x

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#FESTIVALMENULIS | Hoax Pun Tak Terjangkau

Media sosial dan internet boleh diklaim telah menjangkau semuanya. Pengalaman berikut tidak menunjukkan demikian. Cekidot

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Wah, siapa yang memfoto rumah saya? Bagaimana ada di dalam laptop? Bapak yang ambil gambarnya? Itu pertanyaan nerocos Yani (27 Tahun, bukan nama sebenarnya), Asisten Rumah Tangga (ART) saya. Saat saya tunjukkan gambar tampak depan rumahnya, di kampung halamannya Blitar, Jawa Timur, dengan menggunakan aplikasi google map (street view).

Kekaguman dan kebingungannya semakin bertambah, setelah saya minta ia mengetik sendiri apapun yang ingin ia ketahui di mesin pencarian google. Mulai dari gambar Jilbab, Madinah, Mekah, Malaysia, lagu-lagu jaman dulu yang ia sukai, hingga resep masakan yang ia merasa masih belum menguasai.

Yani, yang masih menggunakan HP biasa, bukan smartphone, masih menikmati SMS dan lagu-lagu yang diinstall di dalamnya. Media sosial dan internet tidak banyak menjangkaunya. Kesehariannya diisi bekerja, nonton TV, telpon/sms keluarga di kampung halamannya, dan sesekali jalan-jalan di keramaian yang ada di sekitar rumah.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang yang memiliki profil seperti Yani ini sungguh sangat banyak. Di RW saya saja ada 800-an KK. Masing-masing KK setidaknya punya 1-2 ART (cuci gosok dan memasak/bersih-bersih rumah) Jika di rata-rata tiap KK memiliki 1 ART, maka ketemu angka 800-an ART yang bekerja di hanya 1 RW saja. Tentu ini menjadi angka fantastis yang bisa memunculkan harapan dan sekaligus ancaman.

Sebagai peluang, tentunya, para ART tersebut masih sangat mungkin untuk dibina dan dibekali informasi yang benar tentang bagaimana bergaul dengan media sosial dan internet. Apa saja yang mesti diwaspadai dan apa saja manfaatnya. Meskipun, kita sadari, orang yang berpendidikan tinggi sekalipun terkadang masih tergerus juga oleh serangan hoax, apalagi yang masih belajar dan pemula. Namun, ini tidak boleh membuat kita mundur.  

Sebagai ancaman, karena para ART diatas dihadapkan dengan kenyataan illiterasi atas media sosial dan internet, yang justru potensial sebagai ladang subur penyebaran hoax. Ketiadaan pembanding informasi, dan orang-orang di sekeliling mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengakes informasi di dunia maya semakin membuat mereka target empuk penyebaran berita-berita yang tidak bertanggungjawab.

Pagi ini, saya bertanya ke Yani, apa yang kamu tahu tentang hoax? Ia pun menggeleng, tanda tak tahu. Saya lanjutkan: Apakah kamu pernah mendengar ada informasi yang sengaja disebar ke banyak orang, padahal isinya tidak benar dan penuh kebohongan? Ia kembali menggeleng. Lantas, ia menimpali, “Paling-paling sms yang isinya minta pulsa”.

Apa yang bisa kita lakukan dengan situasi demikian? memilai dari sekitar kita tentunya. Nomer satu, tentunya lingkaran terkecil keluarga, dan dilanjutkan orang-orang yang berhubungan dengan kita sehari-hari. ART adalah salah satunya. Mengenalkan mereka dengan internet secara perlahan dan konstruktif diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman tersendiri. Tujuannya untuk menumbuhkan semangat belajar di tengah dunia yang sangat dinamis dan hectic ini, sekaligus memberikannya alat bertahan diri dari serangan Hoax .

Jika saat ini, mereka tidak mampu menjangkau Hoax, jangan sampai hoax yang justru menghampiri mereka terlebih dulu. Mari lakukan yang bisa kita lakukan agar mereka bisa siap ketika hoax datang dan memprovokasi. #gusrowi

 

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler