x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sepekan Berada di Erbil, Irak

Di jalan-jalan, di pasar-pasar tradisional, apalagi di mal, sangat jarang warga Kurdi yang terlihat berpakaian lusuh, yang sudah kalah warna.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah hampir satu pekan berada di Erbil, Irak, dan mencermati penampilan umum warga Kurdi di kota Erbil, juga di kota Sulaimaniah dan Duhok, tiga provinsi yang menjadi wilayah otonomi yang dikontrol oleh Kurdistan Regional Government (KRG), saya punya satu kesan yang cukup mencolok: warga Kurdi di Erbil juga di Sulaimania dan Duhok, laki-wanita, tua-muda-bocah, orang kampung atau warga kota, hampir semuanya berpakaian necis, cenderung rapi dengan setrikaan dengan lipatan yang tajam dan juga modis.

Di jalan-jalan, di pasar-pasar tradisional, apalagi di mal, sangat jarang warga Kurdi yang terlihat berpakaian lusuh, yang sudah kalah warna.

Bahkan beberapa pengemis dan pedagang asongan pun terlihat lebih necis dibanding pengemis dan pedagang asongan di negara lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan fenomena itu, saya kira, paling tidak mengindikasikan tiga hal:

Pertama, kesejahteraan dan daya beli warga Kurdi yang relatif tinggi untuk pakaian. Saya belum punya informasi tentang tingkat penjualan pakaian (papan) di wilayah Kurdistan jika dibanding pengeluaran untuk barang kebutuhan lainnya (sandang-pangan). Tapi asumsi awal saya, penjualan papan di wilayah KGR akan cenderung tinggi.

Kedua, tentu ada kemungkinan fenomena berpakaian necis di kalangan warga Kursi itu terpicu oleh mental parlente (pura-pura berpakaian necis, biar terkesan wah begitu, meski dipaksakan alias tidak didukung pemasukan yang berimbang).

Analisis kedua ini tidak bisa dinafikan seratus persen. Sebab berdasarkan keterangan seorang warga Kurdi, jika seorang warga Kurdi tamat kuliah di perguruan tinngi dan meraih gelar yang setara S-1 di Indonesia, lalu langsung bekerja di pemerintahan, maka take home pay per bulannya sekitar 400.000 Dinar Irak (sekitar 320 USD). Angka ini sebenarnya tidak jauh beda dengan gaji PNS golongan III/a di Indonesia. Dan kita tahu, gaji PNS Golongan III/a di Indonesia bisa habis untuk pangan dan transportasi. Sulit untuk menyisihkan sisa gaji untuk membeli pakaian baru setiap bulan. Kecuali jika dipaksakan.

Ketiga, tentu kenecisan dalam berpakaian tak melulu identik dengan kesejahteraan atau tingkat penghasilan. Tapi juga lebih sebagai persoalan mental. Berpenampilan bersih, necis dan rapi karena menjunjung keindahan. Ini lebih ke persoalan kebudayaan.

Dan analisis ketiga ini, mungkin bisa dibandingkan dengan penampilan necis warga Turki. Artinya penampilan necis warga Kurdi kira-kira mirip dengan tingkat penampilan necis warga Turki. Dan saya berharap, analisis ketiga inilah yang benar.

Syarifuddin Abdullah | Erbil Irak, 29 Juli 2017 / 05 Dzul-qa'dah 1438H.

Sumber foto ilustrasi: arsip pribadi

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler