Daerah Sulawesi Utara (Sulut) penduduknya memeluk agama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghuchu.
Pada setiap tahunnya, bagi mereka yang beragama Islam seusai merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, biasanya masih melaksanakan puasa syawal yang dimulai pada tanggal 2 syawal dan diakhiri dengan tradisi ketupat.
Tradisi ketupat ini oleh masyarakat Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan Hari Raya Ketupat dimana yang paling meriah merayakannya yaitu umat Islam di Kecamatan Tuminting, Kecamatan Sindulang, dan Kecamatan Singkil, Kota Manado dan umat Islam di Kampung Jawa Tondano (Jaton), Kabupaten Minahasa.
Tradisi Hari Raya Ketupat secara filosofi mengandung arti untuk memperkuat tali silahturami antara sesama, baik sesama keluarga, sesama tetangga, sesama kerabat, sesama masyarakat, dan sesama manusia yang beragama juga yang lain/berbeda agamanya.
Akan halnya ketupat yang terbuat dari janur yang begitu kuat teranyam dan rapih, begitu pulalah yang diharapkan pergaulan hidup yang saling berdampingan ditengah-tengah kemajemukan berdasarkan semboyan “Torang Samua Ciptaan Tuhan” yang di perkenalkan oleh Gubernur Sulawesi Utara – Olly Dondokambey. (Rafans Sulutindo),-
Ikuti tulisan menarik N Raymond Frs lainnya di sini.