x

Iklan

Putu Suasta

Politisi Demokrat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kemenangan Abadi Ahok

Opini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang gadis belia bernama Tsamara Amany baru-baru ini mempublikasikan tulisannya di sebuah media online dengan sebuah penutup yang lantang: “Satu Ahok pergi, seribu Ahok lain akan tumbuh”. Inilah penutup dari cerita panjangnya tentang bagaimana Ahok menginspirasi anak-anak muda seperti dirinya untuk terjun ke dunia politik yang dulu mereka anggap kotor dan tak menarik. Ahok telah memberi inspirasi tentang politik dan kekuasaan sebagai sarana untuk menyejahterakan rakyat banyak. Anak-anak muda merasa tertantang untuk bisa mengikuti jejak Ahok yang benar-benar mendedikasikan seluruh kekuasaan yang dimilikinya selama kurang lebih 5 tahun untuk kesejahteraan rakyat Jakarta. Karena itu Tsamara Armany menulis,  Ahok bisa saja kalah secara elektoral tapi dia telah memenangkan pertarungan dengan memberi inspirasi tentang pemerintahan yang benar dan melalui legacy yang abadi. Dia akan terus dikenang oleh rakyat.

Menaikkan Standard Pemerintahan Kota

Tsamara Armany adalah salah satu contoh dari segelintir orang yang melihat legacy Ahok secara lebih utuh. Kebanyakan orang hanya mengagumi sungai yang bersih, banjir yang mulai teratasi, transportasi yang makin baik, pelayanan di kelurahan yang serba cepat dan sejumlah contoh-contoh kerja nyata lainnya. Selain itu, banyak juga yang hanya tertarik dengan kisah heroik dan spartannya melawan para koruptor, birokrat yang tak becus dan pengusaha tamak. Tapi hanya sedikit yang menyadari bahwa Ahok sesungguhnya telah menaikkan standard tentang bagaimana sebuah pemerintahan mesti dijalankan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok bukan lagi metropolis antah berantah yang hanya bisa ditaklukkan oleh pemodal besar, penguasa politik dan para preman dengan massa besar. Ahok telah membuat Jakarta menjadi tertib di mana setiap orang mendapat kesempatan selama mengikuti aturan yang berlaku. Tak ada pengusaha yang bisa sesuka hatinya membangun tempat usaha di Jakarta. Dia harus tunduk pasa sistem tata kota dan berbagai aturan lain. Tak peduli seberapa banyak modal yang dimilikinya. Tak ada penguasa politik yang bisa membekingi para pemenang tender di pemerintahan kota. Semua tender harus berjalan melalui prosedur yang legal dan masuk akal. Tak ada preman yang bisa mempertahankan daerah operasinya yang melanggar aturan. Ahok menertibkan siapun yang melanggar aturan di Jakarta dan memberi kesempatan yang sama bagi semua orang sesuai koridor aturan. 

Melalui media, kisah tentang Jakarta yang tertib menjadi santapan warga tiap hari. Ke seluruh negeri ini berembus cerita tentang kenyamanan hidup di Jakarta karena pemerintahnya bekerja untuk rakyat, bukan untuk pengusaha dan penguasa politik. Cerita-cerita itu tiap hari jadi santapan warga dan lama kelamaan menjadi sebuah standard yang terbentuk di benak warga tentang bagaimana seharusnya sebuah kota dikelola. Standard ini tentu tidak akan mudah diikuti oleh pejabat yang akan menggantikannya tapi rakyat akan terus mengawasi dan siap mengkritisi tiap kali penyimpangan terjadi. Akan sering terdengar celotehan: “Di zaman Ahok dahulu begini loh, kok sekarang jadi menurun ya?”.

Standard yang dibangun Ahok telah membuat Jakarta dalam arti tertentu sejajar dengan kota-kota besar lainnya seperti Tokyo, Jepang, New York, London dan kota-kota lainnya yang sering digunakan orang sebagai perbandingan tentang tata kelola kota yang modern. Karena itu, Jakarta akan terus menjadi sorotan dan pemimpinnya akan “dipaksa” mengikuti standard itu karena warga tentu tak ingin melihat ibu kota negara mereka berjalan mundur.

Administrator Kesejahteraan

Untuk bisa mengikuti standard pemerintahan yang dibangun Ahok, para pejabat di ibu kota mesti menyadari tugas mereka sebagai administrator kesejahteraan rakyat. Kurang lebih selama lima tahun Ahok membangun sistem yang tidak bisa digoyahkan dengan mudah. Sistem itu bekerja untuk memastikan penggunaan anggaran secara tepat dan para birokrat bekerja sesuai kebutuhan rakyat dan memperkecil potensi penyimpangan kekuasaan. Maka, siapapun yang akan memimpin Jakarta dalam periode selanjutnya, tidak akan mudah bertindak sewenang-wenang. Ada sistem dan standard kerja yang harus mereka penuhi. Jika bekerja melawan sistem atau mencoba mengubanya, mereka akan mudah terpantau aparat penegak hukum dan lekas menjadi musuh publik.

Intinya, jika pemerintahan selanjutnya gagal menunaikan tugasnya sebagai administrator kesejahteraan, bukan tidak mungkin terdengar teriakan-teriakan di media “We want Ahok back”. Sebaliknya, jika mereka berhasil meneruskan sistem dan standard  itu, rakyat akan terus berterimakasih dan mengenang Ahok karena telah membangun sistem dan standard yang “memaksa” pemerintahan selanjutnya bekerja dengan baik. Maka pemenang sesungguhnya di Jakarta adalah Ahok dan kemenangan itu abadi karena dia meninggalkan legacy yang abadi.

Ikuti tulisan menarik Putu Suasta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler