x

Iklan

Ulifah Tata

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perjuanganku Merajut Masa Depan

Sebuah kasus kekerasan seksual pada anak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat pula harkat, martabat dan hak – hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Orangtua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum.

Terkait dengan hal tersebut aku punya kisah nyata yang menyangkut pelanggaran terhadap harkat dan martabat manusia, di mana seorang anak yang seharusnya menikmati tumbuh kembang yang layak, harus mengalami tindak kekerasan dan diskriminasi dari keluarga yang seharunya melindunginya

Kisah ini berawal dari seorang bayi yang hampir dibuang oleh ibunya, karena kehamilan ibu yang tidak dikehendaki akibat hubungan diluar nikah. Karena tidak berhasil dibuang maka bayi tersebut di asuh neneknya, sebut saja bayi tersebut dengan nama “Namira”. Pada usia SMP dia harus diasuh oleh bibinya karena sang nenek yang mengasuhnya dari bayi meninggal dunia. Meskipun ibunya masih ada dia tidak dipedulikan, dan didiskriminasikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kisah ini berawal dari dia minta bantuan saya untuk mencari bapak kandungnya pada saat dia duduk di bangku kelas 3 SMP, saya membantunya sampai ketemu dan akhirnya ada hubungan komunikasi yang baik, meskipun secara financial ayah biologisnya tidak bisa membantunya, karena sang ayah juga punya anak 4 yang masih kecil dari pernikahanya yang sah.

Ketika dia menginjak kelas 2 SMA, dia menjadi anak yang suka cari perhatian dan entah ada masalah apa tiba-tiba dia meninggalkan rumah bibinya. Tentu saja dia memberi tahu saya kemana dia pergi, Dia minta tolong untuk mengambilkan baju, dan barang lainnya dirumah bibinya untuk saya antar ke Kost yang dirahasiakan. Akhirnya berhasil mengambil baju-baju yang saya ambil diam-diam dari rumah bibinya. Seperti pencuri saja ya, karena merasa iba untuk menolongnya.

Ketika nyampai di tempatnya, Saya mulai mulai membuka percakapan dengan Namira dengan obrolan ringan di kost persembunyiannya. Setelah suasana cukup akrab saya bertanya kepadanya. “ kenapa kamu minggat dari rumah”. Namira menjawab sambil menangis, dia memang percaya kepada saya untuk curhat dan bertanya ketika dia kesulitan mengerjakan PR mulai dari masih duduk di bangku SD. Sambil bercucuran air mata dia menceritakan bahwa dia minggat bukan berarti mau merebut suami orang yang sudah di tuduhkan bibinya kepadanya. Dia minggat karena sudah tidak tahan dengan perlakuan paman iparnya, yang telah menodai dia sejak kelas 2 SMA. Dia diperkosa sampai hamil dua kali. Dan dua kali kehamilan tersebut digugurkan juga oleh pamannya dengan minum obat sakit kepala dosis tinggi  dicampur air soda, kemudian di bawa ke tukang pijat aborsi.

Aku menyela “ kamu jangan mengada-ada ya, atau buat modus untuk lari dari rumah bibimu". Namira menjawab:  “kenapa harus mengarang cerita mbak, saya berani bersumpah demi Tuhan” kalau tidak percaya datangi rumah tukang pijetnya, namanya mbah iyem alamat nya dusun jaya  desa lumut. Tanya sama orang disana, pasti semua orang  tahu kalau dia itu dukun khusus menggugurkan kandungan.

Saya bertanya lagi “ lho kenapa kamu diam saja waktu diperkosa dan tidak berontak atau melarikan diri waktu itu, sehingga kamu dijadikan nafsu birahinya sampai 3 tahun lebih. Dia menjawab: “karena waktu itu saya masih takut, paman mengancam saya kalau bilang sama bibinya atau keluarga lain maka keluarga akan berantakan. Apa gak kasihan sama bibimu dan 3 orang sepupumu yang masih kecil. Sejak itu saya selalu diajak bepergian kemana mana dengan alasan kulakan tembakau sampai di daerah Bali, Madura, Jakarta dan Bandung. Bibi percaya begitu saja kalau aku memang benar-benar menemani paman dan dianggap anak sendiri. Kalau tidak mau saya selalu merasa terancam karena nanti kalau saya minggat kasihan bibi saya, saya tinggal dimana dan minta makan sama siapa?. Sekarang ini adalah  kesempatan yang baik  untuk  melarikan diri karena ada orang yang bersedia menikahi saya. Kemudian dia diam dan menyeka airmatanya dan menuju ke lemari. Dia mengambil secarik kertas berisi surat yang ditujukan kepada bibinya.

Kemudian dia berkata kepada saya : “ mbak tolong berikan surat ini pada bibi saya. Semua yang saya alami ada di tulisan surat ini. Biar keluarga tidak menuduh saya menjadi perempuan nakal lagi. Saya begini karena Karena ingin terbebas dari belenggu  kejahatan seksual paman saya. Saya sangat senang ada yang mau membantu saya keluar dari masalah ini,  dia masih berstatus suami orang,  tapi saya gak keberatan karea bisa keluar dari masalah saya.

Terasa sesak didada saya mendengarkan kisahnya,  Setelah saya beri dia motivasi untuk sabar dan tawakal menghadapi persoalan hidup saya pamit untuk meninggalkan kostnya yang dirahasiakan tersebut.

Beberapa bulan kemudian dia mengandung dan menjadi PRT di sekitar kostnya, karena dia juga harus membantu suaminya menafkahi dirinya sendiri, karena suaminya punya anak 2 dari istri pertamanya.

Ternyata tidak berhenti sampai disitu, dalam perjalanan hidupnya dia masih mengalami tindakan yang menyakitkan dari suaminya, anak sudah 3, suami jarang bekerja. Kalaupun bekerja uangnya seringkali dipakai untuk judi. Namira akhirnya menjadi PRT di rumah tetangga  agar bisa menghidupi 3 orang anaknya dan memberi uang suaminya ketika tidak bekerja. Akankah Namira tidak akan berubah hidupnya setelah mengalami kekerasan dari kecil. Ternyata dampaknya sangat panjang akibat perlakuan yang tidak layak sedari anak-anak.

Kenapa harus anak dibawah usia yang dalam kondisi tidak berdaya harus menjadi korban kebiadapan keluarga sendiri yang seharusnya mendapatkan perlindungan orang dekatnya. Saya merasa bersyukur bahwa saya diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mengetahui kisah ini. Sehingga saya harus selalu mengingatkan keluarga, teman dan orang-orang di lingkungan saya untuk selalu waspada. Yang saya sesali, pada waktu itu saya belum paham ternyata ada lembaga untuk memberikan perlindungan anak dan perempuan. Seandainya saya waktu itu saya memahami arti perlindungan anak, pasti saya sudah membantunya. Tetapi pada saat itu yang bisa saya berikan hanya berupa bimbingan konseling semampu saya

Semoga tidak ada kejadian Namira berikutnya. Ayo kita bersama-sama memberi perlindungan anak-anak di keluarga dan lingkungan sekitar kita.

Ulifah, Malang

Ikuti tulisan menarik Ulifah Tata lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler