x

Presiden Targetkan Juara Umum SEA Games 2017

Iklan

Istiqomatul Hayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tak Perlu Target Juara Umum SEA Games

Ada dua alasan target yang dipatok sebagai juara umum SEA Games 2017 ini berlebihan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Presiden Jokowi menginginkan kontingen Indonesia menjadi juara umum SEA Games 2017 yang akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia pada 19-30 Desember 2017. Sebuah target yang amat berlebihan lantaran persiapan kita amat minim.

Ada dua alasan target yang dipatok ini berlebihan. Pertama, persiapan kurang akan membuat kontingen Indonesia kesulitan mendominasi pesta olahraga yang digelar rutin saban dua tahun sekali ini.

Alasan berikutnya adalah, kekuatan olahraga Indonesia semakin lemah. Dulu, Indonesia boleh jadi sebagai raksasa olahraga se-Asia Tenggara. Saat kita datang sebagai peserta pada 1977, slogan yang dibawa adalah Vini Vidi Vici. Kita menjadi langganan juara umum SEA Games. Kehadiran kontingen Indonesia benar-benar momok bagi delegasi negara lain. Tapi itu dulu...

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekarang, dalam 20 tahun terakhir ini, Indonesia sulit bersaing dalam persaingan juara umum. Pada SEA Games dua tahun lalu di Singapura, Indonesia hanya menempati peringkat kelima dengan raihan 47 medali emas. Indonesia kalah bersaing dengan Thailand yang meraup 95 emas, Singapura (84), Vietnam (73), dan Malaysia (62).

Sebenarnya, target Satuan Pelaksana Progam Indonesia Emas (Satlak Prima) lebih realistis yakni mendapatkan 55 medali emas. Satlak Prima cukup menyadari persiapan Indonesia yang mepet dan seadanya itu.

Memang, tak salah menargetkan gelar juara umum untuk melecut semangat para atlet kita meraih prestasi sebaik mungkin. Terbaik bahkan. Tapi, ketimbang mematok target juara umum SEA Games dengan persiapan seadanya dan dana yang tidak maksimal, lebih baik berfokus  pada pembinaan cabang-cabang olahraga yang berpotensi meraih medali di Olimpiade, seperti bulu tangkis, angkat besi, dan panahan.

Nah, sambil jalan, pembinaan terhadap cabang olahraga yang melombakan banyak nomor bisa digenjot. Misalnya akuatik (renang, renang indah, polo air, dan selam), atletik, senam, balap, sepeda, menembak, dan dayung. Jika pemusatan latihan benar-benar dijalankan, target kita untuk mendominasi pesta olahraga multicabang, seperti SEA Games atau bahkan Asian Games, Indonesia tak lagi menjadi keniscayaan.

Tapi tentu saja, pembinaan secara intensif tak akan ada artinya jika tidak dibarengi ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, dari tempat latihan, peralatan, nutrisi, hingga penerapan sport science. Keluhan ihwal peralatan dan tempat latihan yang tidak memenuhi standar tak perlu lagi terjadi.  Sebagai contoh, persiapan SEA Games tahun ini, misalnya, masih diwarnai keluhan soal itu. Juni lalu, atlet wushu mengeluh soal peralatan yang tak memenuhi standar internasional dan tempat latihan yang bocor.

Bila pembinaan sudah berjalan bagus, Indonesia dapat kembali berjaya di arena SEA Games seperti pada 1977 hingga 1997. Dalam dua dekade itu, dari sebelas kali perhelatan, hanya Thailand yang sanggup menggusur dominasi Indonesia pada 1985 dan 1995 ketika Negeri Gajah Putih itu menjadi tuan rumah. Selepas itu, Indonesia hanya sekali lagi menjuarai SEA Games, yakni ketika Jakarta dan Palembang bertindak sebagai tuan rumah pada 2011. Selebihnya, kita kalah bersaing dengan Thailand.

Disarikan dari Editorial Koran Tempo, Kamis, 10 Agustus 2017

Tim TEMPO | ISTI

Ikuti tulisan menarik Istiqomatul Hayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB