x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berburu Karya Klasik di Dunia Maya

Banyak situs yang menyimpan koleksi karya-karya klasik dan penting yang dapat diakses oleh siapapun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Akhirnya, saya berhasil memperoleh Kitab al-Manazir, yang dianggap oleh banyak sarjana sebagai karya terbaik al-Hasan ibn al-Haytham, ilmuwan yang hidup pada abad ke-11 Masehi. Memang bukan asli berbahasa Arab, juga bukan terjemahan Latin dari abad ke-15, melainkan terjemahan bahasa Inggris yang dikerjakan oleh A.I. Sabra, akademisi Harvard University, yang terbit pada 1989. Judulnya: The Optics of ibn al-Haytham, terbitan The Warburg Institute, University of London. Meskipun begitu, ini mengobati keinginan saya untuk dapat membaca langsung karya inspiratif dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa ini.

Membaca karya yang dibicarakan oleh banyak sarjana, meskipun versi terjemahan, selalu dianjurkan. Sebagai akademisi yang mendalami gagasan-gagasan ibn al-Haytham, Sabra dianggap berkompeten untuk menerjemahkan karya penting yang mengilhami banyak pemikir abad pertengahan Eropa, seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, maupun Galileo Galilei. Orang percaya, The Optics tidak menyimpang jauh dari maksud yang diuraikan ibn al-Haytham dalam karya aslinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berburu karya-karya klasik, yang bahkan versi aslinya sudah berusia sangat tua, selalu jadi pengalaman menarik. Sebelumnya, kita mungkin lebih banyak mengetahui pikiran seseorang lewat kutipan-kutipan yang ditulis orang lain. Berburu, dengan demikian, merupakan ikhtiar menemukan sumber awalnya. Untungnya, sekarang era internet berbasis digital, yang membuka peluang bagi siapapun yang punya akses untuk menemukan karya diinginkan.

Di Gutenberg Project terdapat 54 ribu e-book yang dapat diperoleh secara gratis. Jumlah yang sangat banyak. Jika kita ingin membaca karya penting Isaac Newton, Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, kita dapat menemukannya di situs ini. Jika Anda menguasai bahasa Latin, mungkin Anda bukan sekedar mengoleksinya, tapi berpeluang dapat memahami apa yang ditulis Newton. Karya ini, hingga 5 Agustus 2017, sudah diundu sebanyak 1.169 kali.

Gutenberg Project (www.gutenberg.org) hanyalah salah satu sumber untuk memperoleh buku-buku secara gratis. Karya-karya Newton, terutama yang kurang populer karena selama ratusan tahun dirahasiakan, bisa dijumpai di situs lain, yakni The Newton Project. Quæstiones quædam Philosophiæ  (Certain Philosophical Questions), salah satu karya ini, memuat banyak pertanyaan Newton. Misalnya: “Why refraction is less in hot water than cold.”

Jika ingin berburu karya-karya penting secara gratis dan legal, ada puluhan situs sejenis yang layak dikunjungi. Europeana, umpamanya, menawarkan akses ke jutaan teks yang sudah didigitalkan. Museum, perpustakaan, maupun pusat-pusat penyimpanan arsip di Eropa ikut berkontribusi—jumlah institusi ini lebih dari 2.000. Berburu di perpustakaan digital dapat mengobati keinginan mengunjungi langsung pusat-pusat dokumentasi itu.

Kolaborasi dalam menghimpun sumber-sumber kepustakaan demi kemudahan warga Bumi juga dilakukan oleh Perpustakaan Umum New York, Universitas Michigan, Universitas Harvard, dan Perpustakaan Kongres AS. Kita dapat mengakses koleksi mereka yang berjumlah sekitar 1,6 juta item melalui situs Digital Public Library of America.

Yang tak boleh diabaikan ialah Internet Archive yang membuka akses ke koleksi teks, audio, dan video. Ada 5 juta buku yang dapat ditelusuri, dan jika Anda berhasrat menemukan judul yang Anda sangat minati, boleh jadi ada di sini. Menarik, koleksi di Internet Archive mencakup sekitar 180 bahasa. Ada proyek penting yang terkait dengan Internet Archive, yakni Open Library. Seperti slogannya, di Perpustakaan Terbuka ini pengunjung dapat meminjam, membaca, dan mengoneksikan materi bacaan.

Masih banyak lagi situs sejenis dengan koleksi buku, manuskrip, hingga bahan dokumen lain yang terbuka untuk diakses oleh siapapun. Pembentukan pusat-pusat koleksi ini penting sebagai bagian dari upaya menyebarluaskan pengetahuan ke lapisan masyarakat manapun. Memang sudah semestinya, pengetahuan tidak eksklusif dikuasai oleh kalangan terbatas atas nama apapun. Hingga kematiannya yang tragis di usia muda, Aaron Swartz—mahasiswa Universitas Stanford—berjasa dalam memperjuangkan demokratisasi pengetahuan. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB