x

Patrialis Akbar: Kembali ke UUD 45, Tergantung Relevansinya. TEMPO/Ryan Maulana

Iklan

Adi Prima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Revisi UUD 45 Menurut Jenifer Lopez

Bicara ilmu harus ahlinya, Jenifer Lopez tidak boleh bicara dan merevisi UUD 45!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

KALAU begini, bubarkan saja semua Universitas! Percuma kita sekolah tinggi-tinggi, menjadi ahli, menjadi professor, jika akhirnya semua orang bebas berbicara tentang ilmu.

Meski sama-sama manusia, pendapat Jenifer Lopez tentang UUD 45 tentu tidak didengar! “Revisi UUD 45 menurut Jenifer Lopez”, skripsi anda akan ditolak! Jeniferr Lopez harus ditertawakan jika berpendapat tentang UUD 45, ini bukan literasi apalagi ilmu, tapi sudah asal bicara! Beda soal kalau ia berjoget dan bernyanyi, kita harus  bertepuk tangan dan memberikan saweran.

Jika berani menulis saja sudah dianggap kemajuan dalam berliterasi, maka penulis lyric lagu “Becekin Adek Bang” sudah berliterasi dan menginspirasi otak kotor!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Zaman bebas, anti diskriminasi begitu kata orang sekarang. Manusia tidak boleh lagi dibeda-bedakan, semua manusia sama, teriak aktivis anti diskriminasi. Agaknya kalimat sakti ‘anti diskriminasi’ inilah yang menjadi pangkal dari segala keragu-raguan dan kekisruhan ini. Merasa sama dan adanya kebebasan untuk berpendapat, semua orang akhirnya berpendapat dan berbicara ilmu meskipun tidak pernah mempelajarinya.

Padahal, tidak ada manusia yang tidak didiskriminasi! Presiden lewat kita disuruh menepi, mentri lewat jalan ditutup, bukankah ini bentuk diskriminasi kepada manusia lainnya jika semua manusia itu sama. Kenapa kita mau berhenti, bukankah kita dan presiden sama-sama manusia? Kenapa jalan ditutup ketika mentri lewat? Bukankah kita juga punya urusan yang tidak kalah pentingnya. Mengapa kita terima saja kita didiskriminasi, bukankah kita hidup di era anti diskriminasi?

Kita berhenti ketika presiden dan mentri lewat bukan karena diskriminasi, tapi kita yakin mereka itu berilmu dan paham akan soal mengurus orang banyak, makanya kita berhenti dan menghormati orang yang berilmu.

Seandainya semua pendapat dan tulisan dihargai, tentu kita kasihan dengan professor yang sudah capek-capek belajar, begadang, bahkan meninggalkan keluarga demi menuntut ilmu. Mereka bisa kecewa dengan Negara ini, jika pendapat dan ilmu seorang profesor atau ahli setara dengan pendapat bocah, sama-sama bisa dikutip dan dijadikan rujukan dalam ilmu.

kita harus hentikan kebebasan dan pembodohan yang sudah kebablasan ini. Bicara ilmu harus ahlinya, Jenifer Lopez tidak boleh bicara dan merevisi UUD 45!

Ikuti tulisan menarik Adi Prima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler