x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Misteri Kasus Novel, Udin, Marsinah dan Cak Munir

Teror terhadap Novel. Aroma kepentingan elite begitu kuat. Mirip seperti teror terhadap buruh Marsinah, wartawan Udin dan aktivis HAM Cak Munir.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Masih ingat kasus teror terhadap Novel Baswedan, penyidik KPK? Tentu masih segar di ingatan kita bahwa pada April 2017 lalu, sebuah teror kekerasan terjadi di pagi buta terhadap Novel Baswedan. Ia adalah penyidik KPK yang dikenal berani membongkar berbagai kasus mega korupsi di negeri ini. Beberapa elite politik di negeri ini sudah dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi yang pernah dibongkarnya. Celakanya, hingga artikel ini ditulis, pengungkapan siapa dalang teror terhadap penyidik KPK itu masih gelap.

Selama ini KPK sudah berhasil menjerat para elite politik dan penegak hukum aktif dalam kasus korupsi. Beberapa jenderal aktif di kepolisian, jaksa hingga Ketua Mahkamah Konstitusi pernah dijerat KPK dalam kasus korupsi. Bahkan ketua umum Partai Politik, menteri hingga anggota DPR pun juga sering diseret ke pengadilan perkara korupsi oleh KPK.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Tak heran, bagi perampok uang rakyat, keberadaan KPK adalah ancaman nyata. Lembaga ini pun sering mengalami pelemahan. Pimpinannya sering dikriminalisasikan. Tujuannya agar lembaga anti-korupsi ini lemah dan kemudian mati dengan sendirinya. Kematian KPK adalah sebuah kado terindah bagi para perampok uang rakyat. Teror kekerasan yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan harus ditempatkan dalam kerangka upaya para koruptor membunuh KPK.

 

Kerangka itu pula yang dipakai oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam melihat kasus teror terhadap Novel Baswedan. Teror terhadap Novel, menurut Wapres Jusuf Kalla, adalah bentuk perlawanan balik dari mereka yang terusik karena KPK mengusut kasus-kasus korupsi besar. Bahkan, lebih jauh Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa pelaku teror terhadap Novel adalah orang yang dibayar oleh pelaku korupsi besar.

 

Mengerikan. Tapi itulah kenyataan di negeri ini. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan, baik modal maupun politik, dengan mudah melakukan teror bahkan pembunuhan kepada orang-orang yang berani mengungkap kebobrokannya. Masih ingat di benak kita tentang pembunuhan Cak Munir. Seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang dibunuh di atas pesawat saat hendak melanjutkan pendidikannya ke negeri Belanda.

 

Cak Munir adalah aktvis yang kritis terhadap pelanggaran HAM di era Orde Baru. Pembunuhan Cak Munir adalah sebuah teror bagi para penggiat HAM. Pesan yang dikirimkan oleh para pembunuh Cak Munir adalah agar para aktivis dan penggiat HAM diam jika tak ingin bernasib sama seperti Cak Munir. Mirip seperti Novel Baswedan, sebelum terjadi pembunuhan atas dirinya, Cak Munir juga sering mendapatkan teror. Bahkan tak jarang teror itu diterima oleh keluarganya.

 

Teror kekerasan juga pernah dialami oleh wartawan Fuad Muhammad Syafruddin atau akrab dipanggil Udin. Wartawan harian Bernas, Yogyakarta, itu dibunuh setelah beberapa pemberitaannya terkait dengan politik dan korupsi sempat memanaskan telinga orang-orang yang berkuasa saat itu. Mirip seperti pembunuhan Cak Munir. Pembunuhan Udin adalah bentuk dari teror terhadap profesi wartawan. Pesan dari sang pembunuh sangat jelas, agar wartawan tidak lagi menulis secara kritis tentang politik dan korupsi jika tidak ingin bernasib sama seperti Udin.

 

Sebelum pembunuhan Cak Munir dan Udin, seorang buruh perempuan di Sidoarjo juga dibunuh. Buruh perempuan itu bernama Marsinah. Buruh perempuan itu dibunuh setelah aksi demonstrasi yang terjadi di perusahaan tempatnya bekerja. Pesan dari sang pembunuh mirip seperti pembunuhan Cak Munir dan Udin. Sang pembunuh ingin agar buruh tidak lagi berulah dan diam meskipun mendapatkan upah murah.

 

Celakanya, hingga kini, otak teror yang berujung pada kematian terhadap Cak Munir, Udin dan Marsinah tidak pernah terungkap. Pertanyaan berikutnya adalah dengan melihat jejak teror terhadap Cak Munir, Udin dan Marsinah, apakah otak pelaku teror terhadap Novel Baswedan juga akan terungkap?

 

Untuk itulah, meskipun Presiden Joko Widodo sudah menginginkan kasus ini diungkap, tapi nampaknya tidak semudah itu para teroris terhadap Novel terungkap. Aroma kepentingan elite begitu menyengat tercium pada kasus teror terhadap Novel ini. Mirip seperti teror kekerasan terhadap buruh Marsinah, wartawan Udin dan aktivis HAM Cak Munir.

 

Meskipun rejim otoritarian Orde Baru sudah berganti, namun kepentingan elite masih ditempatkan di atas kepentingan publik. Sehingga tak heran bila dalang teror terhadap Marsinah, Udin dan Cak Munir tak terungkap hingga kini. Merujuk pada kasus teror terhadap mereka, bisa jadi teror terhadap Novel pun akan berakhir gelap.

Himbauan Presiden Jokowi untuk mengusut kasus teror terhadap Novel bisa saja akan diabaikan oleh para penegak hukum. Terlebih posisi politik Jokowi yang bukan petinggi partai politik yang mampu mengendalikan elite politik yang ada di parlemen. Tanda-tanda itu mulai nampak dengan beberapa ‘serangan’ politik terhadap KPK setelah teror terhadap Novel terjadi.

 

Kasus teror terhadap Novel tidak bisa dipisahkan dari upaya melemahkan gerakan anti-korupsi. Untuk itulah publik harus tetap mengawalnya. Publik harus kembali bergandengan tangan dan merapatkan barisan untuk mendesak penegak hukum benar-benar mengungkap dalang teror terhadap penyidik KPK ini. Jangan sampai otak pelaku terornya tidak terungkap seperti dalam kasus pembunuhan Cak Munir, Udin dan Marsinah. Jika otak kasus teror terhadap Novel tak terungkap bukan tidak mungkin kita, publik pembayar pajak, yang akan mendapat giliran sebagai sasaran teror berikutnya.

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler