x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gaya Borjuis Tuan Anies

Anies mulai meniru gaya borjuis Ahok

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anies Baswedan akhirnya menang dalam hitung cepat Pilkada DKI. Pertarungan politik yang panas pun berangsur-angsur mendingin. Bahkan Anies sempat menyempatkan diri untuk berkunjung ke Balaikota untuk menemui Ahok.

Ada hal yang menarik saat Anies berkunjung ke Balaikota. Anies mengunjungi Ahok dengan menggunakan helikopter. Dalam pemberitaan berbagai media massa, Anies mengatakan bahwa helikopter itu adalah milik seorang pengusaha.

Gaya borjuis. Mungkin dua kata itu yang bisa menggambarkan gaya Anies ketika mendatangi Balaikota. Borjuis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kelas masyarakat menengah ke atas. Bagaimana tidak, jelas tidak semua warga Jakarta memiliki kemewahan untuk menaiki helikopter guna menembus kemacetan di Ibukota. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti ditulis di berbagai media massa, Anies menyatakan, ia menghormati waktu yang disediakan Ahok. Hari Kamis lalu, agenda Ahok cukup padat sehingga ia hanya menyediakan waktu pukul 07.45 WIB. Dan saat jam-jam segitu Jakarta sangat macet. Nah, untuk menembus kemacetan ibukota itulah Anies naik helikopter. 

Anehnya, alasan yang digunakan Anies pun mirip dengan yang digunakan Ahok saat menjadi Wakil Gubernur DKI ketika menolak instruksi Gubernur DKI Jokowi untuk menggunakan angkutan umum. Alih-alih menggunakan angkutan umum, Ahok justru tetap bertahan dengan menggunakan mobil ke kantor.

"Saya naik mobil. Lebih cepat karena kalau naik bus harus pindah tiga kali. Lebih cepat naik mobil sendiri 20 menit sampai, naik Transjakarta pindah-pindah, sampai 45 menit," kata Ahok, seperti ditulis di berbagai media saat itu. Nah, marilah kita coba mengganti kata mobil itu dengan helikopter. Hasilnya akan mirip seperti yang dikatakan Anies.

Padahal, bisa saja mereka, Anies dan Ahok, tetap menggunakan transportasi massal, dengan berangkat lebih pagi. Seperti kebanyakan buruh yang setiap hari berangkat kerja menembus kemacetan Jakarta. Dengan menggunakan transportasi massal, sebenarnya mereka dapat sekaligus bersentuhan kulit dengan warga DKI yang setiap hari berjuang menembus kemacetan Ibukota.

Alasan bahwa jika menggunakan transportasi massal akan dianggap pencitraan itu mengada-ada. Menggunakan transportasi massal, bagi seorang pejabat bukanlah pencitraan tapi keberpihakan. Dengan menggunakan transportasi massal berarti berpihak pada kepentingan rakyat banyak. Dengan menggunakan transportasi massal berarti ikut mengurangi kemacetan lalu lintas dan juga polusi udara di Jakarta. 

Gaya borjuis Anies yang mulai mengikuti Ahok ini perlu mendapatkan kritik yang keras. Bukan tidak mungkin nanti setelah menjabat, bukan hanya gaya borjuis Ahok yang ditiru, namun juga model pembangunan kota yang bias kelas menengah atas. Jika demikian, maka janji manis untuk menghentikan penggusuran warga miskin kota, menghentikan reklamasi Teluk Jakarta, tidak membangun 6 tol dalam kota akan menguap begitu saja. Dan rakyat Jakarta akan kembali gigit jari.

 

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB