x

Botol obat terletak di dekat jendela di bekas rumah sakit militer Soviet, yang terbengkalai sejak 1991 ketika tentara Rusia terakhir meninggalkan Hungaria, di Budapest, Hungaria, 15 Mei 2017. REUTERS

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Obat Baru di Sekitar Kita ~ FX Wikan Indrarto

Saran baru dalam daftar tersebut meliputi 3 kategori antibiotik, yang paling monumental dalam sejarah 40 tahun diterbitkannya daftar tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FX Wikan Indrarto*

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada Selasa, 6 Juni 2017 telah diterbitkan ‘Essential Medicines List’ (EML) atau Daftar Obat Esensial untuk tahun 2017. Dalam daftar tersebut ternyata juga berisi saran baru tentang penggunaan obat antibiotik untuk infeksi umum dan untuk mengurangi resistensi bakteri. Apa yang sebaiknya diketahui?

Daftar tersebut menambahkan 30 jenis obat untuk pasien dewasa dan 25 untuk anak. Selain itu, juga ketentuan penggunaan baru untuk 9 obat yang sudah terdaftar, sehingga totalnya menjadi 433 obat yang dianggap esensial, untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. ‘Essential Medicines List’ (EML) digunakan oleh banyak negara, untuk meningkatkan akses terhadap obat dan menjadi acuan kebijakan tentang obat yang harus tersedia, untuk semua warga. Obat yang aman dan efektif merupakan bagian penting dari sistem kesehatan di manapun. Selain itu, negara wajib memastikan bahwa semua warganya dapat mengakses obat yang mereka butuhkan, kapan dan di manapun mereka membutuhkannya. Hal ini sangat penting bagi kemajuan setiap negara menuju cakupan kesehatan universal.

Saran baru dalam daftar tersebut meliputi 3 kategori antibiotik, yang paling monumental dalam sejarah 40 tahun diterbitkannya daftar tersebut. Antibiotik dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu  ACCESS, WATCH and RESERVE (tersedia, terpesan dan cadangan), dengan rekomendasi kapan masing-masing kategori harus digunakan. Kategori baru hanya berlaku untuk antibiotik yang digunakan untuk mengobati 21 jenis penyakit infeksi yang paling umum. Perubahan ini bertujuan untuk memastikan bahwa antibiotik, bila diperlukan pasti tersedia dan antibiotik yang tepat hanya diresepkan untuk infeksi yang tepat. Dengan demikian seharusnya mampu meningkatkan hasil atau  luaran klinis pengobatan, mengurangi perkembangan bakteri yang resisten terhadap obat, dan menjaga efektivitas antibiotik "terakhir" yang dibutuhkan, saat semua jenis antibiotik lainnya gagal. Perubahan ini mendukung rencana tindakan Global WHO mengenai resistensi antimikroba, yang bertujuan untuk melawan resistensi bakteri dengan memastikan penggunaan antibiotik sebaik mungkin.

WHO merekomendasikan agar antibiotik pada kelompok 'ACCESS' harus tersedia setiap saat sebagai pengobatan untuk berbagai macam infeksi umum. Misalnya amoksisilin, antibiotik yang banyak digunakan untuk mengobati infeksi seperti pneumonia. Sebaliknya, antibiotika kelompok 'WATCH' mencakup antibiotik yang direkomendasikan sebagai pilihan pertama atau pilihan kedua untuk sejumlah kecil infeksi. Misalnya ciprofloxacin, yang digunakan untuk mengobati sistitis (infeksi saluran kemih) dan infeksi saluran pernapasan bagian atas misalnya sinusitis dan bronkitis, harus dikurangi secara tegas, untuk menghindari berkembangnya resistensi bakteri lebih lanjut.

Kelompok antibiotika ketiga 'RESERVE', termasuk antibiotik seperti colistin dan beberapa sefalosporin yang harus dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir, dan hanya digunakan pada keadaan yang paling parah, ketika semua antibiotik alternatif lain telah gagal, seperti untuk infeksi yang mengancam jiwa karena bakteri telah resisten terhadap banyak obat atau 'multidrug resistence.'

WHO telah menambahkan 10 antibiotik ke dalam daftar obat esensial untuk orang dewasa, dan 12 untuk anak. Peningkatan kejadian resistensi antibiotik disebabkan karena penggunaan dan penyalahgunaan  obat ini. Untuk itu, WHO membantu perencanaan dan perancangan sistem kesehatan nasional di banyak negara, juga memastikan setiap orang yang membutuhkan antibiotik, memiliki akses terhadap obat tersebut. Selain itu, juga memastikan mereka mendapat obat yang benar, sehingga masalah resistensi antibiotik tidak bertambah buruk.

Daftar obat esensial yang baru juga mencakup beberapa obat baru, seperti dua jenis obat oral atau pil untuk kanker, pil kombinasi baru untuk hepatitis C, obat yang lebih efektif untuk HIV, obat lama yang masih dapat digunakan untuk mencegah infeksi HIV pada orang berisiko tinggi, formula obat baru bagi anak untuk tuberkulosis, dan penghilang rasa sakit.

Dua pil obat kanker, yaitu dasatinib dan nilotinib, ditujukan untuk pengobatan leukemia myeloid kronis, khusus yang telah resisten terhadap pengobatan standar. Dalam uji klinis, satu dari dua pasien yang memakai obat ini mendapatkan remisi yang lengkap dan tahan cukup lama. Pil obat untuk Hepatitis C adalah kombinasi sofosbuvir dan velpatasvir, sebagai terapi kombinasi lini pertama untuk mengobati semua jenis hepatitis C. Obat lain adalah dolutegravir untuk pengobatan infeksi HIV, sebagai tanggapan atas bukti terbaru yang menunjukkan keamanan, khasiat, dan hambatan obat ini yang menggembirakan terhadap resistensi virus. Penggunaan obat untuk program profilaksis pra-paparan (PrPP) dengan tenofovir saja, atau dikombinasikan dengan emtricitabine atau lamivudine, disarankan untuk mencegah infeksi HIV.

Obat pil baru lainnya adalah delamanid, yang ditujukan untuk pengobatan anak dan remaja dengan tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai jenis obat (TB-MDR). Juga obat clofazimine untuk anak dan dewasa dengan TB-MDR. Obat pil terbaru lainnya adalah formula kombinasi dosis tetap atau FDC yang ramah anak, terdiri dari isoniazid, rifampisin, etambutol dan pirazinamida, untuk terapi TB pada anak.

Obat tempel kulit fentanyl and methadone dianjurkan untuk mengurangi nyeri (pain relief) pada pasien kanker stasiun lanjut, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pada akhir masa hidupnya (for end-of-life care).

Anjuran pada Daftar Obat Esensial tahun 2017 mengingatkan kita, akan perencanaan, pengadaan dan penggunaan obat penting, pada saat yang tepat. Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 12 Juni 2017.

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta,  Alumnus S3 UGM

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB