x

Iklan

Sandyawan Sumardi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jaringan Relawan Kemanusiaan: Meniti Buih Gelombang Tsunami

JRK lahir dari pengalaman nyata keterlibatan sebuah komunitas gerakan kemanusiaan untuk menolong korban tragedi kemanusiaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

TENTANG JRK

Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK) lahir dari pengalaman nyata keterlibatan sebuah komunitas gerakan kemanusiaan untuk menolong korban tragedi kemanusiaan di tanah air. Komunitas kerja kemanusiaan yang pada masa lalu telah aktif bekerja dalam menolong dan mendampingi korban-korban tragedi kemanusiaan di Indonesia, terutama tragedi kekerasan politik, seperti insiden berdarah di Jakarta 27 Juli 1996, penculikan para aktivis dan mahasiswa prodemokrasi, tragedi 12-15 Mei 1998 di Jakarta, Solo dan Palembang, tragedi kekerasan politik di Aceh, Papua, Timor Leste, Banyuwangi, tragedi Sidang Istimewa (Semanggi) 10-13 November 1998, tragedi Maluku, Poso, Sambas dan Sampit di Kalimantan.

Pada masa itu gerakan kemanausiaan ini lebih dikenal dengan nama Tim Relawan untuk Kemanusian atau TRK. Nama Jaringan Relawan Kemanusiaan atau JRK mulai digunakan sejak tragedi Buruh Migran di Nunukan Agustus-September 2002 dan tragedi Bom Bali Pertama Oktober 2002. Kemudian JRK terlibat aktif memberikan bantuan kemanusian pada para korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara 26 Desember 2004, gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2006, gempa dan tsunami di Pangandaran dan Cilacap 17 Juli 2006, termasuk mendirikan posko bantuan kemanusiaan dan mendampingi para korban lumpur panas Lapindo di Porong, Sidoarjo. Demikian pun sejak awal tahun 2006, JRK terlibat aktif bekerjasama dengan Poso Center (koalisi 32 NGO dan organisasi rakyat di Sulawesi Tengah) membantu para korban kekerasan politik di Poso, Tentena dan Palu, dengan menfasilitasi persiapan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Poso-Tentena-Palu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

VISI DAN MISI

JRK sejak awal berdirinya senantiasa ingin menjadi fasilitator dan saksi gerakan kemanusiaan untuk menolong korban tragedi kemanusiaan (bencana alam dan korban pelanggaran HAM) di tanah air, agar semakin tumbuh-kembanglah survival system (tata-bangkit) komunitas-komunitas perjuangan hidup kaum korban, sehingga hak-hak asasi manusia mereka, termasuk hak-hak ekonomi, sosial, politik dan budayanya semakin terpenuhi; dengan demikian semakin terwujudlah proses "transitional justice" dan transisi demokrasi yang nyata dan sehat pada kehidupan bangsa dan negara di tanah air.

Berdasarkan visi utamanya, JRK adalah sebuah gerakan kemanusiaan prodemokrasi di tanah air kita yang teguh berakar pada prinsip-prinsip “Orde Hati Nurani”, yang berjuang untuk pemenuhan hak-hak asasi manusia dan kemanusiaan yang adil dan beradab, gerakan moral kemanusiaan untuk menolong korban-korban tragedi kemanusiaan di Indonesia. Sebuah organisasi independen, non-sektarian, non-partisan, non-komersial yang melandaskan diri pada cinta kasih, kebenaran dan keadilan, konstitusional, cinta pada bangsa dan tanah air. Sebagai gerakan “Palang Merah”, JRK tidak pandang bulu dalam menolong korban (tidak memandang suku, ras, agama dan golongan apa pun), berpegang teguh pada prinsip-prinsip gerakan aktif tanpa kekerasan. Sebagai fasilitator pencarian kebenaran, keadilan dan perdamaian, JRK senantiasa berusaha membantu (supporting system) bagi setiap proses "public inquiry" untuk mengungkap kebenaran fakta korban. JRK secara konsisten akan selalu terlibat aktif dalam mewujudnyatakan proses resolusi konflik dan rekonsiliasi berlandaskan prinsip keadilan sejati dalam komunitas-komunitas basis masyarakat (korban) di tengah bangsa dan negara kita, sebagai bagian substansial dari agenda jangka panjang kemanusiaan kita: penghormatan hak-hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian.

GEMPA DAN TSUNAMI

Gempa dan tsunami maha dahsyat pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004

telah melanda Aceh, Sumatra Utara, Sri Lanka, India, Thailand, pulau Maldives,Malaysia, Myanmar, pulau Seychelles, bahkan sampai Somalia di Africa. Inilah bencana alam paling besar sepanjang sejarah. Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur, ribuan pula mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara massal.

Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter. Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu membuat seluruh bola bumi bergetar dengan amplitude getaran di atas 1 cm. Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.

Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.

Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK) dengan posko awal di Sanggar Ciliwung Merdeka, Bukit Duri, melibatkan diri secara total dalam memberikan bantuan kemanusiaan di Aceh Barat dan Pulau Nias, dengan didukungan bantuan dana dari warga masyarakat secara tulus spontan yang mengalir demikian deras di bulan-bulan awal sejak terjadinya tragedi kelam yang begitu mengerikan itu, dari warga Indonesia di dalam negeri sendiri, maupun masyarakat sipil dari negara-negara sahabat melalui lembaga-lembaga donor, seperti Catholic Relief Service (CRS), CAFOD (Caritas Inggris), Solidaritas Prancis-Indonesia, Carfour Indonesia, dll.

BANTUAN DARURAT

Di Aceh Barat kami membuka 13 posko (di awal berpusat di Lorong Kwini, Meulaboh) di berbagai tempat yang paling banyak korbannya dan daerahnya relatif terisolir dan belum mendapatkan bantuan kemanusiaan seperti Calang dan Simeule, dengan memberikan bantuan darurat untuk medis dan logistik. Meskipun di minggu-minggu pertama pasca gempa dan tsunami itu prioritas kami adalah memberikan bantuan darurat bagi korban yang luka-luka dan sakit, bersama masyarakat dan relawan lokal, kami bekerja keras mengangkat mayat-mayat yang berserakan di mana-mana, banyak yang dalam keadaan sudah hancur dan menguburkannya secara massal dan layak.

Prioritas dalam memberikan bantuan darurat kemanusiaan untuk korban-korban gempa dan tsunami ini adalah evakuasi korban, baik yang luka atau masih hidup, maupun mengangkat dan memakamkan mayat-mayat; membersihkan puing-puing dari bangunan dan lingkungan yang hancur, memberikan bantuan logistik dan medis, serta pendampingan "trauma healing".

Dan sebagai sarana transportasi, selain lewat kedaraan jalan darat, kami juga mendapatkan bantuan dan bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta (Aviastar, Gudang Garam, dlsb) yang dengan suka rela meminjamkan 7 helikopter beserta para pilot engineeringnya, juga dengan TNI-AU dan TNI AL, yang dengan spontan dan sigap, selain mengirimkan para pilot-engeneering handalnya, TNI-AU juga sempat beberapa kali menyediakan pesawat Hercules-nya untuk mengangkut relawan, TNI-AL pun sempat menggunakan kapal perangnya untuk mengangkut barang-barang bantuan dan relawan pioneer kami di masa awal pasca gempa dan tsunami itu, ketika gempa susulan masih sering terjadi. Bantuan kemanusiaan gabungan ini kami beri nama "Misi Indonesia Bersatu untuk Aceh dan Sumatera Utara".

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Dalam masa-masa kami memberikan bantuan darurat, sekaligus kami juga melakukan pendataan dan pemetaan pada para korban dan lingkungan hidupnya, baik pendataan-pemetaan kondisi fisik kesehatan dan lingkungan hidup korban, geografis, sosial demografi, kehidupan ekonomi, antropologi budaya termasuk keagamaan dan adat seni budaya, dan pendataan pemetaan kepemilikan serta peruntukan tanah para korban yang sedang/akan mendapatkan bantuan. Dengan kata lain, sebelum kami memulai dengan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi, kami senantiasa mengawalinya dengan proses assasment yang cukup mendalam dan hati-hati. Karena bantuan kemanusiaan senantiasa harus berdasarkan kebutuhan kontekstual warga korban dan lingkungan hidupnya. Sebelum memberikan bantuan rekonstruksi fisik bangunan, kami selalu mempersiapkan proses pendidikan pemberdayaan kesadaran dan ketrampilan sosial para korban yang sedang/akan menerima bantuan. Misalnya sebelum membangun klinik kesehatan, terlebih dahulu kami mengadakan pengobatan massal keliling yang "mobile", sambil mendidik tenaga-tenaga medis lokal, melakukan pendidikan kebersihan lingkungan hidup dan sanitasi. Terutama pada masa awal, cukup banyak tenaga relawan medis entah dokter maupun perawat yang bergabung dalam kerja kemanusiaan JRK di Aceh.

Di dua dusun Kuala Tuha, di belakang lapangan terbang Aceh Barat, bekerjasama dengan warga setempat para korban gempa dan tsunami yang selamat, JRK

(1) membangun 126 rumah panggung untuk warga;

(2) membangun sebuah klinik percontohan dan 2 rumah panggung dari kayu kelapa untuk para dokter dan perawatnya;

(3) membangun pasar ikan di pantai Kuala Tuha, melakukan kerja pemberdayaan ekonomi para penjual ikan keliling “mogee”; pemberdayaan ekonomi melalui budidaya peternakan unggas/itik;

(4) membuat/membangun 4 kapal penangkap ikan baru di pantai Kuala Tuha,

(5) membangun sebuah sekolah madrasah 3 tingkat untuk usia SD, SMP, dan SMA;

(6) membangun sebuah Meunasah (gedung serba-guna khas adat keagamaan Aceh);

(7) membangun sebuah masjid besar untuk/di dusun Kuala Tuha dan sekitarnya.

Selama JRK bekerja memberikan bantuan kemanusiaan di Aceh dari tahun 2004-2006, kami catat/data, ada 270 relawan yang datang hampir dari seluruh kepulauan di Indonesia, pulau Jawa (Timur, Tengah, Barat dan Jakarta), Sumatera, Bali, Kalimantan, Flores dan tentu saja relawan dari Aceh sendiri. Hampir dari segala profesi: mulai dari yang berprofesi sebagai pekerja sosial, tukang bangunan, juru masak, sopir, dokter/perawat, arsitek/engineer, pilot, ahli ekonomi/keuangan, polisi, tentara, sampai ulama.

-----------------

Oleh: I. Sandyawan Sumardi

Ikuti tulisan menarik Sandyawan Sumardi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB