x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Saksi Bisu Perjuangan Ir.Soekarno di Bengkulu

Peninggalan Sejarah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapapun orang yang datang atau mengunjungi Bengkulu, jika punya jiwa Nasionalisme, maka dia akan memakai “Jasmerah” alias “jangan sekali kali melupakan Sejarah”.

Ya, itulah kata kata bijak jika kita mengaku sebagai orang Indonesia yang tidak mau melupakan para pejuang dan pahlawan bangsa yang berjasa dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang sekarang kita kenal dengan NKRI.

Di Bengkulu, banyak sekali tempat tempat bersejarah atau peninggalan sejarah yang patut diketahui oleh generasi sekarang baik peninggalan zaman Kolonialisme Inggeris maupun Belanda, salah satunya adalah tempat tinggal (rumah) Ir.Soekarno saat diasingkan oleh Belanda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ir. Soekarno diasingkan di Bengkulu setelah sebelumnya diasingkan di Ende (1934-1938) karena aktifitasnya yang dianggap membahayakan kepentingan Belanda, Ir. Soekarno tak henti hentinya menggelorakan semangat nasionalisme Indonesia untuk menuju Kemerdekaan.

Ia dikirim ke Bengkulu setelah Moch.Thamrin melayangkan protes kepada pemerintah Belanda di Volksraad  saat mengetahui Ir.Soekarno mengalami sakit keras di pengasinganya di Endeh. Protes Thamrin ini sampai juga ke Den Haag hingga ahirnya Ir.Soekarno dibawa ke Bengkulu melalui Pelabuhan Merak menggunakan kapal Dagang.

"Ketika berita mengenai keadaanku yang sedang sakit keras sampai di Jakarta, Thamrin mengajukan protes di Volksraad,", begitu pengakuan Ir. Soekarno seperti yang ada dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Ir. Soekarno kemudian ditempatkan di sebuah rumah yang terletak di jalan Anggut Atas (kini Jalan Soekarno Hatta) dari tahun 1938 hingga 1942. Rumah tersebut hingga kini masih terpelihara dengan baik setelah direnovasi dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Pusat.

Memasuki rumah Peninggalan Ir.Soekarno, akan tumbuh perasaan menerawang ke belakang seolah ingin mengatakan alangkah besarnya pengorbanan para pejuang kita dalam memperjuangkan Indonesia Merdeka.

Dengan hanya membayar Rp.5000,- dan boleh mencatatkan nama dan asal, kita bisa memasuki rumah yang nampak berwibawa. Di teras rumah sudah ada penjaga yang siap untuk memberikan penjelasan (jika kita minta).

Di rumah ini, kita akan menemui beberapa ruangan yang dulu dipergunakan oleh Ir.Soekarno. Ruang Kerja Soekarno ada disebelah kanan, dikamar ini terdapat lemari yang isinya buku buku peninggalan Soekarno, ada juga gambar rancangan arsitektur rumah karya Ir Soekarno.

Secara umum, didalam rumah ini terdapat beberapa peninggalan Ir. Soeksarno yakni seperti ranjang besi yang pernah dipakai oleh Ir.Soekarno Bersama istrinya Inggit Garnasih, Foto foto Ir.Soekarno, Inggit Garnasih,Fatmawati. Ada juga Sepeda yang digunakan untuk keperluan sehari hari, Kursi Tamu, Pakaian Seragam opera Tonil dan lainnya.

Di sekitar rumah ini, terdapat juga bangunan kecil yang terletak disamping rumah mirip dengan sebuah garasi mobil, sedangkan dibagian belakang, terdapat bangunan terdiri dari beberapa kamar yang dulu digunakan untuk kamar pembantu, dapur dan kamar mandi, sedangkan untuk keperluan air bersih, terdapat sumur yang hinggi kini masih dilestarikan dan konon katanya banyak juga pengunjung yang mengambil airnya untuk cuci muka termasuk Puan Maharani dan Menteri Pendidikan Republik Indonesia.

Rumah ini bukan hanya punyai nilai sejarah bagi bangsa Indonesia yang memakai Jasmerah, tetapi punya arti penting bagi kehidupan rumah tangga Ir.Soekarno. Di rumah ini Ir. Soekarno banyak mengenal Islam melalui tokoh Agama Bengkulu yang bernama Hasan Din. Di rumah ini pula, Ir.Soekarno menemukan cinta meskipun saat itu Ir.Soekarno berada di rumah ini bersama istrinya Inggit Garnasih. Namun karena seringnya Ir.Soekarno bertemu dengan gadis Bengkulu yang bernama Fatmawati tersebab pertemuan antara Ir.Soekarno dengan Hasan Din yang taka lain adalah orang tua Fatmawati, buih Cinta itupun kian membara.

Rupanya bukan karena paras cantik yang di miliki Fatmawati hingga Ir.Soekarno jatuh cinta, ada hal lain yang mebuat Ir.Soekarno jatuh cinta kepada Fatmawati yakni adanya keinginan Ir. Soekarno untuk mendambakan keturunan.

"Setiap orang memiliki anak. Setiap orang, kecuali Soekarno. Inggit tidak mampu memberiku anak, sehingga sebagian dari diriku dan sebagian dari hidupku terasa hampa", demikian keluhan Ir.Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Ahirnya, Rumah ini menjadi saksi sejarah, bukan hanya sebagai saksi tentang kisah  Ir.Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga saksi sejarah tentang keretakan rumah tangga Ir.Soekarno dengan Inggit Garnasih, sekaligus bersemainya cinta kasih Ir,Soekarno dengan Fatmawati yang berlanjut ke jenjang  perkawinannya pada tahun 1943 setelah menceraikan Inggit kemudian melahirkan lima orang anak sebagaimana yang didambakan Ir.Soekarno yakni Guntur Soekarnoputra,Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soerkarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu