x

Ilustrasi larangan merokok. NIGEL TREBLIN/AFP/Getty Images

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merokok? Gak Keren Ah

Epidemi tembakau adalah ancaman terbesar dalam bidang kesehatan masyarakat di dunia karena telah menyebabkan kematian sekitar 6 juta orang per tahun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dr. FX Wikan Indrarto, Sp.A

 

Setiap tanggal 31 Mei, diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day), untuk menyoroti risiko penggunaan tembakau dan pengambilan kebijakan yang efektif untuk mengurangi konsumsi tembakau. Tema tahun 2017 adalah Tembakau, sebuah ancaman bagi pembangunan. (Tobacco, a threat to development). Untuk itu, katakan tidak pada tembakau. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Epidemi tembakau adalah salah satu ancaman terbesar dalam bidang kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, karena telah menyebabkan kematian pada sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih dari 5 juta kematian terjadi pada perokok dan lebih dari 600.000 pada non-perokok yang hanya terpapar asap.

Hampir 80% dari lebih dari 1 milyar perokok di seluruh dunia, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana beban penyakit terkait tembakau dan kematian adalah yang terberat, termasuk di Indonesia. Perokok yang meninggal pada usia muda atau sebelum waktunya, telah menyebabkan keluarga mereka kehilangan pendapatan, meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan bahkan menghambat pembangunan ekonomi. Di beberapa negara, anak dari keluarga miskin sering dipekerjakan dalam pertanian tembakau, untuk memberikan tambahan pendapatan keluarga. Anak ini sangat rentan terhadap penyakit tembakau hijau (green tobacco sickness), yang disebabkan oleh nikotin yang diserap melalui kulit, pada saat penanganan daun tembakau yang masih basah. Monitoring ketat tentang epidemi tembakau mampu menunjukkan bagaimana cara terbaik untuk menyusun kebijakan di setiap negara. Namun demikian, sampai saat ini hanya 1 dari 3 negara selain Indonesia, yang didiami sepertiga dari populasi dunia, telah memonitor penggunaan tembakau dengan survei setidaknya sekali setiap 5 tahun.

 

Perokok pasif adalah korban asap rokok yang mengisi restoran, kantor atau ruangan tertutup lainnya, ketika seseorang merokok. Ada lebih dari 4.000 bahan kimia dalam asap tembakau, yang setidaknya 250 diketahui berbahaya dan lebih dari 50 diketahui menyebabkan kanker. Pada orang dewasa, perokok pasif menyebabkan penyakit jantung dan pernapasan yang serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru-paru. Pada bayi, hal itu sering menyebabkan kematian mendadak dan pada wanita hamil menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada hal, hampir setengah dari semua anak di dunia secara teratur menghirup udara yang tercemar asap tembakau di tempat umum, termasuk di Indonesia. Asap rokok ini dapat menyebabkan lebih dari 600.000 kematian dini atau prematur per tahun. Pada tahun 2014, 28% kematian anak disebabkan oleh perokok pasif. Setiap orang seharusnya memiliki hak untuk menghirup udara segar bebas asap rokok, sehingga aturan hukum bebas asap rokok tentu saja akan mampu melindungi kesehatan bukan perokok, dan mendorong perokok untuk berhenti. Saat ini baru sekitar 1,3 miliar orang atau setara 18% populasi dunia di luar Indonesia, telah dilindungi oleh hukum bebas asap rokok nasional secara komprehensif.

 

Aturan tegas pembatasan iklan rokok, peningkatan iklan anti tembakau dan peringatan grafis bahaya rokok, terutama dengan gambar, telah terbukti mampu mengurangi jumlah anak yang mulai merokok dan meningkatkan jumlah perokok yang berhenti. Peringatan grafis bahaya rokok dapat membujuk perokok untuk melindungi kesehatan bukan perokok, dengan menghindari merokok di dalam rumah dan di dekat anak. Penelitian yang dilakukan setelah dilakukan peringatan bahaya rokok bergambar di Brazil, Kanada, Singapura dan Thailand, secara konsisten menunjukkan bahwa peringatan seperti itu secara signifikan meningkatkan kesadaran masyarakat, tentang bahaya rokok. Hanya 42 negara, yang didiami 19% dari populasi dunia, menjalankan dengan konsisten aturan tentang peringatan bergambar, yang meliputi peringatan dalam bahasa lokal dan menutupi rata-rata setidaknya setengah halaman depan dan belakang bungkus rokok. Sebagian besar negara tersebut bukan negara berpenghasilan rendah atau menengah, termasuk Indonesia.

 

Tujuan Kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017 adalah menekankan adanya hubungan antara penggunaan produk tembakau, pengendalian tembakau dan pembangunan berkelanjutan. Mendorong semua negara untuk memasukkan pengendalian tembakau dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan sampai tahun 2030. Mendukung semua negara dalam memerangi campur tangan industri rokok dalam proses politik, yang pada gilirannya akan mencapai pengendalian tembakau nasional yang lebih kuat. Mendorong partisipasi publik dalam upaya nasional, regional dan global untuk mengembangkan dan menerapkan strategi dan tindakan pengendalian tembakau. Selain itu, juga menunjukkan bagaimana individu dapat berkontribusi untuk menciptakan dunia yang bebas tembakau, dengan tidak merokok.

 

Penggunaan tembakau merugikan ekonomi dan capaian pembangunan nasional dengan hebat, melalui peningkatan biaya layanan kesehatan dan penurunan produktivitas. Hal ini akan menciptakan ketidaksetaraan derajad kesehatan dan meningkatkan kemiskinan, karena justru kelompok paling miskin yang menghabiskan dana lebih sedikit untuk hal-hal penting seperti makanan, pendidikan dan perawatan kesehatan, dan mengalihkannya untuk pembelian rokok. Sekitar 80% kematian dini akibat tembakau terjadi di negara berpenghasilan rendah atau menengah, termasuk di Indoneia. Hal ini menunjukkan bahwa industri tembakau merupakan ancaman pada pembangunan berkelanjutan di semua negara, termasuk dalam aspek kesehatan dan kesejahteraan ekonomi warganya.

 

Momentum ‘World No Tobacco Day’ pada Rabu, 31 Mei 2017, seharusnya menggerakkan kita untuk memerangi penggunaan tembakau, sebagai sebuah ancaman bagi pembangunan nasional. Katakan tidak pada tembakau. Sudahkah kita ikut tergerak?

 

Sekian.

 

Yogyakarta, 29 Mei 2017

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, Alumnus S3 UGM,  e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler