x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tanjung Bira, Wisata Pantai Eksotis di Ujung Tenggara Sulsel

Saya belum pernah menemukan jenis pasir yang seindah pasir pantai Tanjung Bira, bahkan di sepanjang pantai Anyar dan Bali sekalipun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dari Makassar ke arah timur agak menenggara, saya berkendara ke Tanjung Bira, yang terletak di ujung timur Kab Bulukumba, Sulsel. Berangkat sekitar pukul 11.00 WITA, dan tiba sekitar 16.00 WITA pada Sabtu, 10 Juni 2017. Jarak kurang lebih 200 km itu ditempuh sekitar 5 jam. Lebih lama dibanding jarak yang sama di Pulau Jawa, karena faktor jalanan yang sempit.

Dari Makassar ke Tanjung Bira, melewati 5 ibukota Kabupaten (Sungguminasa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba). Selanjutnya dari Kota Bulukumba ke Bira berjarak sekitar 40 km dengan waktu tempuh sekitar 30 sd 45 menit.

Sepanjang perjalanan, kepadatan lalu lintas hanya terlihat di kabupaten Gowa dan sebagian di Kabupaten Takalar. Semakin jauh dari Makassar, jalanan makin sepi. Praktis mulai dari Jeneponto sampai Bira, kendaraan relatif bisa dipacu dengan kecepatan rata-rata 60-80 km per jam. Dan saat ini, jalanannya sangat mulus, tanpa lobang. Khusus pada ruas antara Kota Bulukumba dan Bira, kendaraan lebih sepi lagi. Jalur ruas ini mengingatkan saya pada ruas jalan antara Nusa Dua Bali ke arah Ulu Watu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setibanya di kawasan Bira, ketika itu senja menjelang petang, sebelum memasuki kawasan wisata pantai, saya dan pengunjung lainnya seolah disambut dan disuguhi pemandangan pelabuhan: dermaga, kapal feri dan sejumlah perahu dengan kapasitas tanggung. Saya tidak menyia-nyiakan momen menjelang sunset itu untuk berfose dengan latar belakang pelabuhan feri, yang melayani pelayaran Bira – Selayar.

Dan bagi orang yang lahir dan menjalani masa anak-anak sebagai anak pantai, pelabuhan selalu punya daya tarik spesifik. Kawasan pelabuhan Bira terlihat sangat indah karena seluruh wilayah pelabuhan, termasuk dergama-dermaganya, dapat dilihat dari ketinggian sehingga pengunjung dapat menikmati view pelabuhan nyaris secara utuh pada jarak sekitar 300 meter. Indah luar biasa.

Memasuki kawasan wisata pantai Tanjung Bira pada Sabtu dan Minggu 10 dan 11 Juni 2017, memang terlihat sepi. "Karena bulan puasa, pengunjung sepi, Pak", kata Ibu Nurmi, penanggung jawab sebuah penginapan. Artinya di luar bulan Puasa, pengunjung relatif ramai. Tapi perkiraan saya, seramai-ramainya Tanjung Bira di akhir pekan di luar Ramadhan, belumlah bisa dibandingkan dengan misalnya Pantai Anyar apalagi Kutai Bali. Saya sempat berpapasan dengan penjunjung Bule, tapi jumlah sangat sedikit.

Dan persis seperti kawasan wisata pantai lainnya, di Tanjung Bira juga ada banyak penginapan, berbagai fasilitas mainan pantai, fasilitas diving, dan wisata berperahu ke pulau-pulau yang terlihat oleh mata kepala dari bibir pantai Tanjung Bira. Dan seperti lazimnya di kawasan wisata pantai, berbagai fasilitas itu tersedia mulai dari yang kelas eksekutif ataupun kelas ekonomi.

Namun, ada beberapa catatan yang mungkin layak diperhatikan ketika berkunjung ke Tanjung Bira, sebagai berikut:

Pertama, bagi pengunjung yang berangkat dari  Makassar (atau kota lain di Sulawesi Selatan yang setara jaraknya), disarankan untuk melakukan aktivitas pantai, bukan pada hari pertama ketibaan, tapi pada hari kedua. Soalnya berpantai ria setelah berkendara sekitat 5 jam dari Makassar, mungkin akan terasa kurang nyaman dan badan kurang fit. Karena itu, berwisata ke Tanjung Bira idealnya memang harus diagendakan menginap. Satu hari tidak akan cukup.

Kedua, mungkin karena pengunjung masih relatif sepi, sebagian penginapan, memang terlihat tidak terurus. Sebagian malah terkesan seperti rumah angker, khususnya penginapan yang berupa rumah panggung kayu. Tentu tersedia penginapan yang cukup representatif, yang didesain sebagai resort, dan masing-masing memiliki akses khusus ke pantai pasir emas.

Ketiga, dengan sekilas pandang saja ke peta, kesan awal saya: dari segi geografis, Tanjung Bira memang serba tanggung. Ditempuh dengan pakai mobil, kita sudah kecapean begitu tiba di Tanjung Bira. Jika pun nantinya ada bandara di Bira, tetap saja akan tanggung dijangkau dengan pesawat. Sebab Makassar-Bira hanya berjarak kira-kira sama antara Jakarta-Bandung.

Keempat, jalur-jalur akses antar titik di dalam kawasan wisata Tanjung Bira, terlihat belum dikelola secara maksimal. Sebagian besar tidak mulus, sebagian kecil malah mengalami rusak berat dan longsor di beberapa titik.

Kelima, mungkin karena masih dalam suasana Ramadhan, saya tidak melihat toko-toko souvenir yang menggoda mata dan memicu minat beli.

Namun berbagai sisi kekurangan (disadvantage) pantai Tanjung Bira tersebut, seolah terbayarkan oleh empat hal unik dan sekaligus menjadi keunggulan (advantage) pantai Tanjung Bira, sebagai berikut:

Pertama, pantai pasir putihnya sangat menarik, berwarna mirip “minuman teh susu” yang coklat pucat. Butiran atau kristal pasirnya sangat halus, yang dari jauh malah terlihat seperti lumpur, saking halusnya. Saya belum pernah menemukan pantai pasir seindah Tanjung Bira, bahkan di sepanjang pantai Anyar dan Bali sekalipun.

Kedua, saat sedang berada di Tanjung Bira, pengunjung bisa menikmati pemandangan tiga pulau, yang dapat dilihat dari bibir pantai Tanjung Bira: dua pulau terliht cukup jelas, sementara Pulau Selayar hanya terlihat lamat-lamat. Menurut warga, daratan Pulau Selayar juga bisa terlihat jelas terlihat daratannya ketika cuaca sangat cerah.

Tiga pulau di depan Tanjung Bira itu seolah setiap saat menyapa para pengunjung: "Sudah, kalian tenang saja menikmati pantai, kami bertiga (tiga pulau) akan melindungi kalian dari amukan ombak laut lepas".

Ketiga, menurut beberapa warga dan pengelola penginapan di Tanjung Bira, pantai pasir emas Tanjung Bira agak unik. Karena faktor alam, dalam setahun, ada musimnya pasir emas itu menghilang, semua habis. Yang tersisa hanya bebatuan kecil (sekitar bulan Agustus-September). Pada periode bulan-bulan berikutnya, giliran bebatuan itu menghilang, dan seluruh bagian pantainya dipenuhi pasir emas itu. Para warga tidak bisa menjelaskan secara rasional perubahan fenomena alam itu di Pantai Bira.

Keempat, selain tiga hal unik di atas, di pantai Tanjung Bira tentu saja ada kawasan wisata pantai rakyat, yang bisa diakses oleh publik, yang populer dengan sebutan "Pantai Marlboro" (di berbagai pamplet penujuk arah tertulis Pantai Malboro). Saya sempat membatin, kenapa harus pake nama Marlboro. He he he.

Syarifuddin Abdullah | 11 Juni 2017 / 16 Ramadhan 1438H.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler