x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dilarang Ketawa

Humor Pilkada

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah menjadi aturan dalam proses pemilihan Kepala Daerah, yang dinyatakan lolos oleh KPU sebagai Calon Kepala Daerah, mendapat pengawalan resmi dari pihak aparat Kepolisian. Pun demikian saat pemilihan Walikota Cilegon, H.Tb.Iman Aryadi, sebagai Calon Walikota Cilegon untuk yang kedua kalinya, mendapat empat orang anggota Kepolisian sebagai pengawal, salah satunya adalah Brigadir Polisi Ibnu Yazid anggota dari Polres Cilegon yang sehari-hari bertugas di satuan lalu lintas.

Tentu saja, bagi masyarakat umum, ada yang tidak tau kalau Pak Ibnu ini seorang polisi lantaran selama bertugas menjadi pengawal, tidak memakai uniform kedinasan, ditambah lagi orangnya ngguanteng, apalagi setelah didandani dengan seragam pengawal yang dibelikan Calon Walikota, penampilannya mirip artis yang suka main sinetron.

Setiap kegiatan dalam rangka sosialisasi, kampanye, kunjungan ke masyarakat, pak Ibnu selalu menyertainya, demikian pula saya sebagai Tim Pemenangan kadang  mendampingi Calon Walikota dalam satu mobil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendampingi Pak Iman Aryadi, tak ada matinya, sebab meskipun Jabatannya sebagai Walikota Cilegon yang sedang nyalon lagi,  beliau dalam bergaul sangat supel dan doyan guyon. Setiap perjalanan, beliau selalu bercanda.

Suatu hari, dalam perjalanan untuk menghadiri undangan dari masyarakat dalam rangka bersilaturrahmi, gelak tawa meledak didalam mobil setelah mendengar cerita lucu dari saya, mang Udi, Pak Iman termasuk saya terkekeh kekeh.

Satu orang yang tidak ikut ketawa yakni Pak Polisi Ibnu Yazid, saat itu Pak Ibnu keliahatan mukanya merah merona, sesekali mengusap matanya dengan tisu nampak seperti orang yang menahan ingin membuang sesuatu.

“Kenapa pak Ibnu, nahan Be A Be ta”, tiba tiba Pak Iman nanya.

“Yud, berhenti dulu, kasian pak Ibnu sampe mukanya merah begitu”, pak Iman minta kepada Yudi, sopir setianya.

“Siap pak, engga kok”, jawab pak Ibnu, tapi kemudian mengusap matanya dengan tisu.

“Tapi kok kaya orang nahan nahan gitu”,

“Siap pak”, lagi lagi Pak Ibnu menjawab siap.

Pak Iman agak bingung juga melihat Pak Ibnu  mukanya tegang dan tangannya memegang perut seperti menahan nafas.

“Oooooh saya tahu sekarang pak Ibnu”, kata Pak Iman.

Lagi lagi Pak Ibnu menjawab

“Siap pak”

“Jangan siap siap aja pak Ibnu, kalau mau ketawa, ya ketawa aja, jangan ditahan tahan, nanti jadi penyakit lo”, tegas pak Iman.

“Siap Pak”, tapi Pak Ibnu tetap tidak ketawa, hanya senyum dibalik nafas yang ditahan.

Sejatinya memang Pak Iman tau kalau Pak Ibnu ternyata ikut tertawa, tapi tidak dikeluarkan hanya ditahan dalam hati dan perutnya hingga mukanya merah merona, Jaim rupanya.

Perjalananpun ahirnya sampai di tempat tujuan. Turun dari mobil, Pak Ibnu mendekati saya.

“Pak, kalau cerita lucu, jangan dimobil ada pak Wali dong”, kata Pak Ibnu.

“La Emang kenapa”.

“Nih pegang, perut saya keras, sakit menahan ketawa”, jawab pak Ibnu seraya menunjuk perutnya.

“Oalah Pak, ketawa ya ketawa aja, pak Wali itu orangnya santai”,

“ Engga bisa pak, itu sudah protap yang dikeluarkan pimpinan”, kata Pak Ibnu.

Waduh baru tahu saya, ternyata ada juga larangan untuk tertawa.

Jangan tertawa atau senyum oke…!.  

 

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler