x

Ilustrasi bunuh diri

Iklan

Nova Riyanti Yusuf

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kompleksitas Penyebab Bunuh Diri ~ Nova Riyanti Yusuf

Bunuh diri sebagai sebuah keputusan pribadi tetap dapat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan sosial, termasuk imitasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nova Riyanti Yusuf

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta

Kepergian vokalis band Linkin Park, Chester Bennington, mengguncang dunia. Dia bunuh diri dan meninggalkan berbagai tanda-tanda peringatan. Seseorang yang berencana bunuh diri biasanya menunjukkan tanda-tanda berupa perubahan drastis pada sikap dan tingkah lakunya. Tanda-tanda itu di antaranya lebih pendiam, sering menyendiri, membagi-bagikan barang kesayangan, dan minta maaf kepada semua kenalannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karya seni memang dapat menjadi media penyampaian kegelisahan. Lirik-lirik lagu Linkin Park menyuarakan berbagai emosi dan perasaan terkelam manusia. Tapi tanda-tanda yang sangat kentara justru bukan dari lagu Heavy yang esoterik, melainkan dari beberapa video konser terakhir Linkin Park ketika Chester tampak menangis saat meleburkan diri dalam lautan penggemar. Ia pun memeluk, menggenggam, dan mengucapkan terima kasih kepada penggemarnya. Jika pada umumnya kita akan menyaksikan penggemar berteriak: "I love you" atau "Marry me", penggemar Chester banyak yang berteriak, "Thank you, Chester".

Indonesia juga tersentak oleh kasus bunuh diri sepasang kakak-adik di Bandung. Video peristiwa itu, yang beredar ke mana-mana, menampilkan proses mereka meloncat dari gedung tinggi. Media massa diperlukan dalam pemberitaan yang kondusif. Harus ada keseimbangan antara hak publik untuk mengetahui dan risiko bahayanya. Tantangan terbesar adalah menghentikan derasnya arus penyebaran video melalui berbagai media sosial, seperti grup WhatsApp.

Bunuh diri sebagai sebuah keputusan pribadi tetap dapat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan sosial, termasuk imitasi. Contoh terkenal adalah novel Penderitaan Pemuda Werther (1774) karya Goethe. Werther, tokoh utama novel ini, bunuh diri setelah cintanya ditolak seorang perempuan. Kematian fiktif Werther ditiru banyak pemuda dalam kehidupan nyata sehingga muncul istilah "werther effect".

Copycat (peniruan) karena pembelajaran sosial dapat terjadi akibat terpapar bunuh diri individu lain, misalnya dengan imitasi perilaku bunuh diri. Kepergian Chester erat dikaitkan dengan bunuh diri Chris Cornell, vokalis Soundgarden dan Audioslave, karena Chester berteman baik dengannya dan ia bunuh diri dua bulan kemudian, bertepatan dengan tanggal kelahiran Chris.

Menurut Sigmund Freud dalam Mourning and Melancholia, bunuh diri merepresentasikan agresi yang berbalik melawan diri sendiri. Dalam beberapa wawancara, Chester menceritakan riwayat pelecehan seksual yang ia alami semasa kanak-kanak dari seorang pria lebih tua. Sangat mungkin Chester belum berdamai dengan kondisi tersebut dan impuls membunuh yang destruktif ia pindahkan kepada dirinya sendiri.

Berapa jumlah kasus bunuh diri di Indonesia? Secara global, pada 2012 diperkirakan terdapat 804 ribu kematian akibat bunuh diri (75 persen di negara berpendapatan rendah dan menengah). Indonesia tidak mempunyai sistem pendataan untuk itu. Datanya masih tersebar di berbagai lembaga negara. Laporan WHO pada 2010 menyebutkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6-1,8 per 100 ribu jiwa (5.000 orang per tahun). Survei Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan terhadap tiga sekolah menengah atas di Jakarta Selatan pada 2015 menunjukkan bahwa 1 persen dari 1.014 siswa mengatakan ingin bunuh diri.

Tindakan bunuh diri juga bersifat genetik. Contohnya, Margaux Hemingway bunuh diri pada 1997 dan menjadi bunuh diri kelima dalam empat generasi keluarga sastrawan Ernest Hemingway. Gangguan mood merupakan diagnosis psikiatrik yang paling sering dikaitkan dengan bunuh diri, sehingga depresi merupakan faktor risiko bunuh diri yang paling penting.

Stresor psikososial di antaranya hubungan dengan pasangan, problem keluarga, konflik dengan teman, kondisi keuangan, perkembangan dalam siklus kehidupan, penyakit fisik atau cedera, dan trauma, seperti bencana atau riwayat pelecehan. Penyalahgunaan alkohol dan akses terhadap alat untuk bunuh diri (pistol, pestisida, dan lainnya) juga menjadi faktor risiko.

Pencegahan harus dilakukan secara berlapis. Indonesia membutuhkan pencegahan pada level primer dan sekunder. Primer dengan mengubah potensi paparan yang bisa berakhir pada masalah. Sekunder adalah mendeteksi dini dan melakukan penanganan sedini mungkin.

Pada 2010 pernah dibuat program hotline service oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, tapi tidak efektif. Untuk efektif, maka program tersebut harus dilengkapi dengan teknologi yang memadai, sistem rekam medik untuk etika medis, dan sarana pelengkap, seperti mobil tanggap darurat 911. Diskusi para pemangku kepentingan juga harus mampu menjawab tantangan adanya gedung-gedung tinggi dan seperti apa koordinasi pengamanan bagi warga agar tidak melihat peluang untuk bunuh diri dari gedung tinggi.

Saat ini masyarakat membutuhkan pendidikan yang semakin kuat tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa, dan akses terhadap layanan kesehatan jiwa dari berbagai komunitas, puskesmas, dan jejaring, sampai dengan rujukan tersier ke rumah sakit jiwa. Pusat Pencegahan Bunuh Diri yang dikelola pemerintah akan menjadi alternatif solusi terbaik dan komprehensif yang dibutuhkan.

Ikuti tulisan menarik Nova Riyanti Yusuf lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB