x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Leadership vs Good Enough

Integritas dan karakter akan menentukan performance leader dan tim

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: Integritas untuk Sukses

Integritas kuat para pemimpin menghasilkan manfaat jangka panjang institusi

Mohamad Cholid 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

 

Integrity matters. Apakah di antara Anda ada yang berani menolak undangan Istana Kepresidenan dan memilih menghadiri pertemuan dengan kalangan rakyat biasa? Frances Hesselbein telah melakukannya, dengan cara elegan.

Pada 1998 Frances Hesselbein memperoleh Presidential Medal of Freedom, penghargaan tertinggi Pemerintah AS bagi warga sipil, orang-orang yang "an especially meritorious contribution to the security or national interests of the United States, world peace, cultural or other significant public or private endeavors.”

Hari dan tanggal penganugerahan di White House kebetulan bertepatan dengan waktu yang dijanjikan Frances Hesselbein kepada orang-orang yang dia bantu di Denver secara pro bono untuk memberikan ceramah.

Umumnya orang akan memilih menghadiri upacara di Gedung Putih, ketemu Presiden AS, dan tampil keren di depan publik. Lantas meminta orang-orang di Denver menjadwalkan ulang acara pertemuan – toh pro bono (tidak ada bayaran atas kegiatan yang memerlukan keahlian khusus kita).  

Frances Hesselbein memilih menepati janji dengan orang-orang yang dia bantu. Dia bilang ke pejabat Gedung Putih, tidak dapat menghadiri upacara penganugerahan itu. “Saya ada komitmen. Mereka mengharapkan saya,” katanya.  Dan pada saat pertemuan dengan orang-orang di Denver itu, Frances sama sekali tidak menyinggung tentang undangan upacara di Gedung Putih tersebut.

Frances Hesselbein ketika remaja adalah Ketua Pandu di Pennsylvania, kota kelahirannya. Ia kemudian dipilih jadi CEO Girl Scouts Amerika 1976 sampai 1990. Selama kepemimpinannya jumlah anggota naik empat kali lipat, jadi total 2,25 juta dan kelompok minoritas dapat tempat, jumlahnya naik tiga kali.

Ia juga President dan CEO Leader to Leader Institute, Founding President Peter Drucker Foundation, dan penulis tentang kepemimpinan. Bukunya antara lain My Life in Leadership (2011, dengan kata pengantar Jim Collins) dan Be, Know, Do: Leadership the Army Way, 2004 (dia tulis bersama General Eric K. Shinseki, Jenderal Purnawirawan US Army). 

Cerita tentang Frances lebih memilih menepati janji dengan orang-orang yang dibantunya secara pro bono ketimbang menghadiri upacara penganugerahan Medal of Freedom di Gedung Putih, tituturkan oleh Marshall Goldsmith (dan Mark Reiter) di buku Triggers (2015).  

Orang-orang yang memiliki integritas kuat biasanya akan mementingkan komitmen yang bahkan tidak mendatangkan materi (pro bono) sekalipun dan sanggup menepis upacara glamor di istana presiden.

Lebih menukik lagi, Marshall Goldsmith mengingatkan, kegiatan pro bono atau dalam posisi tangan diatas, to help out, tidak berarti menjadikan kita dengan gampang dapat melakukan opt out, utamanya saat kondisi tidak nyaman.  “This is how our fine and noble intentions degrade into good enough outcomes. This is how our integrity gets compromised.

Integritas merupakan hal fundamental. Dalam konteks kepemimpinan di perusahaan dan institusi lain yang memiliki impact bagi kehidupan publik – apakah itu institusi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat – sering kita lihat betapa banyak orang tega membekuk integritasnya demi meraih jabatan, keuntungan sesaat, dan iming-iming gratifikasi lainnya.

Ketika niat-niat baik para pejabat publik dan pimpinan perusahaan (utamanya yang memanfaatkan dukungan dana publik) telah diperosotkan sehingga hasil karya mereka good enough, tingkat kewaspadaan layak dinaikkan.

Gejala niat-niat baik yang di-compromise tersebut dapat terdeteksi dalam bentuk berkecamuknya parade ketidakpedulian (parade of ignorance).  

Apakah Anda sudah mulai melihat gejala parade of ignorance di ranah publik kita?

Di dunia bisnis, sejarah telah memberikan pembelajaran, perusahaan-perusahaan yang profitable dan dapat bertahan lama umumnya dipimpin dengan integritas tinggi dan menolak status good enough. “Good is the enemy of great,” kata Jim Collins.

Leadership yang dapat diandalkan selalu terbuka untuk menemukan jalur pertumbuhan yang sehat, sistematis, dan akuntabel agar organisasi jadi hebat. 

Sebaliknya, kepemimpinan yang banyak kompromi dengan good enough, apalagi dibatasi oleh cara pandang para bos yang terjebak dalam limiting belief, akan menyebabkan institusi kehilangan orientasi.

Indikasinya: para eksekutif perusahaan-perusahaan tersebut banyak mengeluh, dari soal regulasi pemerintah, tim yang belum aligned dengan visi direksi, perubahan pilihan konsumen, disruptions, sistem pajak, sampai globalisasi.

Biasanya, saran umum dari hasil analisis mereka sendiri atau dari konsultan adalah melakukan perubahan.

Pertanyaannya: berubah dengan cara bagaimana, metode perubahannya apakah terukur, prosesnya seperti apa, siapa pula yang harus melakukan perubahan duluan, dan apa tujuan perubahan itu? Semua itu sebaiknya clear sejak awal.

Selain itu, kalau menurut bahasa Simon Sinek (penulis buku Start with Why), berubah di level What (jenis usahanya), pada tataran How (cara pengelolaannya), atau di Why (alasan keberadaannya di dunia ini atau mindset para pendiri/pemimpinnya). 

Dengan asumsi “terjadinya bottle neck selalu di atas, di leher botol,” sangat disarankan agar para eksekutif di institusi-institusi tersebut diminta bersedia sebagai role model, melakukan perubahan dalam kepemimpinan mereka.

Dalam praktiknya selama lebih dari seperempat abad membantu ribuan institusi di puluhan negara, Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC) telah menggunakan sejumlah metode yang standard dan terukur, serta dapat di-customized agar fit dengan jenis dan level tantangan setiap institusi dan konteks strategisnya di negara/wilayah bersangkutan.  

Satu di antara sekian tools yang dipakai MGSCC agar proses perubahan kepemimpinan dijalankan secara lebih terstruktur adalah The Wheel of Change.  Di dalamnya ada creating, eliminating, accepting, dan preserving.

Dalam proses perubahan, utamanya perubahan organisasi dan perilaku kememimpinan, tidak harus semua elemen digantikan dengan yang baru. Bukankah salah satu yang membuat para eksekutif gamang adalah karena khawatir bakal seperti kehilangan pijakan akibat perubahan? Ada wilayah-wilayah yang kita nilai memang masih relevan dengan tantangan zaman, dapat dipertahankan (preserved).

Keberhasilan Frances Hesselbein sebagai CEO Girl Scouts contohnya. Selain melakukan sejumlah perubahan, satu dari sekian hal penting yang dia pertahankan adalah “identity of being a moral guide for young women.”

Kebijakan yang mengkombinasikan secara radikal antara preserving dan creating itu ia namai, “Tradition with a future.” Sejak itu Girl Scouts Amerika memiliki purpose baru.

Satu hal lagi yang sangat dia jaga adalah integritas. Baginya, leadership lebih merupakan how to BE, bukan how to do.

Karakter, perilaku, dan keteladanan akan berpengaruh pada performance para leader dan tim masing-masing. Di sinilah peran behavioral coaching sangat penting untuk memfasilitasi pertumbuhan kepemimpinan mereka agar lebih efektif. 

 

Mohamad Cholid adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB