x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bertempur dan Berperang: Bakat Bawaan Orok Orang Kurdi

Kami orang Kurdi dilahirkan dengan bakat bawaan orok untuk bertempur dan berperang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di sebuah restoran yang menyajikan menu ikan di kota Erbil Irak, saya melihat asbak rokok yang berbahan dasar mirip perak dan modelnya cukup unik. Lalu saya bertanya kepada seorang pramusaji: "Asbak ini produk Kurdi? Saya tertarik, di mana saya bisa membelinya?"

Sambil tersenyum, Si pramusaji menjawab santai dan dingin: "Kami orang-orang Kurdi tidak memproduksi barang. Sebagian besar barang yang dijual di pasar-pasar tradisional dan modern di tiga kota utama Kurdistan Irak (Erbil, Sulaimania dan Duhok) adalah barang dari luar wilayah Kurdistan Regional Government (KRG). Kami orang Kurdi dilahirkan dengan bakat bawaan orok untuk bertempur dan berperang."

"Anda bercanda? Terlalu mendramatisir", timpal saya.

"Saya serius", tegasnya.

Si pramusaji kemudian bercerita panjang lebar:

“Pernyataan saya bahwa ‘Kami orang Kurdi dilahirkan dengan bakat bawaan orok untuk bertempur dan berperang’, itu bukan isapan jempol. And let me tell you some story to prove it (biarkan saya menceritakan sejumlah kasus untuk membuktikannya)".

"Bertahun-tahun lamanya, empat negara (Irak, Iran, Turki dan Suriah) memerangi warga Kurdi, dengan tujuan membungkam idealisme Kurdi. Dan sampai saat ini, kami tetap eksis, bahkan justru menjadikan idealisme Kurdi semakin kuat".

"Catatan sejarah klasik telah mengabadikan keagungan seorang tokoh legendaris asal Kurdi kelahiran Tikrit Irak: Salahuddin Al-Ayyubi (1137-1193M), di akhir abad ke-12 Masehi, yang kejagoan tempurnya diakui oleh musuh sebelum dipuji oleh teman".

Sejak ISIS muncul tahun 2013, yang kemudian menguasai Raqqa Suriah tahun 2013, kemudian mencaplok Mosul pada 10 Juni 2014, pasukan tempur Kurdi (Peshmerga) awalnya tidak diperhitungkan dan tidak dilirik. Tetapi pandangan sebelah mata yang meremehkan kekuatan pasukan Kurdi, seperti diketahui semua orang, tidak mampu bertahan lama”.

"Sebab selama tujuh bulan, pasukan non-Kurdi mencoba merebut Kobani (yang terletak di utara Suriah dekat perbatasan dengan Turki) dari cengkeraman kombatan ISIS. Dan mereka semua kewalahan. Namun setelah sekitar 400 pasukan Peshmerga Kurdi Irak dikirim ke Kobani, dengan bantuan pasukan Kurdi lokal di utara Suriah, Kobani akhirnya dapat direbut dari ISIS setelah bertempur selama kurang dari sebulan."

"Sejak ISIS mencaplok Mosul pada 10 Juni 2014, pasukan reguler Irak berkali-kali ingin merebut Mosul. Tak satupun operasi yang sukses. Lalu pada Oktober 2016, Baghdad dengan bantuan koalisi pimpinan Amerika melancarkan operasi Pembebasan Mosul (Battle for Mosul). Tapi semua tahu, bahwa pertempuran melawan kombatan ISIS di Mosul diawali dengan pasukan Peshmerga yang berperan membuka jalan bagi pasukan reguler Irak untuk dapat memasuki Mosul. Meski pasukan Peshmerga, sesuai dengan kesepakatan awal, tidak boleh masuk ke kota Mosul".

Jangan heran, bila hampir semua pakar strategi militer sepakat bahwa satu-satunya pasukan darat, yang dapat dindalkan untuk melawan kombatan ISIS di utara Suriah dan Irak adalah pasukan Kurdi. Hal itu sudah dibuktikan melalui perebutan Kota Kobani, dan juga dalam kasus pembuka jalan bagi pasukan reguler Irak untuk merebut Mosul.

Dan saat ini, pasukan darat yang mampu membuat kombatan ISIS terus terdesak di Raqqa Suriah adalah pasukan Kurdi dari unsur SDF (Syrian Democratic Forces) dan YPG (Yekîneyên Parastina Gel‎ = People's Protection Units).

Singkat kalimat, munculnya fenomena ISIS di utara Suriah dan Irak justru menjadi momuntum emas atau boleh disebut “panggung” bagi berbagai faksi Kurdi untuk membuktikan diri sebagai pihak yang mutlak diperlukan oleh siapapun yang ingin memerangi kombatan ISIS.

“Karena bagi kami orang Kurdi, bertempur dan berperang adalah semacam seni. Bakat bawaan orok. Tentu semua itu dilakukan dengan langkah dan perhitungan yang terukur”.

Syarifuddin Abdullah | Erbil Irak, 31 Juli 2017 / 07 Dzul-qa'dah 1438H.

Sumber foto ilustrasi: nrttv.com: pasukan Peshmerga wanita Kurdi, dalam satu acara upacara penamatan di Zakho, Irak Utara.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler