x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Belajar Ngaji

Humor Ramadhan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kepergian Arik merantau ke Kota dan bekerja sebagi petugas di salah satu Kantor ternama di Cilegon, tidak berarti Arik meninggalkan segala apa yang pernah ia pelajari di Pesantrennya Kyai Sarikam waktu masih di kampung.

Di Kantor ini, Arik banyak mengenal orang, dari orang nomor satu di Cilegon, Camat, Lurah hingga Pengusaha Top dan Pengusaha musiman, para politisi, anggota Dewan,banyak yang Arik kenal. Arik juga banyak mengenal karakter orang yang bermacam dari yang dermawan hingga yang loman, eh yang tidak dermawan, sudah ada di kepala Arik.

Meski Arik sekarang sudah tidak tinggal di kampung, di kantor tempat ia bertugas tetap menjalankan ibadah, sholat lima waktu tak pernah ia tinggalkan. Jika malam hari setelah bebas tugas, Arik juga rajin membaca Alqu’an di ruang Musholla yang ada di Kantor, ngajinya enak, bacaan fasih, maklum ia lulusan Pesantren.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendengar Arik membaca Alqu’an, banyak yang kagumm, termasuk Sarmin, pekerja dari Jawa yang kebetulan sedang merenovasi Kantor. Ia minta diajari baca Alqu’an yang benar. Kenapa yang benar?, yang selama ini dipelajari  Sarmin dalam melafalkan bacaan Alqur’an berbeda dengan yang dibaca Arik.

Begitulah memang, biasanya orang Jawa sulit melafalkan ‘a, ‘i, ‘u yang berasal dari huruf ‘ain, harusnya ‘ain fathah dibaca ‘a, (dengung, posisi lidah ada di atas tenggorokan), tapi orang jawa ada yang melafalkan ‘’nga”, contohnya ‘alamin jadi “ngalamin”, ‘allama jadi ‘ngalama’ dan banyak yang lain.

Saat belajar ngaji itu, Arik minta kepada Sarmin untuk membaca surat Al-fil, atau orang kampung bilang surat “Alamtaro”. Surat ini terkenal bacaan ayat pertamanya agak njlimet.

“Alam tarokaifafa’ala robbuka biash-habilfil”, begitu ayat pertama surat Al-fil.

 

Sarmin membaca basmalah

“Bismillahirrohmanirrohimmm”. Arik mendengarkan seksama lafad basmalah yang dibacakan Sarmin. Selanjutnya Sarmin membaca surat Alfil.

“Alam taro kae…..”, Sarmin berhenti,

“teruuuus..”, kata Arik halus.

Sarmin mengulangi lagi

“Alam taro kae….”, Sarmin berhenti lagi, tidak meneruskan lanjutannya.

“Alamtaro kaifa fa’ala…..”, Arik menuntun agar ditirukan sarmin.

“Alam taro kae…….”,lagi lagi Sarmin berhenti disitu.

Lama lama Arik jengkel juga, Alam taro kae, alam taro kae saja yang dibaca.

Melihat Arik kelihatan jengkel Sarmin berusaha untuk melanjutkan seperti yang disuarakan Arik walaupun memang lidah Sarmin masih sulit untuk membaca ayat yang bacaannya penuh liku dan njlimet diatas.

“Alam taro kae….” belum lagi Sarmin meneruskan, Arik tiba tiba membetak,

“Ayo teruskan…!”, Sarmin kaget, bersamaan dengan itu, Sarmin melihat di tembok persis di belakang Arik, ada Tokek berjalan pelan pelan, Sontak Sarmin melanjutkan bacaannya;

“Alam taro kae opo…..” terdengar suara Sarmin.

Arik tambah jengkel

“Kae kiye,,,,”, kata Arik sambil menepak paha Sarmin.

Tentu saja Sarmin kaget bukan kepalang, tapi kemudian sadar kalau ucapan arik harus ditirukan, Sarminpun lanjut membaca

“ kae kiye….”, ucap Sarmin dan tak lupa memukul paha Arik pula, tapi Arik berkelit dan menangkis,

 ‘’Aeeeeet ngga kena’’,

Ahirnya Arik dan Sarmin tertawa, tapi kemudian satu persatu Sarmin di ajarkan oleh Arik.

“Alamtaro kaifa fa’ala robbuka biashhabil fiil”,

“Tuh bisa”, kata Arik.

Kini Sarmin sudah bisa baca Alqur’an dengan tajwid dan mahraj yang benar, berkat ustad Arik.

Rupanya begini ya belajar ngaji di Cilegon.    

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler