x

Iklan

Yugha Erlangga

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Fenomena Bunuh Diri, Catatan Kaki untuk Koruptor Indonesia

Jangan terlalu banyak berharap fenomena bunuh diri menjalar ke mereka yang didakwa melakukan korupsi di negeri ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika saja Heath Ledger masih hidup, maka The Joker dipastikan akan kembali hadir menebar teror dalam sekuel Dark Knight yang disutradatarai Christopher Nolan. Musuh utama Batman ini tidak mati di akhir film The Dark Knight (2008), melainkan ditangkap lalu dijebloskan ke dalam penjara superketat. Tapi apa daya, Ledger yang meraih piala Oscar karena perannya sebagai kriminal berpupur bedak justru meninggal karena bunuh diri. Sang sutradara pun memilih untuk tidak mengganti Ledger dengan mencari aktor lain untuk memerankan The Joker.

Konon, mendalami peran The Joker membuat Ledger depresi. Ia sampai mengurung diri di dalam kamar untuk bisa merasakan aura psikopatik The Joker. Aktor senior Jack Nicholson, pemeran Joker 19 tahun sebelum Ledger, pun berkomentar, "Ia (Ledger) tak  bisa membedakan antara berperan sebagai Joker atau menjadi Joker." Obat penenang konon yang merenggut nyawa Ledger–aktor muda yang digadang memiliki masa depan cerah di industri film Hollywood. Ia meninggal di usia 27 tahun, mengikuti jejak mendiang Jim Morrison, Kurt Cobain, Jimi Hendrix, hingga Janis Joplin –yang juga mati bunuh diri.

Tak hanya Ledger, aktor kawakan Robin Williams juga ditemukan meninggal akibat bunuh diri. Ia diduga depresi akibat penyakit demensia, halusinasi. Penyakit itu dikenal dengan lewy body demensia, semacam penyakit degeneratif pada sel sarf orak yang disebabkan sumbatnya saraf oleh protein tubuh. Kematian aktor watak yang dikenal dengan aktingnya di Mrs. Doubtfire, Good Will Hunting, hingga Patch Adams mengejutkan publik. Ia dikenal karena kemampuan humornya juga peran-perannya yang unik, seperti guru sastra nyentrik dalam Dead Poet Society hingga psikolog kaku di Good Will Hunting.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terakhir, publik dikejutkan dengan kematian vokalis band Linkin Park, Chester Bennington. Chester ditemukan tewas gantung diri. Banyak spekulasi atas kematiannya. Banyak rumor yang menyebut kematian Chester memiliki benang merah dengan kematian musisi Chris Cornell, yang diidolainya. Meski, kematian Chester diduga kuat berhubungan dengan ketergantungannya pada obat-obatan terlarang.  

Popularitas seakan menjadi pisau bermata dua. Satu sisi popularitas membawa seseorang pada kepemilikan materi. Namun, popularitas juga yang menjerumuskan orang pada kekosongan jiwa. Bunuh diri, obat-obatan terlarang, hingga frustrasi adalah kuldesak yang diakibatkan popularitas itu. Sayangnya, mereka, seperti Heath Ledger, Robin Williams, hingga Chester Bennington adalah figur yang menapakkan jejak luar biasa dalam dunianya masing-masing.

Mereka dikenal dengan karyanya yang memberikan pengaruh luas kepada publik. The Joker-nya Heath Ledger, misalnya, dipandang sebagai inspirasi baru terhadap karakter badut kriminal itu. The Joker versi Ledger bahkan “dihidupkan” lagi dalam novel grafis berjudul The Joker (2008)oleh penulis Brian Azarello dan ilustrator Lee Bermejo. Karakter guru nyentrik John Keating, yang diperankan Robin Williams, entah telah menginspirasi berapa banyak pengajar untuk lepas dari metode kolot mengajarnya. Lalu, mendiang Chris Cornell dan Chester Bennington yang telah banyak menginspirasi musisi di berbagai belahan dunia dengan karya mereka.

 

Koruptor dan Bunuh Diri

Bunuh diri seperti semacam manifestasi dari keputusasaan –salah satunya. Publik tentu menangisi jika para pelaku bunuh diri adalah mereka yang penuh karya selama hidup. Andai pelaku bunuh diri adalah mereka yang meninggalkan cela dan kerusakan bagi banyak orang, tentu publik tidak akan meratap sedalam kepergian para seniman di atas. Sayangnya, para perusak dan pembuat cela seperti pelaku korupsi tidaklah memiliki nyali, bahkan untuk malu lalu mengakhiri hidupnya. Mengapa?

 Berapa banyak mereka yang sudah ditetapkan tersangka memilih mundur dari jabatan publik yang diembannya? Seingat saya, salah satu yang berani menanggalkan jabatan itu adalah Andi Alfian Malarangeng. Mantan politisi Partai Demokrat ini mundur dari jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sisanya, masih bertahan hingga titik darah penghabisan untuk mempertahankan jabatan itu.

Bandingkan dengan apa yang terjadi di Tiongkok –negara komunis itu. Puluhan tersangka korupsi melakukan bunuh diri karena tidak sanggup menahan malu atas kasus yang menjerat mereka. Selain itu, alasan untuk menyelamatkan keluarga dan menghindari balas dendam rekan bisnis menjadi alasan tindakan bunuh diri.

Pada 2014 saja, seperti dikutip dari New York Times, lembaga antikorupsi Tiongkok dan media setempat mencatat sekitar 30 pejabat negara yang tersangkut kasus korupsi bunuh diri sepanjang tahun 2014. China Youth Daily melaporkan bahwa 54 pejabat Tiongkok meninggal dunia karena penyebab yang tidak lazim pada 2013, termasuk overdosis alkohol dan kecelakaan. Sebanyak 23 di antaranya disebut mati bunuh diri.

Perlu digarisbawahi, bernyali atau tidak seorang tersangka, bukan diukur dari keberanian langkah kaki mereka ke gedung KPK. Mereka, para koruptor, entah dari kalangan politisi, birokrasi, hingga pelaku bisnis, masih memiliki citra diri yang kokoh meski menyembunyikan  kebenaran. Alibi disusun bermacam-macam. Mereka masih bisa tersenyum di bawah cahaya kamera para jurnalis. Lalu, semua citra diri itu menguap perlahan-lahan saat penyidik menguliti kebohongan mereka. Meski palu diketuk, perlawanan berlanjut.

Kamikaze apalagi harakiri bukanlah kosakata yang akrab bagi para pencuri uang negara. Kosakata itu bahkan terlalu heroik dan suci jika dilekatkan pada mereka. Jangan terlau banyak berharap fenomena bunuh diri menjalar ke mereka yang didakwa melakukan korupsi di negeri ini. Sepertinya nyali adalah barang berharga bagi para koruptor, terutama di Indonesia.***

Ikuti tulisan menarik Yugha Erlangga lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu