Berjalan menyusuri lorong-lorong zaman. Di kanan-kiri kulihat banyak bayangan tak berbentuk. Aku tak bisa lagi mengenali sebagiannya.
Dan aku tetap berjalan, sesekali berhenti sejenak. Setelah itu berjalan lagi. Tidak tahu akan sejauh mana perjalanan ini akan berlangsung.
Berkali-kali kakiku tersandung. Kadang nyasar tak mengenali arah mata angin. Sempat ingin berbalik arah, kembali ke titik permulaan.
Tiap perjalanan mesti berakhir pada titik tiba. Dan setiap titik tiba adalah pilihan. Meski kadang ada titik tiba yang dipaksakan atau terpaksa.
Dan aku tetap berjalan, sesekali berhenti sejenak. Karena berkah tersembunyi pada gerak, bukan pada diam. Aku mendamba tiba yang berberkah.
Sampai akhirnya kudengar suara tak bersumber: "Teruslah berjalan! Biarlah aku yang memutuskan, waktu dan di mana perjalananmu akan berakhir".
Syarifuddin Abdullah | 11 Juli 2017 / 17 Syawal 1438H.
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.