x

22.1_INTER_trump

Iklan

Tri Winarno

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kebijakan Trump Balik Arah

Semua sesumbar kampanye Trump tak terjadi. Berbagai kebijakannya berlawanan dengan yang dia janjikan selama kampanye.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selama seratus hari pertama di pemerintahan, Presiden AS Donald Trump telah membalikkan arah stance kebijakannya yang meliputi kebijakan pertahanan, perdagangan internasional dan kebijakan ekonomi lainnya, yang berlawanan dengan kebijakan yang dijanjikan selama kampanye.Tentu, pembalikan kebijakan ini akan memberi dampak positif terhadap perkembangan perekonomian global kedepan.

Misalnya, kebijakan Trump terhadap China. Selama masa kampanyenya, Trump sesumbar akan mempermalukan China dengan melabeli China sebagai manipulator mata uang; akan mengakhiri kebijakan satu China (dengan mengakui bahwa Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari China daratan) yang telah lama memandu hubungan China-AS; akan mengenakan tarif import yang tinggi terhadap produk-produk China untuk memperkecil difisit neraca perdagangan bilateral  AS terhadap China.

Dan semua sesumbar itu tak terjadi. Trump tidak jadi memvonis China sebagai manipulator matauang begitu duduk di kursi kepresidenan. Ketika kementerian keuangan AS melakukankan penilian terhadap kebijakan mata uang China, bulan lalu menyimpulkan bahwa China bukan manipulator matauang.

Begitupula tentang kebijakan satu China, Trump telah berbalik arah dengan menyatakan pada President China Xi Jinping bahwa AS akan terus mematuhi kebijakan tersebut dan mengundang Presiden  Xi untuk berkunjung ke liburan Trump di Mar-a-Lago, Florida.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pertemuan tersebut akan dibahas negosiasi perdagangan bilateral China AS yang akan dipimpin oleh menteri perdagangan AS, Wilbur Ross. Dalam perundingan tersebut sudah disepakati bahwa China setuju membuka pasar daging sapi, berbagai jasa-jasa keungan dan AS setuju menjual LNG (liquefied natural gas) ke China. Dampaknya adalah akan memperkecil defisit perdagangan AS terhadap China dengan tanpa ada kenaikan tarif impor.

Mengecilnya defisit perdagangan bilateral AS terhadap China tidak serta merta mengurangi defisit perdagangan AS secara keseluruhan, sebab defisit perdagangan total adalah akibat dari perbedaan antara investasi dan tabungan masyarakat  AS, yang semakin hari kecenderungannya semakin membesar.

Defisit perdangan bilateral AS yang semakin mengecil terhadap China berarti semakin besar defisit perdagangan AS atau semakin mengecil surplus AS dengan negara lain selain China. Namun demikian, walaupun pemerintahan Trump keliru mengetrapkan kebijakan perdagangan yang menekankan pada penyelesaian defisit perdagangan secara bilateral, langkah ini lebih disukai dari pada rencana kebijakan semula, karena akan mengurangi hambatan ekspor AS.

Kasus lain di Asia, Trump memperingatkan Korea Selatan dan Jepang selama kampanyenya bahwa mereka tidak lagi mendapatkan jaminan keamanan AS yang telah berlangsung berabad abad. Istilah Trump tidak ada keamanan yang gratis. Tetapi begitu Trump dilantik, menteri pertahanannya,James Mattis terbang ke Seoul untuk menjamin keamanan Korea Selatan dan pemerintahan Trump memasang sistem anti missile yang dikenal sebagai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), walaupun ada protes dari China. Dan kemudian Mattis terbang ke jepang untuk menawarkan keberlanjutan dukungan AS terhadap keamanan Jepang.

Begitupula, sewaktu kampanye Trump berkeluhkesah bahwa anggota-anggota Nato tidak memenuhi komitmennya untuk membelanjakan 2% dari  GDP untuk pertahanan, dan menyerukan penguranan belanja militer AS di Eropa. Dia juga mengeritik Nato yang tidak kooperatif membantu AS memerangi  the Islamic State (ISIS).

Dan lagi-lagi Trump hanya menggertak, sedangkan Eropa telah menyetujui sebagian kecil dari yang dianjurkan oleh AS. Trump telah mengajukan peningkatan anggaran fideral untuk keperluan belanja militer di Eropa, di lain pihak anggota Nato di eropa telah menyetujuai peningkatan belanja militernya sampai dengan 2% terhadap  GDP, (namun tidak secepat yang diinginkan oleh Trump). Dan dewan atlantik utara (North Atlantic Council), pelaksana harian  NATO,  baru baru ini menyetujui untuk bergabung melawan ISIS (walaupun tidak dalam bentuk pengiriman pasukan tempur).

Ancaman kampanye Trump untuk membatalkan NAFTA (North American Free Trade Agreement) juga tidak terbukti, namun telah disepakati perbaikan negosiasi yang dipimpin oleh perwakilan khusus perdagangan AS (US Special Trade Representative). Memang hasil kesepakatannya  secara kongkrit belum kelar. Dan dapat dipastikan ada penekanan pada pengurangan hambatan ekspor produk AS ke Kanada dan Meksiko. Ada kemungkinan pembatasan impor produk kayu AS dari Kanada, karena adanya subsidi pemerintah Kanada terhadap produk tersebut. Kalau hambatan impor ini ditrapkan, dapat dipastikan akan merugikan pengembang dan pembeli rumah di AS.

Tidak ada seorangpun tahu kenapa Trump berbalik arah tentang kebijakan yang dia dengungkan selama kampanye. Apakah para penasehatnya telah membujuknya bahwa pandangannya selama ini keliru? Apakah dia mempercayai pendelegasian tugas pada para pejabatnya? Apakah janji kampanyenya hanya sekedar penarik pemilih daripada pandangan asli dia tentang isu-isu strategis? Hanya Trump dan Tuhan yang tahu.

Namun untuk kebijakan domestikanya sedikit berbeda. Pemerintahan Trump baru baru ini mempublikasikan rencana APBN selama sepuluh tahun yang banyak mendapatkan kritikan karena tidak adanya koherensi dan gagal menjabarkan secara rinci tentang kebijakan perpajakannya. Kebijakan anggaran berbeda dengan kebijakan internasional, karena dalam hal anggaran konggres membuat keputusan  yang rinci tentang belanja dan kebijakan perpajakannya.Rencana belanja domestik Trump yang dirasa tidak berkesinambungan mendapat hambatan dari konggres. Berdasarkan aturan konggres harus ada proyeksi yang menjamin anggaran berimbang sampai dengan sepuluh tahun kedepan apapun yang terjadi dengan kebijakan perpajakannya. Disinilah kesulitan mulai timbul, tatkala disatu sisi Trump ingin menggenjot belanja dan mengurangi tarif pajak. Perdebatan masih berjalan alot. Dan solusi yang cukup masuk akal adalah rencana anggaran yang pernah disusun oleh ketua konggres AS dari partai republik,Paul Ryan dan koleganya beberapa tahun yang lampau.

Dengan mencermati perkembangan tersebut, terlepas dari janji dan gaya Trump dalam kampanyenya, maka kebijakan pemerintahanya tentang pertahanan dan perdagangan internasional sudah berada pada jalur yang tepat. Dan kebijakan APBN yang sekarang sedang digodok di konggres dapat dipastikan akan lebih rasional dengan berpegangan pada prinsif anggaran berimbang dalam rentang sepuluh tahun. Dengan demikian sebentar lagi akan muncul kerangka reformasi kebijakan perpajakan AS dengan tarif yang lebih rendah namun menjamin keberlangsungan tersebut.Karena itu, dapat disimpulkan bahwa arah pembalikan kebijakan Trump yang berlawanan pada masa kampanye kepresidennannya, sangat berdampak positif terhadap pemulihan ekonomi global, yang sekarang sedang berlangsung.

Oleh: TRI WINARNO

Peneliti Senior -Bank Indonesia

 

Ikuti tulisan menarik Tri Winarno lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu