x

Iklan

Adi Prima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Catatan Keliling Sumatera Barat

Perdebatan mana yang lebih terkenal antara kuliner dan pemandangan alam, menambah seru perjalanan keliling Sumatera Barat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

TEPAT jam tujuh pagi, music reagge Bob Marley menyala di handphone, panggilan masuk dari Egi, teman kantor.

“Dimana babang, kami sudah di depan Masjid Babussalam, ditunggu!”

“Baik, segera meluncur, dekat koq rumah dari situ”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kamis (11/5), seluruh punggawa kantor sepakat untuk berkeliling Sumatera Barat dengan dua mobil rental. Tidak tanggung-tanggung, Provinsi rendang ini, akan coba kami kelilingi dalam waktu satu hari saja. Beberapa tempat wisata menjadi target.

Kabut Dingin Negeri di Awan

Sebagai warga lokal, pastinya saya harus merangkap tour guide. Maklum, teman kantor belum menguasai betul jalan antar kota dalam provinsi. Dari Kota Padang, tujuan pertama kami menuju negeri di awan, alias Puncak Lawang, Agam.

Perdebatan mana yang lebih terkenal antara kuliner, dan pemandangan alam Sumatera Barat, menambah seru perjalanan. Bagi pemburu makanan, pastilah masakan yang dipujannya. Tidak mau kalah, pencinta fotographi berpendapat, keelokan pemandangan alam lah yang membuat orang berkunjung. Menurut saya, masing-masing ada benarnya, setelah lelah berkeliling dan foto-foto, tentu kita butuh asupan gizi yang baik dan enak, maka masakan Padang adalah jawaban yang tepat untuk masalah perut.

 

 

Danau Maninjau dari Puncak Lawang ( foto : Adi Prima)

Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Puncak Lawang. Kabut dingin, dan pemandangan Danau Maninjau yang biru, benar-benar memanjakan mata.

“Konon air danau sempat diteliti profesor dan doktor dari Universitas Al-Azhar, Mesir. Mereka penasaran dengan kandungan air danau yang bisa melahirkan tokoh sebesar Buya Hamka.”

Kabut dan hawa dingin benar-benar menembus tulang, inilah Puncak Lawang, negeri di awan, yang digadang juga sebagai spot terbaik untuk olahraga paralayang di wilayah Asia Tenggara.

Menunggu teman hilir mudik berburu titik selfie, tidak lupa saya menikmati manisnya air tebu lawang yang dijajakan warga.

Setiap orang benar-benar larut dengan bakat masing-masing. Terdengar juga pekik gelak tawa sekelompok pengunjung yang sedang melakukan gathering.

 

 Menuju Danau Tarusan Kamang, Agam

 

Danau Tarusan Kamang ( foto Adi Prima)

Perjalanan Keliling Sumbar berlanjut. Lebih kurang satu jam dari Puncak Lawang, akhirnya kami sampai di danau yang katanya; pada musim tertentu air danau akan mengering dan hanya meninggalkan hamparan padang rumput.

Suara siamang, sejenis beruk sahut menyahut menyambut kedatangan. Sudah siang, Sumatera Tengah (baca : perut) memanggil, mencari lokasi terbaik menikmati daging belut yang dimasak pakai lado hijau, sembari memandang Danau, adalah agenda pertama.

Saat ini, fasilitas atau wahana permainan yang tersedia bagi pengunjung hanya rakit bambu untuk mengitari danau. Maklum, danau mendadak terkenal pasca dijadikan lokasi syuting salah satu film layar lebar Indonesia.

Era sekarang, kisah dalam novel sering diangkat ke layar lebar oleh para Sutradara. Entah cerita novel memang menarik, atau Sutradara yang kehabisan ide. Meskipun film dan novel aslinya sering berseberangan, tetapi tetap saja orang berbondong-bondong menyaksikan. Contoh, novel di Minangkabau jika dibaca, tidak ada pesan cinta-cintaan, atau kampanye sex. Pas di filmkan, pegangan tangan, berpasang-pasangan, bahkan berciuman, malah ada! Ini kan tidak sesuai dengan kisah asli. Mestinya ada survey mengenai budaya dan perilaku warga asli, sebelum film dibuat, supaya film benar-benar mewakili daerah tersebut”, celetuk seorang teman.

Dari Danua Tarusan, perjalanan keliling Sumbar kami lanjutkan menuju Green Canyon van Lima Puluh Kota..

 

Green Canyon Van Lima Puluh Kota

air Air Terjun di Lembah Harau ( foto : Adi Prima)

Sejuk, itulah perasaan pertama yang dirasakan ketika memasuki kawasan Lembah Harau atau Green Canyon van Lima Puluh Kota.

Lembah Harau sangat direkomendasikan bagi echo traveler dan penggemar hijau. Anda harus segera datang kesini! Air terjun, gugusan lukisan dinding tebing, adalah beberapa hal yang bisa anda nikmati.

Matahari belum tenggelam, tidak lupa kami mendokumentasikan sejuk dan hijaunya Lembah Harau.

arau Lembah Harau ( foto Adi Prima)

Pelajaran paling berharga, tidak cukup waktu satu hari untuk mengelilingi Sumatera Barat, beberapa tempat tujuan wisata di Sumbar tidak sempat terkunjungi. Sebelum kembali ke Kota Padang, panasnya Kuah kuning sate Danguang-danguang, Payakumbuh, akhirnya menuntaskan perjalanan keliling Sumbar kami. Bagi traveler yang belum pernah berkunjung dan penasaran mana yang lebih bagus pemandangan alam atau masakannya, pastikan Provinsi Sumatera Barat masuk kedalam agenda kunjungan anda berikutnya. RANCAK BANA!

Ikuti tulisan menarik Adi Prima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler