x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

J. B. Sumarlin Sang Penggebrak

Karya J. B. Sumarlin di bidang ekonomi dan pemberantasan korupsi. Kesaksian para sahabat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: J. B Sumarlin di Antara Sahabat

Editor: Mandala Manurung dan Prijono Tjiptoherijanto

Penulis: Boediono, dkk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2013

Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Tebal: xviii + 230

ISBN: 978-979-709-690-8

Tim ekonomi di awal Orde Baru adalah tim yang solid, bekerja keras dan terorganisir dengan sangat baik. Mereka berhasil mengatasi kondisi ekonomi yang terpuruk, hiperinflasi dan hilangnya kesempatan kerja. Tim yang sering dijuluki sebagai Mafia Berkeley ini adalah tim yang mengangkat Indonesia dari negeri yang hampir bangkrut menjadi sebuah negeri yang berjaya. Dengan strategi trilogi pembangunan dan delapan jalur pemerataan, tim ini bekerja melalui tahapan pembangunan lima tahunan. Apalagi di tahun 1970-an mereka mendapatkan keberuntungan melalui minyak bumi yang booming.

Salah satu anggota tim ekonomi tersebut adalah J. B. Sumarlin. Keterlibatan Pak Marlin dalam tim ekonomi Orde Baru diawali di tahun 1969 sebagai Deputi Kepala Bappenas Bidang Fiskal dan Moneter. Kemudian berturut-turut sebagai Menteri Penertiban Aparatur Negara (1973), Kepala Bappenas (1983), Menteri Keuangan (1988) dan Kepala BPK (1993). Dengan demikian Pak Marlin adalah salah satu dari tim ekonomi Suharto yang terlibat dari awal sampai akhir.

Buku ini adalah buku peringatan ulang tahun Pak Marlin ke-80. Dalam buku ini para sahabat Pak Marlin memberikan kesaksian bukan tentang Pak Marlin sebagai pribadi. Para sahabat tersebut menceritakan bagaimana Pak Marlin dan tim ekonomi Orde Baru membaktikan diri kepada NKRI.

Pak Boediono, yang saat buku ini dipersiapkan masih menjabat sebagai Wakil Presiden menjelaskan situasi pembangunan politik dan ekonomi. Beliau masuk dalam lingkaran tim ekonomi karena tulisannya di KOMPAS dibaca oleh pak Marlin. Pak Boediono menjelaskan bahwa disfungsionalitas dan degenerasi demokrasi adalah dua masalah politik yang harus diwaspadai oleh negara (hal. 3). Disfungionalitas demokrasi terjadi apabila para politisi hanya semarak dalam berdemokrasi tetapi tidak berkomitmen untuk menata sendi-sendi demokrasi. Disfungsionalitas demokrasi tidak bisa diatasi dengan mengutak-utik segi-segi formal sistem demokrasi, tetapi hanya bisa diatasi dengan komitmen seluruh bangsa untuk sepakat dengan sebuah sistem. Sedangkan tentang degenerai demokrasi terjadi karena sistem yang kemudian menjadi otoriter, antidemokrasi dan pejabat public yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan golongannya daripada kepentingan negara. Dalam tulisannya Pak Boediono tidak secara jelas menerangkan bagaimana tim ekonomi dimana Pak Marlin terlibat di dalamnya mengatasi disfungsionalitas dan degenerasi demokrasi di era Orde Baru.

Adrianus Mooy berkisah bagaimana sebagai tim fiscal beliau bersama Pak Marlin mengisi trilogi pembangunan. Adrianus Mooy memaparkan bagaimana tim ekonomi bekerja. Mereka sering rapat sampai malam untuk menyusun strategi ekonomi dalam kondisi keuangan negara yang sangat minim. Ia juga menyampaikan bagaimana tim ini selalu berkoordinasi sebelum menghadapi DPR. Adrianus Mooy menyatakan bahwa keberhasilan Indonesia menghadapi krisis Asia adalah karena fundamental ekonomi Indonesia sudah terbangun dengan baik. Demikianpun di era reformasi, ekonomi Indonesia berhasil tegak dalam terpaan resesi Amerika dan Eropa (hal. 18). Pendapat Adrianus Mooy ini dibenarkan oleh Ali Wardana (hal. 23). Ali Wardana menyampaikan bahwa stabilisasi ekonomi yang diikuti dengan regulasi pasar yang lebih responsive terhadap mekanisme pasar bekerja telah membuat Indonesia tidak jatuh saat harga minyak bumi jatuh di tahun 1985.

Sedangkan Emil Salim membahas “gebrakan Sumarlin” yang mewajibkan BUMN menanamkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia. Kebijakan yang menggebrak tersebut diambil oleh Sumarlin saat menjadi Menteri Keuangan at interim. Laju hilangnya devisa yang sangat mencemaskan membuat Sumarlin mengambil kebijakan tersebut. Gebrakan tersebut telah memulihkan kembali kepercayaan masyarakat pada rupiah, dan suatu malapetaka krisis ekonomi bisa dihindari (hal. 90). Sumarlin telah melakukan inovasi dalam menjabarkan teori ekonomi dalam praktik.

Hamzah Haz menyampaikan bahwa J. B Sumarlin, seorang Katholik taat adalah yang melahirkan Bank Syariah. Sejak tahun 1980-an Pak Sumarlin tak jemu-jemu melontarkan ide penerapan sistem bank syariah kepada para perumus kebijakan, sampai akhirnya tahun 1992 Bank Syariah benar-benar beroperasi (hal. 104).

Kuntoro Mangkusubroto mengisahkan bahwa Pak Marlin adalah seorang pengambil keputusan yang cepat dan berani mengambil risiko. Usulan Kuntoro untuk penyediaan anggaran dalam membenahi BUMN, khususnya PT Tambang Timah adalah contoh bagaimana Pak Marlin membuat keputusan cepat. Beliau tidak peduli bahwa hari itu adalah Sabtu dan bertepatan dengan tanggal 17 Agustus yang seharusnya libur (hal. 157). Keberanian mengambil risiko itu diamine oleh Marzuki Darusman yang saat itu ditugasi oleh Pak Marlin untuk menjadi Direktur Pasar Modal (hal. 166).

Penyamarannya sebagai “Pak Sidik” diceritakan oleh Fikri Jupri dan J. B. Kristadi. Penyamaran untuk melihat praktik para aparatur negara di lapangan ini telah membuat sebuah gebrakan “tangkap tangan” pada era Sumarlin menjabat sebagai Menteri Penertiban Aparatur Negara.

Karya Sumarlin dalam pemberantasan korupsi tidak hanya terbatas pada sosok “Pak Sidik” saja. Satrio Boerdihardjo Joedono menuraikan secara rinci peran beliau dalam pemberantasan korupsi (hal 198). Perjalanan Pak Marlin memberantas korupsi diawali dari tahun 1960 saat membersihkan Biro Pendidikan FEUI. Pak Marlin juga dilibatkan dalam penanganan korupsi di Pertamina yang menimbulkan krisis pada tahun 1974-1975 (hal. 205).

Kerja keras, berani, santun fleksibel dan jujur adalah karakter Sumarlin yang dicatat oleh para wartawan seperti Fikri Jupri dan Jakob Oetama. Sumarlin juga dikenal sebagai menteri yang dekat serta terbuka kepada wartawan.

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler