x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengembara di Selangkangan yang Fitri

Surga seolah-olah pernah bocor, dan tetesan kebocorannya itu menjelma menjadi wilayah selangkangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika Tuhan mengirim Nabi Musa as kepada Bani Israel, Nabi Musa ditampilkan sebagai sosok yang keras, punya nyali, yang dikesankan selalu siap bertarung dengan siapapun dan apapun. Konon, karakter Musa yang demikian, merupakan tuntutan zamannya, dalam rangka menghadapi karakter Bani Israel yang keras kepala dan suka membangkang. Maka diperlukan sosok Nabi yang memiliki kapasitas raga dan jiwa yang mampu menjinakkan sikap keras kepala dan doyan membangkang itu.

Sekian abad kemudian, sebagai antites terhadap sosok Musa as, Tuhan mengutus Nabi Isa, yang ditampilkan sebagai sosok yang santun, yang melawan dengan kasih, yang siap menderita demi membahagiakan orang lain. Tapi Bani Israel pun menolak kehadiran Nabi Isa as, konon salah satu alasan rasionalnya, karena Nabi Isa lahir tanpa ayah (menurut Kitab Suci, kelahiran Isa yang tanpa adalah sebuah Mukjizat). Nabi Isa kemudian, menurut AlKitab, disalib. Penyaliban Isa as adalah akibat dari simbol pemberontakan umat, sekaligus menyimbolkan kerelaan tiada tara seorang sosok penyelamat.

Lalu lebih tiga abad kemudian, Tuhan mengutus Nabi Muhammad, yang kadang memiliki karakter Nabi Musa as: yang keras, tegas dan siap tarung dengan siapapun dan apapun. Tapi kadang juga tampil dengan karakter Nabi Isa: yang santun, yang melawan dengan kasih, yang siap menderita demi membahagiakan orang lain.

Muhamamd adalah sosok yang mewakili kombinasi yang utuh dan sempurna antara ketegasan dan kelembutan. Tapi jangan lupa, karakter kasih itu kadang justru harus disampaikan dan dilaksanakan dengan ketegasan dan sesekali mungkin dengan kekerasan. Begitulah kehidupan.

Karena itulah, Risalah Muhammad disebut risalah Rahmah.  Dan rahmah, yang bisa juga diartikan kasih sayang, adalah sebuah posisi interaksi antar sesama makhluk, yang menempatkan sikap toleransi dan mendahulukan kepentingan orang lain sebagai pilihan pertama dan utama.

Muhammad saw itu diutus semata karena Rahmah. Dalam bahasa gaul, kata rahmah dapat diartikan kenyamanan atau kenikmatan. Mengacu pada rahmah itulah muncul aqidah syafaat Nabi (yang saya artikan sebagai permohonan pengampunan tanpa batas). Seseorang yang telah mencapai maqam rahmah, laku hidupnya akan menyebar semata kenyamanan.

Sebab Rahmah adalah titisan surgawi yang digambarkan semata mewakili keyamanan dan kenikmatan. Dan dari sekian banyak bentuk kenyamanan duniawi, puncak tetesan kenyamanan itu hanya mungkin ditemukan di wilayah selangkangan: lelaki atau wanita. Atau lebih tepatnya, ketika dua selangkangan saling tindih menindih dan saling bersilangan.

Karena itu pula, di dunia ini, salah satu titik yang paling mewakili kedekatan dengan Sang Rahim (Sang Pengasih) adalah ketika seseorang dengan sepenuh jiwanya berada di wilayah sekitar selangkangan. Dari sini kemudian muncul ungkapan, bahwa salah satu momentum di mana doa-doa berpotensi untuk dikabulkan adalah doa yang dipanjatkan ketika seseorang mengalami orgasme seksual ataupun orgasme spritual.

Tapi bagi manusia rata-rata, seperti saya dan mungkin juga Anda, ketika mengalami orgasme jiwa raga, kita lebih terfokus pada kenyamanannya, bukan pada efek atau aura lanjutan dari kenyamanan dan kenikmatan itu. Sebagian orang mungkin akan bergurau begini: mana sempat berdoa, ketika sedang mengalami puncak kenyamanan di wilayah selangkangan.

Dalam penggambaran sastrawi disebutkan bahwa surga seolah-olah pernah bocor, dan tetesan kebocorannya itu menjelma menjadi wilayah selangkangan.

Singkat kalimat, wilayah selangkangan – sesuai watak dan karakternya – mestinya selalu diposisikan sebagai wilayah kesucian, kawasan yang fitri (baca suci), daerah terlarang, batas yang terhormat, sekaligus sebagai zona nyaman yang hanya bisa dijelajahi secara bebas dan maksimal oleh setiap pengembara yang memiliki kapasitas untuk menjelajahinya.

Syarifuddin Abdullah | Senin 06 Juni 2017 /  11 Ramadhan 1438H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler