x

Iklan

Bagas Sanjaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

SBY: Jika Mau Belajar, Kekalahan adalah Sukses yang Tertunda

Kekalahan menguji apakah kita memiliki kepribadian dan sikap mental yang positif karena keduanya yang mengantarkan sukses di masa mendatang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan, Partai Demokrat sedang giat-giatnya melakukan program Demokrat Keliling Nusantara. Program ini ditujukan untuk konsolidasi internal, sekaligus menarik aspirasi publik di daerah-daerah yang dikunjungi. Pekan lalu, Partai Demokrat berlabuh di Kepulauan Riau. Kegiatan ini semakin istimewa karena Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berkesempatan hadir.

Di sela-sela lawatannya, SBY melakukan silaturahmi dengan para kader Partai Demokrat di Kepualuan Riau. Sebagaimana galibnya, SBY hadir dengan gagasan dan pesan politik yang santun, bernas dan menginspirasi; termasuk dalam menyikapi kekalahan.

Dari berkian pesan yang disampaikan SBY, saya mencatat satu hal penting; yaitu bagaimana cara bijak dan cerdas dalam kekalahan. Setidaknya ada dua pokok penting dibalik nasihat Presiden RI ke-6 ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, sometimes we win, sometimes we learn –terkadang kita menang, terkadang kita belajar. Apabila menang, jangan lupa daratan. Sekiranya kalah, segeralah lakukan introspeksi dan mawas diri mengapa kalah. SBY menegaskan bahwa kekalahan bukan berarti harus terpuruk. Sesungguhnya, dari kekalahan kita dapat banyak belajar agar di masa depan, dalam kompetisi berikutnya kita bisa menang.

Kedua, kekalahan adalah sukses yang tertunda. Ini bukan tanpa syarat. Ini hanya berlaku asalkan kita ikhlas menerima kekalahan. Jangan hanya pandai menyalahkan pihak lain. Pandai-pandailah dalam menyikapi dan memetik pelajaran dari suatu kekalahan.

Semua mengetahui Partai Demokrat dalam perjalanan sejarahnya kerap mendulang kemenangan gemilang, namun ada juga beberapa kekalahan. Partai Demokrat sempat menjadi the rising star pada Pileg 2004; pileg pertama yang diikutinya. Pada Pileg 2009, Partai Demokrat meroket sehingga menjadi pemenang pemilu. Kendati dihantam prahara, Partai Demokrat masih tegak di peringkat keempat pada Pileg 2014. Fenomena dinamis ini juga ditemukan di aras Pilkada yang diikuti oleh Partai Demokrat.

Nasihat SBY terang bukan omong kosong. Terlebih menimbang segudang pengalaman SBY dalam menikmati pelbagai kemenangan dan juga kekalahan dalam kontestasi politik. Jikalau ingatan kita silap, izinkan saya mengingatkan bahwa SBY juga pernah kalah. Dia tersungkur dalam Pemilihan Wakil Presiden di tahun 2001. Waktu itu pemilihan masih bersifat tidak langsung, MPR yang melakukannya. 

Pagi hari selepas kekalahannya di putaran kedua oleh Hamzah Haz, SBY menggelar konferensi pers. Didampingi Ani Yudhoyono, SBY menegaskan dirinya mengakui kekalahannya dan pemilihan yang dilaksanakan tadi malam sah. Dan kepada pendukungnya, SBY berpesan.

“Saya meminta maaf kepada pendukung, karena saya belum bisa mewujudkan keinginan saudara. saya mengajak Saudara semua untuk mendukung wakil presiden terpilih”.

Nyatanya, SBY pantang terpuruk. Dia belajar dari kekalahan. Tiga tahun berselang, pada Pilpres 2004 kita sama-sama menyaksikan. Dengan didukung oleh 15 persen suara koalisi parpol, sementara Megawati diusung oleh 70 persen suara koalisi parpol; SBY mendapat mandat dari rakyat sebagai presiden Indonesia pertama yang dipilih secara langsung.

Tentu saja kemenangan ini tidak ujug-ujug. SBY pasti mengenang kekalahan dan kesalahannya di tahun 2001 silam. SBY melakukan kalkulasi dan analisis seberapa besar peluangnya untuk berhasil, jika mencalonkan diri sebagai capres 2004. Dan keputusannya terbukti benar.

Nasihat yang disampaikan SBY dari hati ke hati ini patut didengar dan dicamkan dalam hati. Bukan hanya bagi kader dan simpatisan Partai Demokrat, tetapi segenap tumpah darah Indonesia.

Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur mustahil terwujud di atas karakter masyarakat yang jumawa pada kemenangan atau puntung asa akibat kekalahan. Menang dan kalah adalah keniscayaan dalam mereguk kehidupan. Bukan itu yang terpenting, melainkan kepribadian dan sikap mental yang positif dalam menghadapi proses naik dan turun itu.

Sebagai penutup, izinkan saya menukil satu pernyataan penting SBY dalam perbincangan itu.

“Kekalahan menguji apakah kita memiliki kepribadian dan sikap mental yang positif. Karena kepribadian dan sikap mental positif itulah yang mengantarkan sukses di masa mendatang.”

Semoga kita adalah orang-orang yang lolos dari ujian kekalahan sehingga kelak bisa mendulang nikmat kesuksesan

Ikuti tulisan menarik Bagas Sanjaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler