x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lewat Kuliner, Kata-kata Mendunia

Kosakata kuliner Indonesia semakin populer, namun kita belum punya semacam ‘hidangan nasional’.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di layar Youtube, chef Jamie Oliver sedang memeragakan kepiawaiannya memasak. Masakan pilihannya ‘gorgeous’ gado-gado, yang ia juluki sebagai ‘a Indonesian mega salad’—pujian menyenangkan dari seorang chef mashur, entahlah? Sayangnya, meskipun ia merebus telor, menyiapkan bumbu kacang, juga menggoreng tahu, tapi sayurannya dibiarkan mentah. Terkesan, ini sejenis perpaduan antara karedok dan gado-gado dalam masakan Sunda tanpa lontong.

Yah, barangkali gado-gado ini versi inovasi atau dekonstruksi Oliver. Apapun halnya, banyak orang di berbagai belahan bumi jadi tahu tentang ‘gado-gado’, setidaknya dalam versi Oliver. Ia juga membuat ‘rojak’—Anda benar, maksudnya rujak (di negeri ini ada beragam jenis rujak, dan Oliver sepertinya membuat rujak buah, bukan rujak cingur ala Jawa Timur).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuliner agaknya menjadi jalur yang dilalui kosakata Indonesia untuk memasuki panggung dunia. Bila saya tidak keliru, kuliner menawarkan keunikan tersendiri sebab kosakata itu bertautan dengan makanan (dan minuman) yang disantap. Semestinya, itu akan lebih mudah diingat ketimbang kosakata yang sengaja untuk dihapal.

Cukup lama sate dikenal di dunia, tapi Barack Obama berkontribusi dalam memopulerkan kembali sate (dan bakso)—makanan yang ia kenal di masa kecil saat tinggal di Indonesia. Otak cukup pintar untuk menyimpan ingatan mengenai rasa dan tekstur yang pernah dicecap oleh lidah, dan ingatan ini tidak akan pudar begitu cepat.

Menikmati makanan lezat adalah pengalaman menyenangkan yang mendorong pecinta kuliner untuk menceritakannya kepada orang lain. Mereka saling berbagi kebahagiaan, dan melalui cara ini kosakata kuliner kita semakin dikenal lebih banyak orang. Rendang, contohnya.

Sebagai hidangan yang dapat  bertahan lama, rendang jadi pilihan banyak keluarga dan dianggap sebagai penyelamat di saat hari-hari sibuk. Rendang disimpan sebagai persediaan bila tak sempat memasak di bulan puasa. Bagi keluarga Indonesia yang menetap di luar negeri, rendang tak terlupakan dan mengobati kerinduan.

Nasi goreng juga jadi favorit orang-orang asing yang ingin memasak kuliner Indonesia. Makanan ini terlihat sederhana, tapi memasak nasi goreng yang tidak kering perlu kecermatan. Keterbukaan untuk menampung beragam bahan menjadikan nasi goreng masakan yang leluasa untuk disiapkan. Jika Anda menyukai petai, daging kambing, atau udang, Anda bisa memasukkannya saat menggoreng. Jika Anda tak menyukainya, Anda bisa memakai bahan-bahan ‘topping’ yang lain.

Anda barangkali sudah tahu bahwa ‘kecap manis’ dan ‘sambal’ semakin sering diadopsi dalam resep yang dibuat orang-orang asing tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Untuk menerjemahkan ‘sambal’ dengan pengertian menyeluruh yang tercakup di dalamnya memang lebih sukar dibanding ‘kecap manis’. Namun, ternyata, ‘kecap manis’ pun lebih sering dipakai ketimbang ‘sweet soy sauce’, seperti dalam kutipan resep ini:

“Meanwhile, place peanut butter, chopped peanuts, tamarind, sambal oelek, garlic, lime juice, sugar, kecap manis and ½ cup water in a saucepan over medium heat. Cook, stirring, for 2 to 3 minutes or until mixture is smooth and combined. Bring to the boil. Reduce heat to low. Simmer, stirring occasionally, for 8 to 10 minutes or until thickened slightly.”

Pada akhirnya, ada identitas kultur yang terbawa dalam kosakata kuliner ini, yang menggambarkan kekayaan flora, fauna, maupun tradisi memasak masyarakat kita. Rendang dan nasi goreng bukan sekedar hidangan yang menawarkan kelezatan, tapi juga pengalaman kultural. Identitas Indonesia dapat semakin dikenal melalui kuliner dan kosakatanya yang kian jadi bagian dari kecintaan memasak warga dunia. Identitas kuliner akan semakin kukuh bila Indonesia punya semacam ‘national food’ sebagaimana pizza dan pasta identik dengan Italia, tom yam dengan Thailand, dan kimchi dengan Korea Selatan.

Jadi, apa ‘national food’ kita, nasi goreng atau rendang? Ada pilihan lain? Pecel, soto (kita punya beragam varian soto), sop konro, papeda, atau gudeg? Tidak mudah ternyata, atau biarkan saja tanpa ‘national food’ sebab kita punya kekayaan kuliner yang berlimpah. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB