x

Iklan

Sunardian Wirodono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pembelaan untuk Afi Nihaya

etapa jahatnya orang-orang, yang punya banyak pengetahuan tetapi tidak mengetahui siapa Afi dan memperlakukannya. Ini potret masyarakat yang sakit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum lama lalu, kita kembali dihebohkan oleh Afi Nihaya. Lagi-lagi soal plagiarisme. Kali ini mencontek video-testimoni Amanda Todd sebelum kematiannya.

Saya tak tertarik pada isu plagriarisme, dan berbagai ujaran kebencian serta sinisme pada Afi Nihaya. Saya lebih tertarik kenapa Afi Nihaya (katakanlah) meniru Amanda Tood. Kenapa Amanda Todd, dan bukan yang lain?

Amanda Todd, meninggal karena bunuh diri pada 12 Oktober 2012. Gadis 15 tahun itu, depresif karena menjadi korban pembullyan di sosmed.

Sekedar info tambahan: Video yang ditiru persis Afi adalah video Catherine Olek (vlogger make-up, yang menangis dan bersimpati pada apa yang dialami Amanda), yang diposting 13 Oktober 2012, atau tiga hari sesudah kematian Amanda Todd. Video Amanda bercerita tentang kisah hidupnya yang memakai flash card (tanpa suara) diposting 7 Oktober 2012. Catherine Olek sendiri masih hidup.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semua berawal saat Amanda kenalan dengan seorang cowok di internet, yang berhasil membujuk untuk menunjukkan buah dadanya lewat webcam. Setahun kemudian, cowo itu menyebarkan foto topless Amanda lewat Internet. Bahkan membuat akun Facebook dengan foto topless Amanda sebagai profile picturenya.

Hal itu membuat banyak orang membully Amanda, termasuk lewat 9gag, dan itu membuat Amanda dicemooh di sekolah dan lingkungannya. Sebulan sebelum bunuh diri, Amanda mengupload video di youtube berisi kisah hidupnya yang tragis, juga 4 jam sebelum kematiannya, tentang situasi batinnya.

Afi Nihaya tidak diminta seorang cowok untuk memamerkan buah dadanya. Tapi Afi Nihaya dibujuk oleh momentum. Ketika kita sangat butuh pahlawan atau pun motivator. Afi ditarik ke ruang publik. Ia dibawa ke kampus. Ia dibawa ke studio televisi, dipertemukan pada banyak tokoh. Ia dibawa ke Istana Presiden. Untuk sekedar menunjukkan contoh, betapa ada anak manusia yang waras bisa ngomong tentang toleransi, ketika waham intoleransi begitu marak.

Dalam pusaran arus itu, Afi menjadi korban bully yang paling nyata. Oleh siapapun, dengan motivasi apapun. Saya lebih meyakini Afi Nihaya korban dari egoisme masyarakat kita. Dan kita abaikan potensinya yang sesungguhnya bisa kita pelihara. Tapi situasi dan kondisi telah menjahatinya. Ia tumbuh sebagai anak bajang.

Sayang sekali, ketika lewat di kecamatan Gambiran, Banyuwangi menjelang lebaran kemarin, saya tak bisa ketemu Afi, meski sangat berhasrat. Karena waktu mepet, dan ada tiga desa dengan nama sama. Jika saya ketemu dengannya, ceritanya mungkin akan sangat lain.

Bukan apa-apa, saya kira dengan ayah penjual cilok dan ibu yang rabun, dan tak bisa secara sempurna mendampingi anaknya ini, Afi adalah anak bajang yang kehilangan arah angin, bukan menggiring angin, hingga dia digiring angin puting beliung.

Dari sebuah keluarga miskin, Afi telah kita lemparkan dalam satu situasi yang sama sekali tidak dia ketahui. Dan betapa jahatnya orang-orang, yang punya banyak pengetahuan tetapi tidak mengetahui siapa sebenarnya Afi, dan bagaimana memperlakukannya. Ini potret masyarakat sakit.

Lebih karena kemiskinan kita akan pahlawan, dan kurangnya hal-hal yang tidak akan mungkin memenuhi keserakahan kita, dalam meluncaskan kemarahan dan kecemburuan kita. Kita selalu mengulang-ulang hal yang sama. Masyarakat yang reaktif tapi tidak responsif. Masyarakat yang eksploitatif tapi tidak eksploratif. Masyarakat by product bukannya by process.

Masyarakat yang hidungnya kembang kempis karena harum bunga, tapi menjadikan bunga itu mati muda. Ataukah kita sedang memuaskan diri, membiarkan Afi meniru langkah Amanda Todd? Apakah Anda pernah, atau bisa merasakan, bagaimana dibully begitu rupa, sebagaimana dialami oleh Amanda Todd? Sebagaimana dialami oleh Afi Nihaya?

Afi sangat butuh seorang psikolog, psikiatri. Apakah Anda ahlinya? Mau datang ke rumahnya di Banyuwangi? Atau Anda juga cuma bagian dari para pembully itu?

Ikuti tulisan menarik Sunardian Wirodono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu