x

Iklan

Septian Dhaniar Rahman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Review Film Valerian and the City of a Thousand Planets.

Review film terbaru Valerian karya sineas Perancis Luc Besson

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
 
This is Ground Control to Major Tom, You've really made the grade and the papers want to know whose shirt you wear now it's time to leave the capsule if you dare ... Inilah lagu hits akhir tahun 60-an karya David Bowie yang menjadi pembuka film spektakuler Valerian and the City of a Thousand Planets. 

 

Para astronot dari berbagai bangsa selama ratusan tahun bersama sahabat-sahabat mereka yaitu para alien antar galaksi membangun kota satelit luar angkasa Alpha yang sangat beranekaragam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian juga kebudayaan. Semakin lama kota Alpha semakin besar sehingga mengancam bumi sehingga atas keputusan Presiden Federasi Antar Galaksi, Alpha harus naik orbit jauh terbang tinggi menjauhi bumi. 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Agen khusus alias polisi luar angkasa Mayor Valerian terbangun dari mimpi buruk mengenai kehancuran luar biasa Planet Mul. Partner Mayor Valerian yaitu Sersan Laureline mengingatkannya akan petualangan mereka berikutnya dari Menteri Pertahanan, sebuah misi berbahaya untuk merebut kembali binatang langka dari Planet Mul yang telah musnah, spesies terakhir dari jenisnya yakni Melo Sang Konverter. Untuk itu mereka dengan menunggangi pesawat Intruder mendarat di Planet Kyrian, dengan bantuan para agen polisi lain, menyusup ke Pasar Besar antar dimensi guna merebut Sang Konverter tersebut dari tangan sang raja kriminal Igon Siruss. Bisakah Valerian dan Laureline melaksanakan misi mereka? 

 

Film berdurasi 137 menit produksi EuropaCorp ini bukan merupakan produk Hollywood melainkan produk asli Perancis yang kebetulan memakai bahasa Inggris. Film ini juga merupakan adaptasi komik populer akhir tahun 60-an Valerian & Laureline yang telah terbit dalam 21 volume karya penulis Pierre Christin dan ilustrator Jean Claude Mezieres. Sutradara Luc Besson mengambil garis besar kisah film ini terutama dari komik volume 6 yaitu Ambassador of the Shadows serta volume 2 yakni Empire of a Thousand Planets. 

 

Ada tiga aspek yang membuat saya tak bisa memberi nilai sempurna pada film ini. Satu. Sebagaimana film Perancis pada umumnya yang menitikberatkan pada daya artistik dan kreativitas tinggi, film Valerian ini juga melakukannya tapi sangat kebablasan terutama menyangkut penampilan erotis sang diva musik pop Rihanna. Semestinya sang sutradara menghapus adegan tersebut karena hanya memperpanjang durasi yang tak perlu, apalagi nuansa asyik film ini jadi berkurang banyak karena adegan tarian erotis tersebut yang secara langsung menjadikan film ini tak layak tonton untuk anak-anak menjelang remaja. Dua. Adegan bikini di awal film, terutama yang melibatkan sang bintang utama Cara Delevingne alias Laureline membuat saya jadi jengah. Jelas sekali lagi anak-anak menjelang remaja tak bisa menonton adegan begini, maksudnya saya tak bisa mengajak anak saya atau keponakan saya untuk menonton film ini. Tiga. Menjelang adegan akhir di film ini, terlalu banyak terjadi eksposisi atau pemaparan yang membuat alur cerita film ini seperti tersendat-sendat. Maunya saya menyaksikan film opera luar angkasa malah filmnya berubah menjadi film detektif luar angkasa berikut misteri genosidanya. 

 

Sekali lagi tiga aspek tadi betul-betul menurunkan nilai film ini di mata saya. Sungguh kecewa saya tidak bisa memberi nilai sempurna untuk film ini. Terus bagaimana aspek positifnya film ini? Oh untung banyak sekali yang membuat saya kegirangan terutama adegan-adegan aksinya yang sungguh luar biasa, sebagian besar merujuk pada adegan aksi bersetting Pasar Besar itu. Menurut saya tak ada yang salah dengan kisah cinta dalam film ini karena mirip dengan komik aslinya. Dane DeHaan menurut saya cukup baik berperan sebagai Valerian, demikian pula Cara Delevingne yang mengejutkan saya dengan pesonanya sebagai Laureline. Film ini berpotensi menyabet nominasi Oscar untuk kategori Tata Artistik, Tata Rias dan Efek Visual tentu saja. 

 

Nilai film ini bagi saya? 8/10

 

Ikuti tulisan menarik Septian Dhaniar Rahman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu