Siapa tak kenal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga yang berani menyeret menteri hingga anggota DPR ke penjara karena kasus korupsi. Lembaga ini pula yang berani menyeret seorang jenderal aktif ke sel tahanan karena kasus korupsi.
Beberapa penghargaan pun diraih oleh lembaga anti-korupsi ini. Bahkan beberapa negara di Asia Pasifik mulai bertandang ke KPK, untuk sekedar belajar tentang pemberantaasan korupsi.
Di luar negeri, nama KPK harum sekali. Ini yang harusnya membuat bangga anak bangsa. Namun, di dalam negeri yang terjadi adalah sebaliknya. KPK tak henti-hentinya diserang. Tujuannya jelas, maksimal KPK mati dan minimal kalaupun masih hidup, KPK akan dapat dikendalikan.
Kerugian akibat korupsi di Indonesia sangat besar. Seperti ditulis oleh portal berita ANTARA (14/10/2016), kerugian yang harus diderita Indonesia akibat praktik korupsi selama kurun waktu 2001-2015 mencapai Rp205 triliun, kata specialist sejarah modern Indonesia asal Inggris, Peter Carey dalam satu konferensi di Yogyakarta.
Bayangkan bila uang ratusan trilyun rupiah yang dicuri koruptor itu digunakan untuk membangun sekolah, membangun infrastruktur transportasi massal, membangun rumah sakit bagi warga miskin, membangun perumahan bagi warga miskin. Sayang, uang ratusan trilyun rupiah itu telah masuk kantong segelintir orang yang berprofesi sebagai koruptor.
Saat artikel ini ditulis, seluruh umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah bulan puasa. Ya, di bulan Ramadan yang suci ini, setan-setan dibelenggu dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Namun, di Indonesia, meskipun bulan Ramadan, tak menyurutkan para elite politik untuk terus menghabisi KPK.
Di depan media massa, ada yang bilang KPK busuk. Di gedung-gedung DPR, ada yang menggagas hak angket buat KPK. Sebenarnya bukan kali ini saja, lembaga anti-korupsi KPK digebukin rame-rame. Sebelumnya, penyidiknya Novel Baswedan mendapatkan teror kekerasaan yang membuatnya dirawat di rumah sakit. Hingga kini pun siapa dalang di balik teror itu belum terungkap.
Kita, warga negara pembayar pajak, tentu tidak rela bila lembaga yang telah banyak menyelamatkan uang pajak kita itu dihabisi rame-rame. Bila mereka berani menghabisi KPK di bulan Ramadan, mengapa kita masih diam dan tidak melawan? Marilah bergandengan tangan, lupakan politik identitas dan juga pilihan kita dalam pilpres 2014 atau pilkada. Kini saatnya kita, para pembayar pajak, bergerak bersama membela KPK.
Sumber gambar: https://lapaukata.wordpress.com/2012/10/17/membunuh-kpk/
Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.