x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ahok dan Doa Korban Gusuran di Jakarta

Di penjara mungkin Ahok akan bisa ikut merasakan betapa sakitnya korban gusuran ketika diperlakukan tidak adil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Ahok mungkin tidak pernah peduli dengan tangisan warga Bukit Duri yang dia gusur itu," ucap Mulyadi, korban penggusuran di Bukit Duri, Jakarta pada akhir tahun 2016 silam. Marah, kecewa, sedih itu mungkin perpaduan perasaan yang dirasakan oleh Mulyadi ketika rumah tempatnya berlindung dihancurkan.

Bukan hanya Mulyadi yang merasakan kepahitan hidup setelah rumahnya dihancurkan. Banyak korban gusuran atas nama pembangunan kota yang merasakan hal yang sama. 

Sebelum, selama dan setelah rumah mereka dihancurkan, para korban gusuran itu masih harus menghadapi stigma buruk di media massa arus utama dan media sosial. Mereka dituduh penghuni illegal. Ketika mereka menangis mengungkapkan kekecewaannya, mereka masih juga dituduh main sinetron.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Korban penggusuran selama Ahok menjadi Gubernur DKI memecahkan rekor terbanyak dibandingkan gubernur sebelumnya. Pengacara publik dari LBH Jakarta Alldo Fellix Januardy mengatakan, Pemprov DKI Jakarta pada masa pemerintahan Gubenur Ahok melakukan penggusuran dengan korban paling banyak. "Ini total Ahok mungkin memecahkan rekor penggusuran selama Pemprov DKI Jakarta dari awal sampe sekarang. Dua tahun menjabat, 25.533 korban," ujar Alldo di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, pada April lalu.

Kepada siapa korban gusuran mengadu?

Mau mengadu ke Media Massa arus utama, sebagai pilar ke-4 demokrasi? Hampir semua media massa justru menyalahkan mereka, kenapa tinggal di tanah yang katanya Ahok illegal. Media massa arus utama seperti tidak memahami bahwa penguasaan lahan oleh segelintir orang membuat mereka tidak punya akses terhadap lahan dan perumahan layak. Tanah di Ibukota menjadi mahal, hanya segelintir orang kaya yang bisa membeli tanah di Ibukota ini.

Mau mengadu ke orang-orang yang mengklaim sebagai aktivis KIRI?

Sebagian dari mereka justru membenarkan penggusuran itu terjadi, sambil memuja-muja Ahok yang pada waktu itu menjadi kandidat calon gubernur.

Praktis para korban gusuran hanya bisa mengadu dan berdoa pada Tuhan. Apapun agama mereka dan siapapun Tuhan mereka.

Hingga akhirnya muncul kasus dugaan penistaan agama yang mengantar Ahok ke penjara. 

Kita semua sedih melihat penggunaan pasal karet penistaan agama digunakan untuk memenjarakan orang. Namun, melihat kembali terhinanya orang-orang korban penggusuran, mungkin itu memang sudah jalan yang harus dijalani Ahok. Meskipun dalam kasus yang berbeda, di penjara mungkin Ahok akan bisa ikut merasakan betapa sakitnya korban gusuran ketika diperlakukan tidak adil. Di dalam penjara mungkin Ahok bisa merenungi betapa sakitnya korban gusuran ketika dulu, bukan hanya rumahnya yang dihancurkan tapi juga dihinakan melalui berbagai pernyataan di media massa dan sosial.

Tuhan, akan mendengar dan mengabulkan doa orang-orang yang tertindas, apapun agama dan kepercayaannya. Dan penggusuran dengan kekerasaan di Jakarta adalah sebuah ritual penindasan yang ditampakan secara nyaris telanjang dari waktu ke waktu.

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler