x

Anggota DPR meninggalkan ruang sidang (Walk Out) sebelum pengambilan keputusan pengesahan RUU Pemilu pada Rapat Paripurna ke-32 di Gedung Nusantara II, Jakarta, Jumat (21/7) dini hari. Empat fraksi yang memutuskan walk out yaitu PKS, Gerindra, PAN, d

Iklan

Andrian Habibi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sedikit Tentang Sainte Laguë 'Murni'

Metoda Sainte Laguë ini, dapat memperpendek jarak perolehan suara-kursi bagi setiap partai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini bersilangan pendapat dan kesimpulan di beberapa grup WA yang menyatakan bahwa, Metoda Divisor Sainte Laguë (Murni) menguntungan Partai Besar.
 
Perlu dijelaskan bahwa, istilah Sainte Laguë tidak ada yang disebut murni. Jika menyebut Sainte Laguë, maka yang dimaksud adalah Metoda Divisor dengan Bilangan Pembagi 1; 3; 5; 7...dst atau kerap disebut Metoda Bilangan Ganjil.
 
Di luar itu, maka disebut Metoda Divisor Sainte Laguë Modifikasi atau kerap disebut Metoda Skandinavia, sebagaimana dipakai di negara-negara Skandinavia dengan berbagai variasinya. Ada yang dimulai dengan angka 1,4; 3; 5; 7...dst. Ada juga yang dimulai dengan Bilangan Pembagi 1; 4; 7; 10,..dst. Ada juga yang diawali dengan Bilangan Pembagi 1,2; 3; 5; 7...dst.
 
Sainte Laguë yang dimaksud di sini adalah Metoda hitung dengan bilangan pembagi (1; 3; 5; 7...dst) seperti yang diputuskan dalam Rapat Paripurna 20/7/17 untuk digunakan pada Pemilu 2019 mendatang.
 
Kesimpulan menguntungkan "partai besar", menurut saya tidak sepenuhnya benar dan jika tidak dipahami secara memadai dapat menimbulkan kesalahan persepsi atas sebuah konsep. 
 
Pertama, yang dimaksud besar atau kecil suatu partai selamanya harus dilihat dalam konteks dapil dan bukan dalam konteks nasional. Bisa saja suatu partai di tingkat nasional dikualifikasi sebagai partai besar, namun belum tentu di suatu dapil. Begitu juga sebaliknya, suatu partai  di tingkat nasional yang dikualifikasi menengah atau kecil, bisa saja di suatu dapil malah jadi partai besar.
 
Kedua, Metoda Sainte Laguë dimaksudkan memberikan jaminan keadilan bagi setiap partai dalam hal perolehan suara-kursi.
 
Sebagai ilustrasi, dengan Metoda Kuota Hare (BPP)  di suatu dapil, partai A (partai terbesar) porsi atau kuota kursinya 1,40 (140%) dari BPP atau harga kursi. Sedangkan, partai J (partai terkecil) perolehan suaranya 0,40  atau 40% dari BPP atau harga kursi, namun sama-sama diganjar 1 kursi.
 
Dengan demikian terdapat jarak sebesar 0,60 atau 60%  antara porsi suara partai J (dapat 1 kursi) dengan harga kursi. Dengan kata lain, partai J dapat diskon 60%, sedangkan partai A harus membayar 1 kursi sebesar 140% dari harganya (BPP).
 
Pertanyaannya, apakah ini yang disebut adil? Pertanyaan berikutnya, apakah terdapat Metoda Hitung lain yang setidaknya menjembataninya, atau memperpendek jarak perolehan suara-kursi dari setiap partai.
 
Jika memakai Metode Divisor Sainte Laguë, maka partai A yang suaranya 140% atau porsi kursinya 1,40 dari harga kursi berubah mendapatkan 2. Pertanyaannya, apakah perolehan 2 kursi yang didapatkan partai A disebut tidak adil bagi partai J? Padahal dengan 2 kursi yang didapatkannya, partai A harus membayar harga setiap kursinya sebesar 0,70 dari harga kursi (BPP). Harga sebesar 0,70 inipun masih lebih besar dibanding porsi 0,40 yang didapatkan oleh partai J.
 
Ketiga, Divisor Sainte Laguë pada dasarnya punya cut off yang relatif terukur, di mana perolehan suara parpol berhak dikualifikasi dapat satu kursi setidaknya jika porsi perolehan suaranya sama dengan atau di atas 0,50 atau 50% dari BPP.
 
Namun yang lebih penting, Metoda Sainte Laguë ini, dapat memperpendek jarak perolehan suara-kursi bagi setiap partai. Sedangkan di bawah cut off itu, maka  Di bawah itu tidak. Hal ini bertolak belakang dengan Kuota Hare, cut offnya tidak tersedia. Bahkan pada kasus-kasus ekstrem, partai yang porsi suaranya 0,30 atau 30 persen BPP pun dapat. Artinya ada jarak sebesar 0,70 atau diskon 70% dari harga kursi riil. Hal terjadi sebagai akibat munculnya efek sisa suara dan sisa kursi. 
 
Jikapun boleh menyimpulkannya, Metoda Sainte Laguë atau yang dipadankan dengan Metoda Divisor Webster (Amerika Serikat), memberikan jaminan dan perlakuan netral dan tidak berat sebelah kepada setiap partai politik dalam perolehan suara-kursi. Dengan kata lain, partai besar (sekali lagi di dapil) akan diganjar kursi sesuai dengan porsi suaranya, sedangkan partai menengah kecil (di dapil) akan ditarik pada garis yang lebih netral.
 
*August Mellaz*
Pegiat Matematika Pemilu & Direktur Sindikasi Pemilu dan Demokrasi (SPD)

Ikuti tulisan menarik Andrian Habibi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler