya telah menggerakan saya untuk mengutuk tindakan korupsi. 

Keberanian sosok Novel Baswedan dalam memperjuangkan anti-korupsi telah menginspirasi saya untuk menulis artikel opini di Koran TEMPO pada 9 Februari 2015. Artikel yang berjudul "Presiden Peragu" itu adalah kritik keras saya terhadap Presiden Joko Widodo karena nampak ragu menolak tekanan untuk mencalonkan Kapolri yang telah mendapat stabilo merah dari KPK saat itu. Artikel dengan judul, "Presiden Peragu" dapat dilihat di website KORAN TEMPO.

Saya sempat berpikir seribu kali untuk menulis artikel itu, karena saya termasuk yang mendukung Jokowi pada pilpres 2014. Tapi akhirnya, keberanian Novel Baswedan, menginspirasi saya untuk menulis artikel itu. Apa yang saya lakukan tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang telah dilakukan Novel Baswedan dalam memberantas korupsi.

Saya hanya tahu Novel Baswedan melalui media massa, tapi keberaniannya telah menginspirasi saya untuk menulis kritik keras saya secara terbuka untuk pertama kalinya kepada Presiden Jokowi, yang saya pilih sendiri di pilpres 2014. Saya sempat membayangkan, bagaimana seandainya saya sempat kenal, berbincang dan bersalaman langsung dengan Novel Baswedan, tentu artikel yang saya tulis akan lebih keras lagi mengkritik kekuasaan, baik kekuasaan politik maupun modal.

Kenapa keberanian Novel Baswedan begitu menginspirasi saya dalam menulis artikel yang mengkritik Presiden Jokowi itu? Ya, karena apa yang diperjuangkan Novel Baswedan menyangkut kepentingan saya sebagai warga negara. Saya sudah muak hidup di negeri yang dipenuhi pejabat-pejabat korup. Tindakan korup pejabat-pejabat itu telah membuat jutaan warga miskin kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, mendapatkan layanan kesehatan dan fasilitas publik lainnya.

Akhirnya, menjawab ungkapan sinis teman di group WA itu saya menuliskan, "Ya, benar saya juga tidak mengenal Novel Baswedan secara langsung, tapi apa yang diperjuangkan Novel melawan korupsi adalah kepentingan saya sebagai warga negara. Sehingga bila para koruptor ingin menghabisi Novel karena perjuangannya melawan Korupsi, maka bagi saya hanya ada dua pilihan diam ketakutan atau bangkit melawan. Dan saya memilih untuk bangkit melawan bersama jutaan orang warga Indonesia yang muak melihat pejabat-pejabat yang korup."

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler