x

Iklan

Willi Fragcana Putra

Dokter Muda | Anggota Muda dari Perhimpunan Dokter Manajemen Medik Indonesia (PDMMI) | Anggota Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) | Bagian dari www.iyhps.org dan www.papuanyouthhealth.org | Kunjungi personal blog saya di www.williputra.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

4 Alasan Kenapa Resep Dokter Sulit Dibaca

Postingan ini berisi banyaknya pertanyaan masyarakat yang bertanya kenapa tulisan dokter jelek atau sulit dibaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertanyaan ini mungkin akan keluar ketika kita selesai berkonsultasi dengan dokter dan diberi kertas resep untuk mengambil obat di apotek. “Kenapa tulisan dokter susah dibaca, ya?” Atau “kok tulisan dokter jelek sekali?”.

Pertama, yang harus kita ketahui adalah bahwa resep dokter merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jadi, di sini jelas bahwa tulisan ini bukan untuk pasien.

Kedua, dokter menjaga kerahasiaan resep yang ditulisnya agar pasien tidak dengan mudah menggunakan resep itu. Setiap resep obat yang ditulis dokter memerlukan diagnosis terhadap penyakit pasien tersebut. Sebagai contoh, obat batuk/pilek untuk anak-anak berbeda dosis dan jenis obat yang diberikan untuk dewasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, penulisan resep juga sengaja menggunakan singkatan-singkatan baku yang sudah disepakati secara internasional, seperti: C.= sendok makan, Cth.= sendok teh, Gtt.=1 tetes dan juga penggunaan bahasa latin seperti: Extende termiter (extende ter.) = oleskan tipis-tipis, In manum medici(I.m.m) = berikan ke dokter, Ad partes dolentes (Ad partes dolentes) = Pada bagian-bagian yang sakit.

Keempat, dokter berusaha melindungi kerahasiaan resep obat agar tidak disalahgunakan. Penggunaan obat tanpa dosis yang tepat dan benar sangat membahayakan, terutama obat-obat yang tergolong obat keras dan psikotropika.

Gambar via Medscape

Ikuti tulisan menarik Willi Fragcana Putra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB