x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jeda

Sebagai jeda, puasa tidak ubahnya kebutuhan manusia yang tidak terhindari.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Berpuasa adalah perbaikan terbesar—dokter di dalam diri.”
--Paracelsus (1493-1541)

 

Di tengah perjalanan panjang menuju asal-muasalnya kembali, manusia memerlukan jeda—pemberhentian sementara; bahkan mungkin bukan pemberhentian, melainkan perlambatan dari perjalanan. Bila biasanya berjalan dalam tempo cepat, dan bahkan sangat bergegas karena manusia semakin adiktif terhadap kecepatan, maka jeda ini adalah perjalanan perlahan.

Dalam perjalanan pulang yang tidak terhindari, manusia membutuhkan shelter, tempat untuk mengendurkan kembali otot-otot kehidupan yang demikian tegang agar kembali segar dan bertenaga. Manusia menata kembali apa yang ia serap dari lingkungan—bukan hanya yang secara fisik memasuki tubuhnya, seperti makanan, tapi juga yang memasuki pikiran dan rasanya melalui indera tertentu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tetap saja, yang fisikal dan non-fisikal bukan hal yang terpisah, keduanya saling berinteraksi. Ketika manusia menata asupan makanan dan minuman bagi tubuhnya, pikiran dan hatinya terpengaruh. Tatkala manusia mengurangi asupan fisik maupun mengelola hasrat dengan lebih ketat, inderanya menjadi lebih tajam.

Dalam perjalanan kembali menuju sumber kehidupannya, manusia memerlukan pemberhentian dari segala aktivitas yang membuatnya lebih sanggup menapaki jenjang kemanusiaan yang lebih tinggi. Mereka yang waskita inderanya, luar dan dalam, terbiasa memperlambat perjalanannya dan menjadikan jeda sebagai cara untuk melihat ke dalam: ‘Sekeruh apa batinku saat ini?’

Ini bukan jeda yang tunggal, melainkan jeda berulang. Dibanding alam semesta, usia setiap manusia terbilang singkat, tapi yang singkat itupun telah demikian pelik. Ada dengki, iri, kesombongan, hasrat yang berlebih, amarah, dan segala yang mengeruhkan; seringkali, yang sebaliknya tidak memadai untuk membuatnya berkilau kembali. Sebab itulah, diperlukan jeda berulang-ulang untuk memurnikan diri kembali sebelum manusia tiba di tempat asalinya.

Jelaslah, ini bukan jeda yang mudah. Manusia, sejak zaman purba, telah menjalani jeda dalam kehidupan mereka—jeda itu berwujud puasa. Ini tak ubahnya kebutuhan yang tak terhindari. Manusia memerlukan refleksi dan puasa menyediakan momennya. Bila puasa itu universal, boleh jadi karena berpuasa itu alamiah, dan manusia selalu diingatkan akan watak alamiah ini. Manusia diingatkan akan sesuatu yang sejak awal sudah tertanam dalam dirinya, tapi mungkin terlupa. Jeda berarti pula reorientasi—mengarahkan kembali kepada jalan yang sepatutnya dilalui manusia.

Jadi kencederungan alamiah bagi organisme apapun untuk mengambil jeda, beristirahat, mengonservasi energi, dan mencari keseimbangan baru karena lingkungan terus berubah. Manusia dan hewan berpuasa ketika sakit, tertekan, atau mencari jalan bagi pencerahan. Saya rasa, ada titik dalam gen manusia yang menyimpan pemahaman dan kebutuhan untuk berpuasa, mengambil jeda untuk membersihkan diri—pembersihan diri berulang kali.

Tatkala seseorang berpuasa, menempuh momen jeda, energi yang tidak kasat mata mengalir ke seluruh tubuh, mengarahkan tubuh menuju kesetimbangan dan kesehatan. Para ilmuwan ingin mengetahui lebih jauh dari sekedar proses-proses fisik dan dampak-dampak fisik-biologis. Mereka tengah menapaki jalan menuju pengungkapan rahasia yang lebih tinggi yang dilalui manusia dalam perjalanan pulang menuju asal-muasalnya.

Manusia tahu, alangkah sukar mengembalikan orientasi itu dan alangkah sulit memulihkan kesadaran akan yang alamiah itu. Semakin non-fisik jangkauannya, semakin tinggi capaiannya, dan semakin sukar bagi manusia untuk menjalani jedanya. Di berbagai belahan Bumi, manusia rela menempuh jeda yang sukar agar memperoleh pencerahan dan penglihatan yang jernih tentang apa yang mungkin terjadi. Lebih utama lagi, agar memahami diri sendiri sebagai manusia. (aboutislam.net) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler