x

Iklan

Ridhony Hutasoit

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hidayah Putusan Bersalah Ahok

Kesedihan dan kebahagiaan negeri berpadu dalam masing-masing dimensi pro dan kontra atas kasus Ahok.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kemarin tanggal 8 Mei 2017 adalah hari bersejarah Indonesia. Pertama kalinya sejak rezim Orba runtuh, Pemerintah kita berani mengambil suatu gebrakan penegakkan hukum, yaitu penutupan suatu organisasi masyarakat. Tonggak gebrakan ini menjadi penting dikarenakan di masa-masa lampau pemerintah cenderung meletakkan diri pada “zona nyaman”. Hal ini mengakibatkan persepsi di masayarakat pemerintah “takut” terhadap ormas, apalagi ormas tersebut memiliki jumlah anggota yang besar. Buktinya, tidak jarang Ormas yang dengan lantang menyurakan perubahan ideologi, atau menjadikan dirinya “aparat penegak hukum” ditangani dengan kurang “serius”. Inilah yang menjadi penyebab massa Ormas tersebut makin membesar dan makin berani menunjukkan taringnya untuk merincis persatuan dan keamanan hidup berbangsa dan bernegara. Tapi, dengan pernyataan Pemerintah tentang pembubaran tentang satu Ormas ekstrim, melalui Menko Polhukam, mencercahkan kembali posisi negara sebagai pelindung dan pembina masyarakat. Keputusan ini menyajikan suatu nilai bahwa demokrasi harus taat pada ketentuan, sehingga semakin menegakkan posisi hukum/konstitusi sebagai landasan utama kehidupan bernegara, bukan aspek yang lain. Namun, sangat disadari, putusan ini memiliki inherent risk. Risiko yang berdampak besar ini berpotensi menggepung Pemerintah atas pembubaran Ormas yang memiliki anggota yang tidak sedikit, cukup ter-“cuci otak”-nya, dan tidak sedikit orang “besar” dan haus kekuasaan berada dibelakangnya. Ada yang bilang, negara sedang memicu suatu “perang”.

Hari ini, Hari ini,  9 Mei 2017, sejarah kembali ditorehkan-Nya. Tuhan melindungi NKRI, 9 Mei 2017, seorang Ahok divonis bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Kesedihan dan kebahagiaan negeri berpadu dalam masing-masing dimensi pro dan kontra atas kasus ini. Namun dampaknya, tidak ada kericuhan dalam negeri. Kericuhan yang sangat diharapkan oleh orang-orang yang ingin menjatuhkan Presiden/Pemerintahan kita. Syukur Pemerintah kita juga bergerak cepat untuk mengantisipasi sisi yang lain. Kehadiran Presiden kita di Papua cukup menjadi peneduh atas kondisi kritis yang akan dihadapi setelah putusan ini. NKRI tetap Dia jaga, walaupun ada Ahok dan citra majelis hakim yang perlu dikorbankan. Saya rasa kita sebagai warga negara harus menghormati putusan pengadilan, walaupun secara nurani dipenuhi ketakutan, kesedihan, dan kemuakkan ketika seorang yang “contra mundum”, melawan segala kemunafikan dan sengat korupsi harus berakhir dua kejadian tragis, tidak terpilih dan singgah di Cipinang. Dalam berbagai kontemplasi, saya sering gemas, dan bertanya dalam sanubari, kok Dia tega membiarkan orang-orang yang secara substansi kemurnian hati berjuang demi negeri harus habis diberangus oleh tipu daya politik, uang, dan pembodohan publik?

Saya membuka jendela, kemudian memadang senja memerah namun pekat tertutupi awan kelabu di ufuk barat sore menjelang malam ini. Tiba-tiba saya diingatkan pada satu kisah dalam kitab suci, seorang bernama Yusuf, yang dibuang dan dijual oleh saudara-saudara kandungnya menjadi budak. kemudian dia menjadi budak dipercaya dan dikasihi oleh salah satu pejabat tinggi mesir. Namun, karena tidak mau memenuhi keinginan birahi dari isteri Pejabat itu, Yusuf difitnah melakukan hal tidak senonoh oleh isteri pejabat tersebut. Dia dipenjara, namun dia tetap hidup bersih dan murni, sampai akhirnya kepala penjara begitu mengasihinya dan mempercayakan semua kunci penjara itu. Tuhan belum selesai, kemudian Tuhan mengangkat Yusuf menjadi orang bukan keturunan mesir yang paling berkuasa di negeri Mesir karena Raja negeri piramida itu mempercayakan segala urusan negeri ke dalam tangannya. Kisah ini diakhiri dengan simpulan Yusuf atas hidupnya yang memiliki lika-liku tragedi. Dia menyampaikannya dihadapan saudara-saudara kandung yang ketakutan karena mereka menyangka Yusuf akan membalas kekejian mereka. Dia mengatakan bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya dilakukan Allah untuk menyelamatkan bangsanya sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya tidak tahu bagaimana hidup Ahok setelah ini, apakah akan sama dengan Yusuf atau tidak. Itu semua ada dalam otoritas Tuhan semata. Tapi dengan kisah Ahok ini, kembali saya diajari untuk mengimani, bahwa seburuk-buruknya kejadian yang menimpa orang benar, akan dipakai-Nya kelak untuk menyatakan kuasa-Nya yang melampaui segala akal pikiran dan menunjukkan bahwa segala rancangan-Nya akan mendatangkan kebaikan bagi Bumi, secara khusus Indonesia tercinta.

 

Ikuti tulisan menarik Ridhony Hutasoit lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu